Chereads / Aflif dan Rahasia Agro / Chapter 17 - Munculnya Dua Pedang Kaja

Chapter 17 - Munculnya Dua Pedang Kaja

Angin semakin kacau. Ronga dan Bagas beradu kekuatan, dua pedang Ronga saling terhunus dengan tajam serta berirama. Bagas memutar dan mengayunkan tongkatnya. Bagas melompat terbang ke atas, melihat celah dan mengayunkan tongkatnya. Ronga dengan mudah menangkisnya dengan salah satu pedangnya.

"Bocah pemberani."

Ronga mulai serius, dua sabetan pedangnya semakin kuat dan gencar. Bagas menahan serangan itu sekuat tenaga. Setelah beberapa saat, dia mulai kesulitan dan hempasan pedang itu hampir mengenainya, namun dia menahannya dengan tongkatnya yang cepat. Bagas terpental ke belakang.

Kaja masih berdiri di antara para Aflif dan Reza.

"Kalian sudah berani mengusik kami! Kalian akan berakhir," Horis memerintahkan para anak buahnya yang tersisa untuk maju. Para pasukannya tiba-tiba seperti disuntik kekuatan baru karena ketua dan wakil ketua mereka sudah datang. Pertempuran pun kembali terjadi, meski mereka sudah kelelahan.

Horis menerjang lebih dulu, kecepatannya pun tak kalah. Togar menghadang namun Horis dengan cepat menghindar dan memukul perut dan menghempaskan Togar. Raga ikutan menyerang namun kecepatannya juga kalah, Horis merupakan tangan kanan Ronga. Kemampuan Horis juga mendekati ketuanya. Sedetik kemudian, Raga ikut terpukul dan menghempas kayu di belakangnya.

Danu menahan serangan Horis, keduanya beradu kekuatan. Andre datang membantu, Rani pun demikian. Namun, ketika Rani akan melancarkan serangan sihirnya, dia sudah dihempaskan dulu dengan kekuatan sihir Horis. Horis juga memiliki kemampuan sihir api. Kobaran api mengamuk membuat Rani dan Andre terkena serpihan api yang berkobar itu.

Danu masih terjaga, dia mengayunkan pedangnya. Horis membawa tongkat pendek dan menahan serangan Danu. Benturan energi, Horis menambah kekuatan sihirnya. Danu mulai merasakan panas di sekelilingnya mulai memuncak, dia mundur. Orang ini tidak kalah berbahaya juga dibandingkan Ronga, pikirnya.

Horis merangsek maju kearah Danu dengan cepat, tongkat itu menerjang. Danu mulai kewalahan dan menangkis dengan cepat. Mundur dan mundur, tak terasa dia membentur sebuah pohon karena terdesak. Dan sambaran tongkat yang sudah membara dengan sihir kekuatan api hendak melahapnya. Danu menyingkir dan menghentakkan kakinya ke samping, Dia masih bisa menghindar.

Namun, Horis sudah ada di depannya lagi. Ketika tongkat Horis hendak memukul pundak Danu. Dia menghentikan serangannya. Seseorang memegang pundaknya, entah darimana tangan itu mencekal pundaknya dari arah belakang. Saking asyiknya, dia tak menyadari ada seseorang yang sudah berada di belakangnya.

Horis menengok, Kaja sudah di belakangnya.

Horis membalikkan serangan tongkatnya, kini mengarah ke Kaja. Kaja mundur dengan salto, kakinya menghentak-hentak ke belakang seperti jalan dengan mundur, keseimbangannya baik. Horis semakin membabi-buta, dia menyadari bocah itu bukan bocah biasa, dilihatnya kini semua anggotanya ternyata sudah dilumpuhkan bocah itu dan Reza.

Horis memutar kakinya di bawah, Kaja menghentak dan terbang lompat ke atas. Horis pun tersenyum dan membuat tongkatnya membara dengan api. Tiba-tiba dari sekelilingnya muncul seperti bunga api besar dan segera mengangkat kerudung api itu dan mulai mengurung Kaja. Kaja terperangkap, dan …

BRUSSS!

Kobaran api bersatu menyerang Kaja. Horis tersenyum. Matilah kau Bocah!

Reza melihat Kaja terkobar api, "Saudaraku, bertahanlah!"

Secercah cahaya putih menyilaukan mata, api itu pecah. Kaja muncul dan sebuah tanda muncul di dahinya, tanda dua titik. Di tangan kanan dan kiri kaja, muncul pedang bercahaya. Pundak Kaja bercahaya garis lurus hingga ke punggung telapak tangan Kaja. Horis terbelalak melihatnya.

Rani takjub melihat Kaja melayang dengan dua pedang bersinar dengan warna berbeda di tangan kanan dan kirinya. Begitupun anggota Aflif yang lain, mereka takjub bahwa pemuda itu sudah bisa mengeluarkan senjata energi yang bisa dimunculkan. Hanya orang tertentu yang bisa melakukan atau memunculkan senjata energi di seluruh dunia ini.

Mereka sangat beruntung, bisa menyaksikan seseorang menggunakan senjata energi seperti di depannya itu.

***

"Kaja!" "Kaja!" "Kaja!"

Kaja berada dalam sebuah ruangan yang serba putih. Bajra dan Groot muncul di hadapannya, mereka berbentuk seperti sebelumnya, hanya saja mereka bercahaya.

"Kami telah menjagamu selama setahun penuh. Kau dianugerahi Tuhan dengan buah Matahari. Kau bisa menampung energi besar, dan kamu akan mampu menyerap energi apapun dengan baik."

"Apa maksudmu Bajra?"

Groot kini mendekat, "Kau butuh waktu setahun untuk menyerap buah matahari dari lelaki tua di hutan itu. Kami yang menjagamu agar penyerapannya sempurna. Kini, kau siap menggunakan kekuatan apa saja yang sudah kau serap."

Bajra tersenyum dan tiba-tiba berubah menjadi bola bercahaya dan menuju tangan kanan Kaja. Groot pun demikian, dia juga menjadi bola bercahaya dan masuk ke tangan kiri Kaja. Keduanya menjadi sebuah senjata bercahaya, dua pedang dalam genggaman Kaja.

***

"Apa yang terjadi? Tidak mungkin!" Horis mundur tak percaya, kekuatan apinya sama sekali tak menggores Kaja. Dia mencoba lagi, hendak menggunakan sihir apinya yang kuat. Namun terlambat, Kaja sudah berada di depannya tanpa disadari gerakannya.

Kedua pedang Kaja menyambar Horis. Horis menggunakan tongkatnya untuk menghadang serangan itu, namun tongkatnya pecah berhamburan. Horis terbelalak, namun Kaja dengan cepat menghantam dadanya.

BUGG!

Sakit dan perih, Horis roboh di tanah.

Para Aflif melihat hal itu, mereka takjub melihat sosok kuat yang begitu hebat. Reza pun demikian. Namun, Kaja tak melihat mereka dan melesat menuju pertempuran Bagas dan Ronga.

Disana, terlihat Bagas terpental ke belakang dan terseret ke tanah. Kaja mendekati Bagas dengan kedua pedangnya yang bercahaya, dua warna bercahaya dari masing-masing pedangnya.

"Kau tidak apa-apa?"

Kaja menjulurkan tangan kanannya. Bagas berdehem dan menyambut tangan Kaja.

"Kamu mau pamer?"

"Aku hendak membantumu," Kaja tulus hendak membantu Bagas.

Bagas sempurna berdiri, "Kau pikir aku sudah kalah? Aku hanya mengetes kemampuan perampok itu saja." Bagas memegang kembali tongkatnya, "Kau pikir hanya kamu yang bisa mengeluarkan senjata energi?"

Bagas berdiri dan maju ke depan membelakangi Kaja, "Kau lihat baik-baik!"

Bagas tersenyum. Dia mengangkat tongkatnya ke atas dengan tangan kanannya.

"Upgrade!"

Energi meluap, Kaja mundur tiga langkah. Ronga yang berhadapan dengan mereka juga takjub, apa yang akan dilakukan bocah itu, pikirnya.

Cahaya menyilaukan kembali terlihat, sejenak Bagas hanya terlihat cahaya memancar. Tongkatnya sudah pecah menjadi banyak bagian. Bukan berbentuk senjata baru ataupun bentuk yang lainnya melainkan tongkatnya menyelubungi Bagas dan menjadi zirah bercahaya. Ada armor yang melingkupi punggung, pundak, tangan seperti tameng dan memiliki beberapa cakar tajam di tangan Bagas. Tubuhnya diselimuti armor bercahaya, kaki, lutut, perut hingga ke dadanya.

Kaja menggelengkan kepalanya, "Keren!"

Bagas tersenyum, "Ingat, Dia adalah bagianku! Kamu jangan ikut campur dan lihat saja!"

Bagas membuat takjub kembali orang-orang yang melihatnya. Reza pun takjub, dia yang selama ini belum mengetahui bahwa tongkat dari elemen Rakuta mampu dibentuk menjadi armor yang menghiasi tubuh Kakaknya.

"Baiklah! Aku akan melihat saja," Kaja tersenyum dan menyarungkan kembali kedua pedang bercahayanya ke pundaknya. Namun, bukan masuk ke wadah, melainkan hilang begitu saja. Kaja menyimpannya kembali ke dalam tubuhnya.

"Kau pikir perubahanmu itu akan mengubah hasil pertarungan?" Ronga mengeluarkan suara menggelegar dan menyambut serangan Bagas. Benturan energi kembali terjadi, senjata cakar tajam Bagas saling bergesekan dengan dua pedang Ronga. Keduanya saling menyerang, saling menghindar dan saling mencari celah musuhnya.

Klang! Klang! Duasshh! Boomm!

Bagas mengayunkan tendangannya. Ronga tak bisa menghalau serangan itu dengan tangannya, hal itu karena karena kedua tangannya yang memegang pedang sedang berbenturan dengan senjata cakar Bagas. Ronga menahannya dengan kakinya juga.

Kesempatan!

Bagas melihat celah dan membenturkan kepalanya yang kini memiliki armor di kening dan pipinya. Benturan kepala itu mengenai dada Ronga.

Bugg!

Ronga terdorong ke belakang, terpental beberapa meter. Belum sempat matanya teralihkan, Bagas kembali menghentak dan menyusulnya. Bagas sudah di depannya lagi dan mendorong Ronga dengan energi cakarnya, Ronga masih sempat menahan dengan kedua tangannya karena pedangnya sudah terjatuh. Serangan itu membuat Ronga terpental kembali dan membentur sebuah dinding tanah.

Bruusshhh!

Bagas pun berdiri tegak setelah melakukan serangan kedua itu. Dia menghadap Ronga, ada kabut debu yang beterbangan akibat serangannya barusan. Sepertinya, Ronga sudah berakhir, pikir Bagas.

Benarkah?