Sifat Rahman yang baik hati dan suka menolong sangat jelas terpancar diwajah dan ketampananya, meskipun dia tidak mengenal tamunya dia tetap sopan dan melayani dengan baik.
Vino dan Ali seperti kelaparan dan makan dengan lahap, Rahman tersenyum sambil makan ada beberapa makanan yang dia sisakan pada Saepul dan juga ayahnya.
Saepul tampak bermain dengan senang dengan menggunakan sepatu Vino dia jadikan mainan dia tarik menggunakan tali. Kemudian Saepul mencuci kakinya dan melihat dua pemuda itu makan.
"Aka.. kok mereka makan sini sih, apa mereka mengenal mu ka!" kata Saepul menatap Vino dan Ali. Rahman mengelengkan kepala .
"Eh..bocil, loe makan aja daripada ngomong" kata Vino yang baru selesai makan.
"Nama aku bukan bocil nama ku Saepul panggilan ku Ipul adiknya kak Rahman" sahut Saepul. Vino menatap Saepul dengan penampilan kucel dan baju sederhana dan terlihat lebar kaos putih dan celana pendek.
"Ok Pul.. Rahman yang mana kakak mu" tanya Vino lagi.
"Tu.. yang lagi makan! emangnya kalian siapa" tanya Saepul balik.
"Rahman.. itu Kodi teman kita.. aku Vino dan ini Ali" sahut Vino. Tapi Ali malah menyenggol Vino mereka tersadar terjebak di masalalu.
"Vin.. kayaknya bener deh dia itu Rahman bukan Kodi " kata Ali dengan kikuk.
Mata Rahman menatap Ali dan juga Vino yang telah selesai makan. Rahman hanya diam dan kemudian membereskan makanan sedangkan Saepul makan di dapur.
Rahman memandang dua pemuda yang berpenampilan aneh dan tak wajar baginya.
"Aku terkadang binggung dengan ucapan kalian aku ini adalah Kodi... sebenarnya apa yang terjadi sehingga kalian berkata demikian" tanya Rahman seakan wajah yang dingin itu membuktikan bahwa dia harus tau apa yang dimaksud orang asing tersebut.
"Maaf wajahmu sangat mirip dengan teman kami" sahut Ali.
"Apa kalian yakin " tanya lagi Rahman.
"Iya.. hanya saja kami butuh bantuan mu" ucap Vino menatap Rahman.
"Maksudnya!!! bantuan apa" tanya Rahman balik.
"Bantuan keluar dari sini, kami tersesat" jawab Vino.
Rahman terdiam dan otaknya mencerna dengan apa ucapan dua pemuda disampingnya.
"Tersesat... aku tidak mengerti" kata Rahman binggung.
"Kami terlahir di dunia yang berbeda ... kalian di masalalu kami di masadepan" jawab Ali seakan mengerti keadaan sesunguhnya.
"Tapi.. itu lucu, apakah kalian penjelajah waktu" tanya Rahman balik. Tapi belum selesai Haji Udin datang dan membawa mereka masuk untuk melaksanakan sholat magrib.
******
Vanessa dan Kodi baru saja pulang dari restorant . Mereka mendapat kabar bahwa Ali dan Vino hilang dari sekolahan. Laras bahkan memberi pesan whatshap pada Kodi hingga membuat keluarganya juga panik dan sedih.
"Kenapa Kodi... ada masalah" tanya Vanessa di ambang pintu gerbangnya.
"Vino dan Ali hilang, bahkan kini tak ada kabarnya, kita kan seminggu libur ... tiga hari yang lalu setelah kamu menolongnya dari Stepi apakah kamu merasa ada yang mencurigakan dari Stepi" tanya Kodi menatap Vanessa seakan mengharap jawaban yang fositiv atas hilang teman temanya itu.
"Apa... Vino dan Ali hilang! sebentar Kodi, aku akan mencarinya" kata Vanessa mencoba menutup matanya dan melihat dengan mata batinya.
"Bagaimana apakah ini semua ulah Stepi" tanya Kodi lagi.
"Sepertinya tidak ... mereka sepertinya ada di sebuah tempat ..." kata Vanessa menutup mulutnya dan Kodi merasa penasaran.
"Apakah mereka masih hidup, cepat Vanessa selamatkan mereka.. kalau semua ini tidak ada hubunganya dengan Stepi.. terus mereka ada di mana" tanya Kodi pada Vanessa yang terus memejamkan matanya.
"Kodi kamu pulang lah.. ini sangat bahaya.. untukmu.. aku akan mencari mereka" sahut Vanessa membuka matanya.
"Aku ikut Vanes" jawab Kodi.
"Kodi... aku mohon.. biarkan aku memastikan mereka ada di mana setelah itu aku akan memberitahu mu" ucap Vanessa.
"Baiklah..hati hati cepat tidur ini sudah malam" kata Kodi sambil mencium pipi Vanessa.
"Iya" sahut Vanessa lalu masuk ke rumahnya.
Beberapa hari yang lalu sekolahan libur seminggu akibat study toor keluar kota oleh para guru. Sedangkan Vanessa dan Kodi menikmati hari hari untuk jalan jalan bersama kemana mereka mau bahkan mereka tidak pulang ke rumah sebab Kodi dan Vanessa sambil menyelidiki pemilik ilmu hitam yang menyebabkan sebuah kutukan. Hingga mereka tak menyadari Ali dan Vino datang kerumah mereka.
Vanessa melangkah masuk kerumah dengan menggunakan indera penciumanya yang tajam mencari keberadaan Ali dan juga Vino. Kebetulan Steven tidak ada di rumah beberapa hari dia juga pergi hingga Vanessa masuk ke sebuah ruangan perpustakaan dan terus mencari keberadaan temanya.
Handphone masih saja di tasnya dan dia terdiam ketika dia melihat sebuah buku besar terjatuh di lantai. Vanessa menyadari ayahnya pernah bercerita membuat sebuah buku dan disitu terdapat kekuatan magis yang bisa mengirimnya ke alam masalalu .
Vanessa baru menyadari setelah sekian ratus tahun mencari buku itu untuk bisa masuk alam dimensi yang bisa membawanya ke masalalu. Dari dulu dia meminta Steven untuk membawanya kemasalalu tapi sayang Steven menolak , sebab dia tidak kuasa melihat pada akhirnya kematian yang akan Vanessa hadapi dan kehilangan Vanessa kesekian kalinya.
Tujuan Vanessa adalah memperbaiki keadaan ketika bisa masuk ke masalalu. Dia ingin hidup bersama Rahman dan mencintai Rahman selamanya, namun sebelum dia masuk dia mengirim pesan pada Kodi jika dalam tiga hari dia tidak bertemu dengan Kodi ,berarti Kodi harus datang ke perpustakaan ayahnya.
Vaness lalu memegang buku tersebut dan melihat sebuah gambar pohon rumah milik Rahman dan seketika dia terbawa sinar hijau membuat dirinya terputar dan terjatuh tepat sebuah pohon durian.
Vanessa terus melangkah dan berjalan menyusuri hutan tersebut dengan celana jeans yang dia miliki . Tapi sebelum dia masuk menatap keadan tersebut dia mempekirakan kira kira dia ada dimana kala tahun masalalu yang dia berada saat ini.
Dia baru ingat saat itu dia berada dalam sebuah perjalanan ketika membuka buku dalam tanganya dan Rahman masih belum mengenalnya. Jadi Vanessa bisa berbohong pada Rahman sebelum Rahman menyadari dia itu Vanessa.
Dengan sedikit gugup Vanessa menyelidiki dari sebuah pohon besar melihat Vino memarahi Saepul adik Rahman yang tengah menjadikan sepatunya menjadi mainan.
"Eh.. bocil sialan loe ya.. bikin sepatu goe jadi mainan..sini loe" teriak Vino pada Saepul.
"Eh..kak..aku kan ngak tau.. ini sepatu kak Vino... dasar namanya aneh orangnya juga aneh" teriak Saepul.
"Sialan loe... sini goe kasih perhitungan" kata Vino mengejar Saepul berlari membawa sepatunya dengan jahil. Ali terus tertawa melihat tingkah Vino yang kekanak kanakan hingga Rahman juga tertawa bersama Ali dan kebetulan Haji Udin tidak ada disitu.