Wajah Rahman seakan terlihat bahagia melihat gadis yang dia dambakan siang dan malam disampingnya. Mereka basah kuyub karena payung Vanessa sangatlah kecil tidak cukup untuk dua orang. Hampir mereka tergelincir akibat tanah yang mulai becek ,sesekali Rahman membantu Vanessa berjalan akibat gaun dan juga sepatunya yang kotor terinjak olehnya.
Ketika mereka sudah sampai disebuah rumah Rahman Vanessa mengigil kedinginan.
"Nona Vanes singah sebentar dulu diteras rumah ku..sementara hujanya agak reda . Maaf aku tidak berani membawa mu masuk kedalam , karena Ipul dan juga abah lagi berkunjung ketempat paman ku" kata Rahman sambil masuk dan membawa bahalai untuk menutupi tubuh Vanessa yang kedinginan .
(Bahalai itu artinya kain panjang ada corak batik bermotif).
"Coba saja aku jadi istrimu di musim penghujan pasti akan terasa panas" ucap Vanessa konyol seakan membuat Rahman jadi gelisah.
"Panas.. maksudnya" ucap Rahman penasaran akan kata kata Vanessa dia tau tapi ingin memastikan agar tidak salah pemikiran.
"Panas ketika kamu memeluk ku hahaha" tawa Vanessa pecah sambil berkata.pada Rahman. Dan membuat Rahman terasa imannya tergoda.
"Nona sebaiknya kamu pulang saja sekarang.. kamu kan ada payung .. jadi jangan lama lama disini" sahut Rahman menyuruh Vanessa berdiri.
"Tidak mau... lihat hujanya masih deras.. kamu kenapa tiba tiba mengusirku" sahut Vanessa sebab tidak terima dengan kata kata Rahman.
"Sebab nona menggoda imam ku.. kita bukan suami istri nona, aku takut melakukan dosa yang tidak harus aku lakukan. Aku takut setan datang dan menawarkan bujukan dan rayuan memabukan. Maaf kan aku nona.. ayo... pulang lah" kata Rahman seakan memohon agar Vanessa mengerti. Tapi Vanessa seakan susah diajak kerja sama, sifatnya yang manja dan agak kekanak kanakan membuatnya susah mengerti. Vanessa tidak terlalu memahami tentang batasan dan juga aturan .
"Rahman...kau mengusirku.. lalu bagaimana aku sakit .. apakah kau mau merawatku" kata Vanessa kesal.
Tapi Rahman tetap keras kepala memaksanya berdiri dengan menarik tangan Vanessa , mereka sama sama tidak mau menggalah. Yang satu masih ingin duduk, dan yang satu menarik tangan akibatnya mereka berdua terjatuh akibat tingkah seperti anak kecil.
Tubuh Rahman yang tinggi besar terguling dengan Vanessa diantara curah hujan yang deras dan mata mereka sambil bertatapan penuh makna.
Ketika terdengar suara guntur tatapan itu berhenti, mana kala tubuh mereka kotor dengan rambut bercampur tanah yang becek akibat curah hujan.
"Rahman..aku pulang dulu kau membuat tubuh ku kotor ... aku malu.. wajahku seperti ini dengan rambut mengerikan akibat tanah becek ini"ucap Vanessa pergi meninggalkan Rahman.
Rahman hanya tersenyum dia juga kotord, dan menuju kesungai untuk mandi.
******
Lamunan Vanessa pecah dia menangis dengan perasaan sedih dan begitu tersiksa dengan bayangan masalalu yang ada di pikiranya. Memang Kodi rekarnasi Rahman, tapi sekarang keadaanya berbeda dia bukanlah manusia sekarang yang bisa hidup normar layaknya manusia. Sisi buasnya selalu ada bila dia merasa terancam bahkan bila perutnya lapar mencari mangsa.
Kesedihan Vanessa di iringgi curah hujan yang deras dan membasahi tubuhnya seakan ikut merasakan apa yang Vanessa rasakan. Dan ketika hujan begitu lebat , namun Vanessa tidak merasakan tubuhnya yang basah terkena hujan lagi dan matanya menatao seorang pria tampan memegang payung pada dirinya.
Tubuh Kodi basah kuyub dan membiarkan tubuhnya terguyur hujan sambil memegang payung untuk meneduhkan Vanessa yang terduduk dalam kesedihan.
Vanessa berdiri dan memegang payung Kodi dan mereka bertatapan penuh arti.
"Vanes.. mengapa kamu begini membiarkan kesedihan dan masalahmu kau pendam dan kau bawa pada dirimu.. mengapa .. apa karena Rahman?" tanya Kodi menatap Vanessa menangis dalam kesedihan.
"Kodi.. hujan ini adalah kenangan ku dimasalalu..iya.. kenangan bersama Rahman.. aku sangat mencintainya" jawab Vanessa terlihat sedih ketika berkata.
"Vanes.. lupakan lah masalalu mu... ayo kita pulang" sahut Kodi hatinya cemburu dan seakan panas bila mengingat masalalu.
Vanes hanya diam, dia tak mampu bicara lalu membawa Vanessa kedalam pelukanya sambil memegang payung.
Beni yang melihat mereka berjalan berdua memanggil Kodi dan juga Vanessa.
"Kodi... Vanessa.. tunggu " teriak Beni menghampiri mereka berdua.
Dengan agak lambat Beni berjalan dan menghampiri Vanessa dan juga Kodi.
"Kodi kalian berdua mau kemana.. ini ujan lebat" ucap Beni yang tubuhnya basah kuyub.
"Mau pulang lah.. kamu ngak lihat tubuh kami basah "sahut Kodi dan Vanessa hanya diam.
"Payung ku gimana, kamu pinjam cuma
sebentar "ucap Beni dengan cemberut.
"Aku pinjam lah Beni.. kasian Vanessa.. udah kesekolah sana kamu" kata Kodi menyuruh Beni kesekolah.
"Sialan lue Kod..bikin aku basah kuyub gini.. udah ngak jadi deh aku kesekolah biar hari ini bolos "ucap Beni lalu pergi sambil ngomel.
Vanessa jadi tertawa melihat Beni dan hilanglah kesedihanya untuk sementara waktu.
"Tumben ketawa katanya lagi sedih" goda Kodi pada Vanessa.
"Abisnya Beni lucu kalau ngomel.. kasian dia keujanan , gara gara payungnya kamu pinjam" ucap Vanessa.
"Biarin ...kan dia rumahnya ngak jauh juga, aku hanya khawatir tuan putri nanti sakit" goda Kodi dan Vanessa hanya tersenyum.
******
Stepi dibawa Ali di kantin tapi dia hanya diam dan terlihat kaku.
"Step.. kamu mau makan apa.. biar aku yang pesan " ucap Ali sambi duduk.
"Ngak usah.. gue tidak lapar" sahut Stepi.
"Gimana yaa aku pesan teh hangat dan bakso dulu, soalnya perut aku lapar nih!" kata Ali lalu menghampiri bu kantin.
Stepi hanya diam bahkan dia merasa hujan ini adalah berkah baginya ,sebab bila hari panas dia merasa kulitnya seakan terbakar.
Ali menghampiri Stepi dan duduk sambil makan, tapi gadia itu tak meresponya dan hanya diam pada pandangan yang kosong.
"Step...kamu sakit" tanya Ali sambil makan bakso.
"Tidak..gue ngak sakit" sahut Stepi.
"Hari ini kamu aneh Step" ucap Ali lagi dan Stepi menatapnya dengan tajam.
"Aneh..benarkah..Ali boleh kah gue nginap ditempatmu" kata Stepi . Membuat jantung Ali dekdekan tapi dia senang.
"Emangya rumah mu kenapa Step.. kamu pengen nginap dirumah ku" kata Ali dengan gugup.
"Gue pengen hilangin stres aja Li" sahut Stepi
"Boleh banget ..Step boleh" balas Ali berkata.
Sementara itu Dina dan juga Reva mengintip Stepi denga Ali di kantin.
"Din.. sepertinya Ali dalam bahaya nih.. gimana?" tanya Reva mereka sama sama binggung dalam masalah yang mereka hadapi.
"Gue ngak tau.. kita harus cegah korban berikutnya, kita harus kasih tau Ali !" jawab Dina.
"Lue yakin.. apa buktinya supaya Ali percaya" tanya Reva lagi.
"Yaa ngatur rencana lah.. ayo kita pulang yukk... gue udah cape , nanti gue kasih tau Laras yang sebenarnya" ucap Dina.
"Gue males Din.. lue berhubungan sama cewek tomboy itu lagi" sahut Reva dengan kesal, sambil berjalan menuju gerbang sekolah.
"Ngak boleh gitu .. Va, urusan kita belum kelar .. yuk.. kita pulang" bujuk Dina.
Mereka pun pergi dari sekolah.