William begitu marah ketika tau ada Vanessa menghampiri warung Rahman . Emosinya begitu melekat dari segi fisik dia jauh tertinggal di bandingkan Rahman dan juga dirinya.
Rahman sangat tampan dengan tinggi yang sempurna, hidung mancung , dada bidang, kulitnya putih dan bersih , mata yang indah dengan warna hitam dan juga senyumanya menggoda bagi kaum hawa yang melihatnya.
Rahman juga jauh lebih muda dari dirinya dan terlihat wajah bercahaya, sebab Rahman suka sholat tahajud sehingga wajah yang dihiasi dengan sholat tahajud akan tampak berseri dan bercahaya.
Berbeda dengan William dia terlihat agak tua dan wajahnya banyak bintik bintik merah, tubuhnya memang tinggi dan perutnya sedikit buncit. Bahkan rambutnya agak tipis dan ada sedikit botak di tengahnya. Sehingga jika dilihat William jauh lebih tua di bandingkan usianya 30 tahun.
Perbedaan fisik dia dan Rahman sangat jauh, ibaratkan kata bumi dan langit .Apalagi sifatnya yang arogan dan pemarah membuatnya terlihat tua dan sanggar.
William merasa kalah ketika Vanessa juga lebih mencintai Rahman dan memilih Rahman dibandingkan dirinya. Dia merasa benci dan ingin menyingkirkan Rahman secepatnya. Tapi dia tidak bisa menyingkirkan Rahman seperti membalik telapan tangan, pasalnya Rahman tergolong mampu dalam membayar pajak bahkan dia juga sangat pintar dalam membuat kue dari bangsa mereka dan hanya Rahman kala itu yang bisa membuat olahan kue beraneka ragam dan cukup digemari para kompeni.
Kepandaian Rahman tidak hanya membuat kue, dia juga pandai memahat, bela diri dan sangat pasih baca tulis baik bahasa Melayu, Belanda ,dan juga Jepang.
Otaknya sangat cerdas, disaat tak ada yang mengenal baca tulis kala itu dia mampu bahkan dengan cepat Rahman bisa menguasai semua itu.
Rahman selalu berbuat baik bahkan ketika usianya sepuluh tahun dia diajarkan oleh noni belanda baca tulis saat ibunya berkerja sebagai tukang cuci dikeluarga belanda yang baik tersebut.
Saat dia memahat kayu dan sebuah kotak menyerupai hewan harimau dan kala itu ada orang jepang ingin membelinya tapi Rahman tidak mau menjualnya melainkan dia ingin orang jepang tersebut mengajarkan dia bahasa jepang dan menghurupnya dengan ilmu yaitu bahasa jepang itu sendiri.
Kebetulan orang jepang itu tergolong baik karena dia bukan dari tentara militer melainkan berniaga layaknya Steven ayahnya Vanessa.
William mencari berbagai cara untuk menghancurkan Rahman, dari melarang berjualan sampai melakukan perpajakan mahal. Keberuntungan Rahman kala itu semua bangsa belanda berdebat dengan keputusan William melarang Rahman berjualan, pasalnya tak ada orang yang bisa membuat beraneka jenis kue selain Rahman. Apalagi kalau mereka mengunjungi kerabatnya di Batavia ketika menjelang natal, mereka harus membawa oleh oleh untuk dibawakan sanak kerabatnya disana. Dan olahan Rahman menjadi pesanan mereka.
William akhirnya menyerah ketika banyak kaum ibu ibu yang tak setuju dan bahkan tidak mau warung Rahman di tutup.
Tepat kala William lagi pusing dan hatinya mulai gelisah, dia singgah disebuah pelabuhan bernama Tanjung Kerampangi yang dulunya itu pusat perdagangan belanda di hindia belanda.
William menghisap cerutunya sambil melihat lautan orang berlalu lalang membawa barang yang dijual. Tiba tiba dari belakang berdiri seorang pemuda lokal kulit bersih , badan tidak terlalu tinggi, tubuhnya gempal.
William mengerutkan keningnya sambil menatap pria itu dengan angkuh.
"Maaf ..anda tuan William kah" tanya pemuda itu.
"Iya...ada apa kau mencariku.. aku tidak berniat bicara dengan bangsa rendahan seperti kalian .. menjauhilah dariku jika tidak ada yang lebih penting!" ucap William dengan angkuh dan pemuda itu hanya tersenyum sambil mendekati dirinya disebuah pelabuhan sambil ikut menikmati pemandangan laut.
"Benarkah tuan tidak butuh saya...sayang sekali tuan, saya punya penawaran untuk ikut berkerja sama menghancurkan Rahman. Tapi caranya tidak gratis saya butuh uang untuk melakukan semua itu. Saya tau kelemehan Rahman .. dan hanya saya yang bisa menghacurkan Rahman" senggir licik pemuda itu.Membuat William menatap pemuda itu dengan serius.
"Apa taruhan mu jika kamu berbohong padaku, tentang menghancurkan Rahman.. agar aku bisa percaya padamu" ucap William seakan ada harapan untuk menyingkirkan Rahman.
"Taruhanya nyawaku bahkan kepala ku sanggup tuan penggal bila saya berbohong pada tuan, tapi jika saya berhasil tuan harus membayar saya dengan sangat tinggi" sahut pemuda itu.
"Oke..aku setuju, nama mu siapa" tanya William.
"Aku Zuhdi tuan "sahutnya.
"Ada motif apa kau ingin menghancurkan Rahman.. apakah karena seorang perempuan" tanya William .
"Hmm.. tuan tau saja, iya sama seperti tuan sendiri saya telah ditolak mentah mentah oleh Siti anak pak kiyayi itu.. aku malu dan sakit hati semua ini gara gara Rahman yang membuat aku begini seperti pria tak punya harga diri" jawab Zuhdi dengan mata berapi api.
"Bagus kalau begitu kita punya tujuan yang sama. Hubunggi aku jika kau berhasil menjebaknya" kata William lalu pergi meninggalkan Zuhdi.
******
Rahman mulai menutup warungnya , semua jualanya habis seperti biasa. Sebagian uang yang dia peroleh untuk sedekah dan pesantren dan sisanya untuk modal dan juga dia tabung. Dia tidak terlalu berambisi masalah keuntungan , yang penting baginya adalah berkerja dan menjadi bermanfaat bagi orang lain dan juga agamanya.
Hujan mulai turun dengan deras , Rahman ingin pulang tapi dia tidak memiliki payung. Tiba tiba dibalik sebuah jalan setapak muncul gadis cantik membawa payung yang terlihat klasik dan juga payungnya tidak terlalu besar.
Model zaman dulu payungnya agak kecil tidak sebesar zaman sekarang.Bahkan harganya lumayan mahal karena yang membuatnya bukanlah orang lokal maupun orang belanda melainkan orang tionghoa kala itu.
Vanessa menghampiri Rahman dengan tersenyum.
"Ayo kita pulang .. cepat ini hujan" ajak Vanessa dan membuat Rahman merasa malu serta gugup.
"Maaf kan aku nona yang membuatmu repot untuk menjemputku dengan payung kecil itu." ucap Rahman.
"Kecil ini harganya mahal tau... ayo.. bergabunglah.. bila basah kita sama sama basah " sahut Vanessa, dan Rahman pun ikut masuk dengan tubuhnya yang tinggi sambil memegang payung.
Tentu saja ukuran payung itu tak akan muat bila berdua, meskipun tubuh mereka agak basah tapi mereka melangkah bersama dengan penuh cinta.
Vanessa menatap pria disampingnya dengan penuh rasa kagum. Benar benar tampan ucap Vanessa dalam hatinya , rambut Rahman yang agak basah disertai sisir rambutnya kebelakang dengan rapi dan juga hitam . Membuat semua wanita pasti tergoda melihatnya.
Ketampanan Rahman begitu digemari bagi setiap wanita memandangnya, hal ini membuat William benar benar iri dan juga dengki kepadanya.