Setelah hampir sepekan Zuhdi belajar mengaji di pondok pesantren yang Rahman bimbing selama ini.Matanya terus mengorek informasi terkait Rahman selama ini demi kepentingan pribadinya.
Wajah Rahman yang rupawan tubuh tinggi hidung mancung , di sertai rambut hitam tebal dengan gaya rambut sisirnya kebelakang . Wajahnya sangat bercahaya dengan lentiknya disetiap bulu mata dan alis yang tebal , sunguh sempurnanya sesosok Rahman .
Zuhdi terpana melihat warga lokal yang jauh di atas ketampanan rata rata bagi setiap pria.Pantas saja Siti sangat tergila gila pada Rahman begitu juga Vanessa , aura yang di miliki Rahman adalah sangat memikat dihati setiap gadis memandangnya.
Hujan sudah mulai turun pada siang menjelang sore hari, Rahman baru tau dari salah satu temanya bahwa ada warga binua yang baru masuk untuk belajar mengaji. Seperti biasanya Rahman mengajar dengan bekal ilmu yang di wariskan ayahnya kepadanya membuatnya sangat mudah dalam mengajar.
Kecerdasan Rahman juga diatas rata rata disetiap pria umumnya, memang warga masyarakat binua harus di anjurkan mengaji dan memperdalam agama tapi mereka tidak bisa baca tulis. Berbeda dengan Rahman dia bisa baca tulis dan sangat mudah bergaul dengan siapa saja.
Jika karena ayahnya melarang mungkin Rahman bisa pergi bersekolah khusus untuk anak yang memiliki kecerdasan sekolah bernama di school van werd disitu adalah sekolah khusus untuk anak anak belanda dan hindia belanda masa itu.
Susan adalah pengajar ditempat itu dulunya, sekolah sementara yang di bangun cukup bagus agar setiap anak anak bisa mengenal baca tulis dan sangat pasih dalam bahasa belanda. Sekolah di sana juga tidak mengenal batasan usia anak , yang penting usianya sudah memasuki 10 tahun atau di atas dari itu mereka bisa bersekolah dengan biaya yang tidak terlalu mahal.
Rahman yang kala itu disuruh Susan untuk ikut belajar menolak dia takut akan dimusuhi para anak belanda pasalnya dia bukan dari golongan mereka. Akhirnya dia hanya di rumah untuk mengikuti pelajaran.
Zuhdi telah berhasil mencari tau tentang Rahman sesunguhnya , sehingga dia berusaha untuk berpura pura baik padahal menusuk dari belakang. Dia iri yang disertai dengki ketika tau tentang Rahman memiliki kecerdasan dan ketampanan.
Pada suatu hari Rahman berjalan disebuah pinggiran sungai , dia melihat Zuhdi tengah menangkap ikan dengan tombak dan mengambil beberapa wadah atau tempat untuk menaruh ikanya.
Rahman mendekati pria bertubuh gempal tersebut dengan ramah.
"Assalamuallaikum, " kata Rahman dengan senyuman.
"Waallaikumsalam.. " jawab Zuhdi.
"Wah..banyak ya..tangkapan mu hari ini ya Zuhdi apakah kamu ingin menjualnya? tanya Rahman pada Zuhdi.
"Tidak ..aku berniat ingin memberikan pada seseorang dan sebagianya untuk kita masak "ucap Zuhdi padahal dari matanya dia tidak suka dengan Rahman dia ingin pemuda itu lenyap dihadapanya. Zuhdi harus pandai bersandiwara untuk menjebak Rahman nantinya.
"Seseorang...calon istri kah" tanya Rahman.
"Harapanya begitu.. kalau jodoh ada tapi sayang" jawab Zuhdi tapi katanya terputus membuat Rahman penasaran dengan Zuhdi.
"Sayang kenapa... apakah dia sudah menikah" tanya Rahman lagi.
"Bukan..dia belum menikah, dia menyukai seseorang pria dan dia tidak mencintaiku tapi aku sangat mencintainya. Aku sering di tolak mungkin karena aku tak seperti pria tampan yang dia sukai" ungkap Zuhdi pada Rahman dalam kesedihan .
"Zuhdi.. berusalah untuk merebut hatinya dan jika perlu datang lah ketempat orang tuanya untuk melamarnya. Tradisi kita masih berlaku dalam perjodohan bahkan jika orang tua itu gadis itu menerima mu tidak ada alasan gadis itu menolakmu bahkan cinta seiring berjalannya waktu. Tapi cinta tidak bisa di paksa dengan ke egoisan semata , bila dia tidak mencintaimu cari lah gadis yang bisa menerima mu apa adanya" kata Rahman dengan pelan.
"Rahman...aku mengerti, cinta yang sudah tumbuh di hatiku sudah membutai seluruh jiwaku. Rahman aku tidak mampu melupakanya" Kata Zuhdi lalu pergi dan hatinya sangat perih sambil membawa ikan hasil tangkapanya.
Rahman berjalan menyusuri sungai yang sangat dalam sambil mencuci wajahnya dan membersihkan seluruh tubuhnya untuk mandi di sungai. Dari kejauhan ada sebuah mata menatap Rahman sambil diam diam memegang sebuah pistol dia bersembunyi dibalik celah pohon , dia adalah Zuhdi seorang pria berdarah dingin yang ingin sekali membunuh Rahman.
Saat dia ingin meletuskan senjatanya Vanessa datang sambil membawa sebuah kue yang dia coba buat sendiri, Zuhdi tidak jadi karena Vanessa tiba tiba memeluk Rahman dari belakang hingga tubuh Vanessa terjatuh ketika Rahman memegang tangan yang tidak sopan memeluknya.
Zuhdi tidak jadi ingin membunuh Rahman karena ada Vanessa, dia takut membunuh Vanessa bisa bisa kepalanya di penggal William jika menyakiti gadis itu. Dan Rencana jahat Zuhdi gagal.
Ketika mata Rahman terbelalak melihat Vanessa terjatuh di sungai dia langsung menolongi sebab Vanessa tidak bisa berenang sama sekali.
"Nona Vanes..maaf ..Ku kira siapa tadi" ucap Rahman menyesal mengangkat tubuh yang ramping naik kedalam sebuah lampat (tempat duduk kayu yang terdiri dari papan sebagai sarana orang mandi di sungai zaman bahari).
"Keterlaluan..tubuhku basah.. lihat kue yang aku buat juga basah" Vanessa berkata dengan kesal sambil meremas roknya yang basah.
"Siapa suruh memeluk ku dari belakang... lihat sifat usilmu.. membawa petaka, nona Vanes.. lain kali kau tak boleh memeluku sebab kita belum menikah" ucap Rahman sambil tersenyum melihat gadis disampingnya basah kuyub.
Vanessa terdiam dan sudah memakai celana warna coklatnya. dan tubuhnya ditutupi baju warna putih polos serta dasi kupu kupu di lehernya dan sisir rambutnya kebelakang.Wajah Rahman sangat tampan ketika dia sudah menganti bajunya di sebuah dapur kecilnya.
Vanessa yang basah kuyub terurai rambut coklat yang indah dan matanya yang coklat terasa ingin berharap disentuh oleh pria di depanya. Rahman menjadi kikuk ketika pikiranya sudah meracau tidak jelas melihat gadis cantik di depanya.
"Kamu mau kemana... sudah rapi begitu" tanya Vanessa sambil meremas rambut yang basah membuat Rahman menelan ludahnya terlihat indah tubuh yang begitu mempesona.
"A...ku ..mau ada urusan sebentar " kata Rahman kemudian menunduk pandanganya.
"Tapi penampilan mu rapi seperti bangsa kami" ucap Vanessa .
"Iya...karena aku ingin bertemu orang penting... Nona cepatlah pergi sebab mata ku gerah memandang mu dan jangan sampai ada melihat mu disini" kata Rahman sambil terus tertunduk tapi Vanessa malah genit dan terlihat menggoda.
"Rahman..kamu.bilang gerah, aku juga gerah melihat mu..ayo kita.. masuk dan bermain cinta" kata Vanessa tersenyum.
"Nona cepat pergi..cepat" bentak Rahman dan Vanessa terdiam kemudian dia melangkah dan ingin melepas rindu dihatinya.
"Rahman itu ada abah" kata Vanessa menunjuk hutan
"Mana" tanya Rahman menoleh dan sebuah kecupan hangat mendarat dipipi Rahman dan Vanessa lalu pergi berlari menuju rumahnya.
Rahman tak sempat marah karena tubuh munggil itu lalu menghilang, dia merasa berdosa tapi bahagia entahlah hatinya bercampur aduk sambil memegang pipinya sambil tersenyum sendiri.