Laras melaju motornya menuju rumah Ali yang kediamanya agak sepi jauh dari rumah penduduk. Hari Sudah semakin sore mereka terus melaju motor dan tibalah mereka disebuah rumah yang sederhana dan terlihat motor Ali disitu.
Orang tua Ali tidak ada di rumah, mereka sedang mengunjunggi keluarganya di Semarang kebetulan kakek Ali sedang sakit jadi ayah dan ibunya menginap untuk beberapa hari.
Laras dan Dina tengah ada dihalaman rumah Ali . mereka berpandangan seakan harus berbuat apa.
"Lue yakin Stepi ada di sini Din !" tanya Laras masih ragu.
"Gue yakin, soalnya tidak ada pilihan lain .. gue lihat Stepi sama Ali" kata Dina penuh percaya diri.
"Terus kita ketuk pintu atau masuk secara diam diam soalnya lue lihat rumahnya ngak dikunci nih"ucap Laras.
"Kita masuk diam diam Ras.. tapi jangan ada suara, kita harus tau apa rencana Stepi sama Ali gimana.. gue yakin dia ada tujuan yang jahat" sahut Dina dengan gelisah.
"Ya.. udah.. gue cuma takut ketahuan" ucap Dina dan mereka mengendap ngendap masuk kerumah secara diam diam.
Stepi dan Ali ada di sebuah kamar milik Ali. Meskipun itu bukanlah Stepi sesunguhnya tapi tetaplah jiwa yang jahat yang berada ditubuh Stepi butuh sentuhan laki laki sebelum menjadikan mangsanya.
Laras dan Dina melihat ada dua kamar disitu , mereka melihat kamar satu tertutup dan satu tidak terkunci dilihatnya Stepi mencium bibir Ali dengan buas dan Ali pun menyambutnya.
Mereka sudah tanpa busana dan sedang beradu dalam cinta. Laras menutup matanya melihat adegan yang tak senonoh itu, sedangkan Dina sudah biasa bahkan dia juga sering melihatnya . Ketika Ali sudah ingin mengapai puncaknya. Tiba tiba kaki Laras menginjak kaki Dina dengan sengaja dan alhasil teriakan Dina mengaduh membuat Stepi dan Ali tersadar dan mengambil baju mereka untuk dikenakan kembali.
Ali berlari mengejar Dina dan juga Laras dihalaman, dia menggunakan celana pendek dengan wajah sedikit kelelahan.
"Hei .. tunggu..Ras dan kamu Din! ngapain kalian berduan ngintip aku dan Stepi.. kalian kurang ajar masuk tanpa permisi" Ali berkata penuh amarah,ada rasa malu dan kesal bercampur aduk dihatinya.
"Maafin kami Li.. kami ngak bermaksud gitu, kami hanya khawatir sama lue, "ucap Laras dengan gugup.
"Emangnya Stepi itu bahaya..sampai kalian khawatir... kalian itu temanya dan kalian juga menganggu kesenangan ku sama Stepi"kata Ali penuh amarah.
"Lue itu bego Li.. asal lue tau ya ...dia itu bukan Stepi .. gue tegaskan ya Ali.. dia itu bukan Stepi tapi iblis yang menyelinap di tubuh Stepi. Stepi dari dulu ngak pernah suka sama cowok kayak lue.. masa iya Stepi mudah tidur dengan lue..ingat kalau bukan karena gue khawatir gue ngak akan ikut campur"kata Dina balik marah. Dan hampir saja tangan Ali ingin bermain untuk menampar wajah Dina dan kebetulan Laras memegangnya , di iringi suara perempuan tepat dibelakang mereka.
"Tunggu... kalian ada apa kesini" tanya Stepi mendekat.
"Gue.. cuma mau bilang nenek lue suruh lue pulang, dia khawatir" ucap Laras menggalih suasana kericuhan tadi.
"Dia bohong Step.. tadi dia ngak bilang gitu" sahut Ali.
"Gue tau Li.. kalian pulang aja.. ngak usah urusin gue.. gue tau apa di benak kalian.. sekarang cepat pulang sebelum kesabaran gue habis" bentak Stepi matanya merah menyala memandang Dina dan juga Laras.
"Step.. lue tu udah mati..seharusnya lue ngak kayak gini" sahut Dina . Tapi tangan Laras menarik Dina untuk menjauh karena hari sudah mulai gelap mereka ketakutan.
Stepi hanya diam ketika motor didepanya sudah melaju dan kini dia dan Ali melanjutkan permainanya.
*******
Vanessa menyisir rambutnya dan melihat rambutnya sudah mulai berjatuhan, kulitnya agak keriput dan matanya tak seindah dulu. Kini dia merasa ketakutan di cermin melihat wajah yang mengerikan dihadapanya.
Sudah sejak lama Vanessa tidak pernah memakan daging manusia yang membuatnya awet muda. Kini dia binggung harus berbuat apa rasanya dia sudah berjanji pada dirinya untuk tidak membunuh lagi dan menghentikan kutukan pada dirinya, tapi Vanessa tidak berdaya bahwa dia butuh daging atau Kodi akan takut melihat wajahnya sekarang.
Vanessa melompat dari sudut jendelanya dengan cepat memakai jubah berwarna hitam, matanya kesana kemari mencari mahluk hidup yang bisa dia santap. Kini tubuhnya tidak bisa dia kontrol sebagai mahluk buas yang haus akan daging dan darah segar membuat dia tidak terkontrol memiliki hati lagi.
Seorang pengendara truk lewat, disebuah tempat yang sepi sambil meminum air yang berisi minuman keras. Truk itu berhenti ketika merasa seperti menabrak sesuatu. Dan ketika dia memeriksanya Vanessa menerkamnya dan menyantapnya sampai habis tak tersiksa lalu menghilang di kediaman malam.
Vanessa baru tersadar ketika dirinya sudah ada dirumahnya , melihat darah sudah membasahi bibirnya dan penuh aroma bau yang kurang enak. Kemudian dia mandi membersihkan tubuhnya.
Vanessa menangis menyesali perbuatanya. Dia merasa tersiksa akan sisi buas yang menguasai dirinya. Dilihatnya dirinya sudah kembali cantik dan membuatnya tidak terlihat mengerikan lagi hatinya lega tapi dia merasa bersedih dan menyesali perbuatanya.
Rasanya Vanessa ingin mati saja daripada harus membunuh dan hidup di luar kehendaknya. Vanessa keluar dari bathtub dan meletakan tubuhnya di tempat tidur, dan bayangan masalalu memasuki dipikiranya.
Pikiranya tak berhenti memikirkan Rahman yang menjadi kekasihnya dan tidak bisa lepas kapan pun , baginya Rahman adalah segalanya dihidupnya. lets go to memory Vanessa guys.
Tubuh Vanessa kotor sambil memegang payungnya dia melangkah masuk, tapi ayahnya Steven datang dan memandang Vanessa dengan tatapan binggung.
"Vanes .. kamu darimana tubuh kotor dan berlumpur" kata Steven dengan kesal.
"Aku terjatuh ayah tergelincir ketika mau memancing " sahut Vanessa berbohong.
"Memancing... ini musim penghujan bagaimana bisa memancing,ayo mandi bersihkan tubuhmu..anak nakal"ucap Steven memandang putrinya yang tidak pernah habis berbuat ulah.
Hari ini bajunya kotor besok basah lagi atau bahkan sepatunya rusak. Bahkan yang tidak masuk akak seluruh tubuhnya penuh dengan tepung. Itulah Vanessa yang tidak pernah habisnya berbuat ulah sipat kekanak kanakanya tetap melekat di dirinya padahalah sudah mau menginjak tujuh belas tahun.
Vanessa hampir setiap hari ada ada saja yang dipinta terhadap ayahnya . Sepatu , gaun, bahkan perhiasan. Steven selalu memanjakanya hal inilah ketika menjelang natal Steven memberi hadiah topi dan gaun dari Batavia khusus buat Vanessa.
Vanessa sendiri sangat jarang ke gereja bahkan di bilang hampir tidak pernah. Selama dia remaja, dia lebih sering melihat orang orang belajar mengaji meskipun hanya mengintip. Itulah baginya tak ada masalah bila dia harus ikut keyakinan Rahman bila menikah nantinya.