Di rumah Dilla.
Setelah pulang dari sekolah Dilla menangis terus tidak ada hentinya di dalam kamar. Dia juga mengurungkan dirinya sendiri di dalam kamar. Bunda nya merasa sangat khawatir dengan sikap Dilla saat ini. Bunda nya sudah berusaha untuk membujuk Dilla supaya dia mau keluar kamar dan makan siang. Tetapi tetap saja pintu kamarnya tertutup rapat untuk Bunda nya sendiri.
"Dika. Dika kenapa kamu jahat banget si sama aku? Kenapa kamu tega bicara seperti itu sama aku? Apa kamu ga pikirin perasaan aku? Kenapa kamu selalu bela Aqilla dan ga pernah hargai keberadaan aku sedikit pun," ucap Dilla sambil menangis. Dari balik pintu kamar Dilla Bunda nya sudah mengetuk pintunya beberapa kali.
Tok... Tok... Tok...
"Dilla. Buka pintunya dong nak. Kita makan siang bareng yuk. Sama Bunda yuk."
"Engga mau Bunda. Aku ga nafsu makan. Dilla juga ga mau keluar kamar dulu. Dilla mau sendiri dulu. Jadi Bunda jangan paksa aku untuk keluar kamar dulu ya Bunda."
"Tapi sayang..."