Tepat pukul 12 malam, Ali terbangun dia melihat Stepi tidak disampingnya dan mulai tubuhnya sangat lelah akibat pertempuran yang begitu menguras tenaganya.
Bibirnya sudah mulai kering dan dia menuju dapur namun ketika dia hendak minum, seketika dia terkejut melihat Stepi tengah menyantap makanan mentah dari kulkas. Daging ayam mentah disantap dengan buas , dan tubuh Ali seakan merinding melihat gadis yang dia sukai bukanlah wanita biasa lagi.
Kata kata Dina tadi sore adalah bukti bahwa itu bukan lah Stepi, bahkan semakin ngerinya pemandangan yang dia lihat seekor tikus yang lewat juga di santap Stepi dengan begitu menjijikan.
Seketika Ali teringat dia berciuman dengan begitu ganas dan memegang bibirnya terasa jijik mengingat semua itu. Tapi ketika dia tersadar lalu dia pun pergi dan bodohnya Ali tersenggol lemari membuat gelas terjatuh.
Sontak membuat Stepi tersadar dia berdiri dan mencari seseorang lalu menuju kamar, Sementara Ali melaju motornya dengan cepat dia begitu cepat mengambil motornya dan pergi meninggalkan rumahnya.
Stepi menatap kamar kosong dia baru sadar Ali tau tentang dirinya, lalu dia membersihkan penampilanya dan terbang di tengah kegelapan malam. Ali sangat ketakutan seakan dia merasa ada di film film horor Stepi hantunya dan dia pemeranya. Dia melaju motornya tanpa baju dan memakai celana jeans pendek selutut.
Tubuh Ali mengingil kedinginan dan hanya rumah Vino yang tak jauh dari rumahnya yang dia tuju. Sebelum dia sampai rumah Vino ,Stepi berdiri dihadapanya dan Ali mendadak menginjak rem.
Tatapan Stepi begitu tajam dan sangat menggerikan bila dilihat Ali begitu bodoh terlena akan Stepi dan tidak menyadari bahaya pada dirinya. Kini dia merasa akan menghadapi maut ketika langkah Stepi mendekatinya.
"Ali sayangku.. kenapa kamu pergi meninggalkan ku sendirian dirumah" ucap Stepi dengan lembut tapi matanya bagaikan kilat yang mau menyambar apa saja dihadapanya.
"Anu Step...aku...aku..ingat tugas pr belum ku kerjakan dan buku ku tertingal di rumah Vino" jawab Ali mencari alasan berbohong pada Stepi dengan gugup.
"Ali kenapa tidak besok.. ini sudah tengah malam, Vino tertidur ..apakah kamu mau mengangu Vino dalam tidurnya" kata Stepi membelai wajah Ali .
"Step... besok sekolah dan tugas itu dikumpulkan, Vino sudah biasa dengan sikap ku mengangu tidurnya. Izinkan aku pergi Step..." pinta Ali dengan memohon.
"Kau kira aku bodoh.... Lihat kamu tidak mengenakan baju, kau pasti tau aku kan... kau pasti tau siapa aku.... takan aku biarkan orang lain tau siapa diriku..." teriak Stepi dihadapan Ali dengan mata merah menyala.
"Step... kamu bicara apa... kamu itu siapa ? Step.. aku tidak mengerti maksud mu !" kata Ali semakin menjauh dan langkahnya mundur sedangkan Ali merasa ketakutan.
"Jangan pura pura bodoh Ali... kau akan ku santap hari ini biar tidak ada yang tau siapa aku sebenarnya kau harus mati" ucap Stepi semakin mendekat dengan terlihat taring dibalik senyumnya.
Entah keburuntungan apa yang dihadapi Ali sehingga, sebuah pukulan menerjang Stepi yang terjatuh dan membentur tanah wajahnya . Stepi bangkit dia melihat wanita cantik yang berdiri dihadapan Ali dengan celana jeans dan memakai topi serta memakai topeng. Rambut yang berwarna coklat terlihat dan sangat dikenali, tapi Stepi tidak peduli dan begitu marah.
"Kurang ajar !!! siapa kamu .. kamu berani cari masalah dengan ku" teriak Stepi .
"Hei..vampir sialan beraninya kamu mau membunuh hadapi aku baru kau bisa membunuhnya"kata wanita itu.
"Kurang ajarrr!!!!" Stepi berkata sambil mau memberikan pukulan, langkah Stepi yang mau menyerang ditangkis Vanessa ya. Vanessa adalah gadis itu yang menyelamatkan Ali. Tendangan demi tendangan Vanessa lakukan hanya untuk membuat Stepi terkulai, hingga darah keluar dari mulut Stepi. Ali hanya terpaku melihat perkelahian dua gadis yang begitu memukau . Hingga Stepi menyerah dan menghilang di tengah kegelapan malam.
Ali terdiam dan Vanessa mendekati Ali yang kini merasa takut.
"Tenang kau jangan takut, aku tidak menyakiti mu. Tolong anggap kejadian ini bukan apa apa, rahasia kan semua ini anggap saja ini berlalu dan jangan bilang pada siapa siapa tentang gadis itu" kata Vanessa menatap Ali seakan meminta untuk merahasiakanya.
"Apa kau tau sesuatu tentang Stepi gadis itu yang ingin mencelakai ku hingga kau meminta merahasiakanya. Aku hampir mati olehnya dan kamu minta merahasiakanya, apa itu bodoh!! aku harus melaporkan semua ini ke polisi agar tidak ada lagi korban lain" ucap Ali mau pergi tapi tanganya dicekal Vanessa.
"Jangan bodoh... dia itu bukan manusia jika kamu melaporkan ke polisi tanpa bukti itu sia sia saja maka kamu akan menjadi incaranya" sahut Vanessa.
"Kamu ini siapa.. kenapa ada seorang gadis ditengah malam seperti ini... kenapa kamu melarang ku" kata Ali sambil menatap rambut indah yang begitu dia kenal.
"Sudah.. cepat pergi ini sudah malam dasar bodoh" Vanessa lalu melompat kepohon lalu pergi . Ali sampai lupa mengucap terimakasih pada Vanessa lalu dia menuju rumah Vino dan melanjuti perjalananya hingga tiba di rumah kayu yang sederhana itu.
Pintu diketuk beberapa kali hingga sambil mengucek matanya Vino keluar dan melihat Ali didepanya tanpa baju .
"Ngapain loe ngetuk pintu udah jam segini Li... loe ngak lihat goe udah tidur" ucap Vino dengan malas dan masih mengantuk.
"Udah..jangan bicara ayo kita masuk goe udah takut Vin "kata Ali dan menarik Vino masuk kerumah serta mengunci pintu.
"Eh... ini rumah goe, loe belum jawab pertanyaan goe ! loe tue kenapa malem malem gini datang kerumah goe?" tanya Vino beruntun pada Ali . Tapi Ali malah diam dan masuk ke kamar dengan ketakuta.
"Udah Vin , besok goe cerita sekarang goe mau tidur sama loe gue benar benar takut" ucap Ali dan Vino menarik tangan Ali ketika ingin naik ketempat tidur.
"Loe ngak jawab pertanyaan goe, mau nyelonong ketempat tidur goe.. udah loe tidur dibawah ! ini bantal dan selimut" sahut Vino menyerahkan selimut dan bantal pada Ali.
"Terlaluan loe Vin, gue ada masalah loe malah perhitungan sama tempat tidur. " keluh Ali.
"Terserah loe bilang apa,, mau nginap tak punya etika... Ali...Ali"kata Vino lalu tidur. Dan Ali hanya diam dan mulai tidur menutup matanya.