Vanessa terbangun dari tidurnya di sebuah pohon beringin dengan terlihat lelah. Dia mendekati sungai dan mencuci mukanya, tepat saat itu juga Rahman turun mengambil air dan menatap gadis disampingnya.
"Gadis aneh.. baju seperti pria dan celana pria .. oh iya..apakah kau melihat Vino dan juga Ali" tanya Rahman pada Vanessa.
"Tadi kau bila apa! bilang aku aneh.... aku tidak tau mereka" sahut Vanessa.
"Oh...bukan kah mereka teman mu! oh iya gelang mu sangat mirip ..." kata kata Rahman belum selesai , tiba tiba tubuh Vanessa terjatuh dalam air dan Rahman pun menolongnya.
Kekuatan Vanessa mulai melemah dan tubuhnya tak sekuat dulu sebab untuk membuka gerbang dunia nyata butuh kekuatan yang ekstra agar bisa kembali pulih Vanessa membutuhkan darah segar untuk dia minum . Dengan hati hati Rahman mengangkatnya dan menatap Vanessa begitu cantik, mata yang begitu dia kenal sewaktu kecil membuatnya terpikat.
Tapi Rahman hati hati mengankat Vanessa menaiki sebuah lampat kayu untuk membawa gadis canti itu naik.
"Apakah kamu sakit" tanya Rahman pada Vanessa mata indah itu menghipnotis seluruh laki laki yang memandangnya.
"Terimakasih, aku baik baik saja hanya saja aku butuh seekor kambing untuk makanan ku" sahut Vanessa dengan jujur .
" Seekor kambing....mana ada wanita secantik mu memakan seekor kambing! apakah kau siluman?" tanya Rahman dengan heran. Dan Vanessa tersadar bahwa dunianya saat ini begitu berbeda dengan Rahman, dia bukanlah Vanessa yang dulu seutuhnya manusia melaikan siluman.
Vanessa berdiri dalam dengan lemah dan mulai melangkah sebelum dia menjauh dari Rahman dia menatap Rahman.
"Aku tadi hanya becanda jadi lupakan kata kata ku tadi". kata Vanessa lalu pergi.
"Tunggu... jika kau serius aku bisa membantumu... tunjukan alamat mu nanti ku antar" kata Rahman dengan serius.
"Rumah kayu dekat pohon mangga itu rumah ku" sahut Vanessa lalu pergi.
Entah kenapa Rahman tiba tiba saja menjadi peduli dengan Vanessa , sebelumnya dia tidak peduli dengan gadis lain yang selalu mencari perhatian padanya. Kini hati Rahman mulai bergetar ada rasa gugup yang dia miliki dalam hatinya.
Rahman berjalan menyusuri tempat pertenakan kambing dan membeli seekor kambing , harga seekor kambing tidaklah murah dengan tabungan yang dia memiliki Rahman berhasil membelinya untuk Vanessa.
Kala itu untuk bertenak seperti kambing dan sapi sangat jarang orang geluti dan hanya orang tertentu saja yang bisa melakukan pekerjaan sebagai peternak hewan. Rahman melangkah mendekati sebuah rumah kayu itu dan mengetuk pintu berkali kali hingga keluarlah Vanessa memakai baju noni belanda dengan wajah yang sangat pucat.
"Kau sakit ..ayo kamu berobat, kebetulan disini ada nenek ijah sebagai tabib disin" kata Rahman dengan khawatir pada Vanessa.
"Tidak usah..." tolak Vanessa dan Rahman binggung pada gadis dihadapanya.
"Apakah kau ingin mati sehingga nona menolak niat baik ku" sahut Rahman dengan kesal.
"Terus kamu kesini hanya mengejek ku dan hanya bilang seperti itu. Tujuan mu apa datang kerumah ku" Vanessa berkata dengan kesal pada Rahman .
"Gadis aneh... aku kesini ingin mengantarkan kambing seperti keinginan mu... bukanya terimakasih malah marah marah" sahut Rahman dan duduk di muka rumah.
"Oh... ya terimakasih ...cepat pulang sana " kata Vanessa dengan dingin dan membuat Rahman terkejut suara itu seakan cuek , lalu dengan sedikit kesal Rahman pergi tapi dia bukan betul betul pergi melainkan sembunyi dibalik pepohonan.
Vanessa berjalan dengan sedikit tertatih tatih dan mulai mengambil seekor kambing dan membawanya masuk ke dalam rumah . Rahman binggung dan terus menunggu apa yang dilakukan Vanessa di dalam rumahnya dengan seekor kambing .
Vanessa menyantap dengan buas sesaat tubuhnya mulai sehat kembali . Baju
yang berlumuran darah membuat Vanessa menganti bajunya den membersihkan seluruh tubuhnya, Vanessa melangkah dengan menganti bajunya berwarna merah keputihan dibawahnya dia keluar.
Rahman memandang dari kejauhan menatap Vanessa dia begitu penasaran dengan gadis misterius yang baru dia kenal. Vanessa menyadari Rahman memperhatikanya dan itu membuat dia menyadari bahwa setiap cerita cinta pasti akan berbeda dalam setiap cerita.
Ketika langkah kakinya terhenti dia melihat Rahman pura pura tidak melihatnya, ada senyum di wajah Vanessa memandang pria tampan dihadapanya.
"Kamu menunggu ku" sapa Vanessa pada Rahman.
"Tidak ...aku hanya melihat pohon mangga ini yang begitu lebat buahnya" sahut Rahman dengan sedikit acuh.
"Aku tau kau pasti penasaran dengan ku kan!" kata Vanessa berjalan melangkah melewati Rahman.
"Kamu memang gadis teraneh yang sangat aku kenal... dan bisa menebak semua isi pikiran ku.. aku hanya tanya darimana kamu dapat gelang itu" tanya Rahman pada Vanessa.
"Ya ..dari kamu lah dari siapa lagi.. kamu kan teman masakecil ku" jawab Vanessa .
"Jadi benar..kamu Vanessa Van Jong" Rahman berkata pada Vanessa seakan meyakinkan dirinya.
"Iya...benar kau adalah cinta pertama ku" ucap Vanessa seakan tidak sadar pada Rahman. Tapi tiba tiba pikiranya teringat Kodi yang juga kekasihnya Vanessa terdiam dan menjauh dari Rahman penasaran dengan kata kata Vanessa dan Rahman mulai bicara lagi seakan mengundang penasaranya.
"Maksudmu kita pernah ada hubungan!" tanya Rahman pada Vanessa.
"Iya... kita ada hubungan dulu....ah sudahlah lupakan saja aku mau pergi"ucap Vanessa meninggalkan Rahman.