Ketika Vanessa mengingat kenangan pahit yang memilukan, dimana dia bermimpi menjadi pasangan hidup Rahman dan memberi banyak anak nantinya. Sebuah memory yang mengharukan dihatinya dimana Rahman pernah bilang padanya ketika dia di waktu itu merendam kakinya disungai bahwa dia akan selalu memperjuangkan cintanya pada Vanessa.
Next kita ke masalalu Vanessa dan Rahman ya.
******
Pada tahun 1885 di bulan November dimana pada masa itu sudah memasuki musim hujan , seluruh warga binua bahagia bila memasuki musim hujan sebab sawah mereka tergenangi oleh curah hujan dan tanaman mereka subur.
Sebelum peristiwa kematianya terjadi Vanessa sering mendegar namanya Batavia dan disana sangat terkenal indah bahkan menyerupai kampung halaman ayahnya.
Steven sebenarnya ingin membawa Vanessa ke Batavia , namun melihat daganganya masih belum selesai dengan rekan bisnisnya William jadi dia menunda dulu untuk mengunjungi kota Batavia.
Vanessa sudah mulai ragu untuk mengatakan pada ayahnya tentang rencana pernikahanya bersama Rahman. Jadi dia menunda beberapa hari dulu sampai mentalnya siap untuk memberitahu semuanya .
Kakinya menuju warung Rahman , karena ada dua tempat yang harus dia kunjungi rumah Rahman atau warung. Topi bundar yang gunakan dan rambut berkibar coklat dan ada sedikit hitamnya membuat kecantikanya sangat terlihat , banyak orang mengagumi kecantikan Vanessa dari segi penampilan dan wajahnya. Tapi Vanessa tidak biasa berhadapan dengan orang asing, baik itu dari bangsanya sendiri maupun orang lokal yang dia tau hanyalah Rahman ,dan yang dia kenal sebagai teman masa kecilnya dan juga kekasihnya.
Ketika sampai di warung dengan gayanya yang seakan wanita paling cantik dia duduk di warung sambil menatap pria tampan yang tengah menyapu disudut ruangan. Pria itu adalah Rahman yang tak menyadari kedatangan Vanessa tengah duduk sambil kadang kadang berdiri mengibarkan gaun barunya berwarna putih dan merah.
Orang yang lewat sangat terpesona dengan tingkah Vanessa yang konyol namun dia tidak peduli dan bernyanyi lagu ampar ampar pisang yang sering Misnah ajarkan ketika dia masih kecil.
Rahman mendegar suara gadis bernyanyi dengan nada yang lucu baginya, bahkan lirik lagunya juga ada yang salah. Ketika matanya menoleh dan melihat Vanessa bagaikan anak kecil yang bernyanyi mengibar gaunya sambil mengoyangkan pinggulnya.
Sebenarnya tingkah Vanessa hanya menarik perhatian Rahman tapi ditengah tempat umum , bahkan disitu berdekatan dengan pasar jadi Rahman agak malu meskipun itu menghibur hatinya yang tengah dilanda kesedihan.
" penampilan yang sangat bagus " kata Rahman bertepuk tangan dengan menatap Vanessa begitu cantik.
"Rahman.. apakah gaun ku bagus , ayahku baru saja membelinya di Batavia melalui nona Issabel"ucap Vanessa dengan riang.
"Batavia .. sepertinya aku sering mendegarnya nona Vanes. Itu tempat indah bangsa kalian, bahkan orang orang yang berkedudukan tinggi tinggal disana."sahut Rahman.
"Kau cerdas , aku suka pria cerdas dan juga tampan. Lalu apakah kau ingin mengajaku kesana" puji Vanessa terhadap Rahman dan membuat pria itu tersenyum dengan kaku.
"Iya.. bila kamu jadi istriku nanti. Oh iya aku kemaren dapat kiriman surat dari ibu angkat ku dia juga seorang bangsa Belanda dan dia ingin mengajaku untuk mengunjungi Batavia" ucap Rahman sambil memberikan kue dan kopi hangat pada Vanessa .
"Benarkah.. sejak kapan kamu punya ibu angkat dari bangsa kami, yang aku tau mereka itu orang yang suka merendahkan bangsa kalian , arogan dan juga sombong" kata Vanessa dengan pendapatnya sendiri. Rahman tersenyum mendegar Vanessa dia menatap gadis di depanya itu kadang jahil, polos,lucu, dan juga cerdas sunguh unik pikir Rahman.
"Tidak semua bangsa kalian sejahat apa yang kamu pikirkan nona Vanes yang cantik, mereka ada juga baik hati . Bahkan bangsa kami pun tidak juga yang baik pasti ada seperti yang kamu katakan. Karena hakikatnya kebaikan berdasarkan iman dan juga ketakwaan pada tuhan. Jika kita mengenal akan diri kita mahluk ciptaan tuhan maka kita tidak mengenal adanya perbedaan seperti ras dan golongan bahkan kasta sekalipun. Karena kita sama , dan yang membedakan ketakwaan kita terhadap sang pencipta.Aku bisa mengenal baca tulis berkat beliau." kata Rahman dengan panjang lebar menjelaskan pada Vanessa.
Vanessa begitu kagum mendegar kata kata Rahman, sampai dia meminum kopi itu langsung batuk akibat rasa pahitnya. Rahman lupa menaruh gula pada kopi Vanessa.
"Kopi mu sangat pahit ..hueekkk Rahman jangan kau bikin lagi karena aku tidak suka."sahut Vanessa yang merasakan pahit di lidahnya. Rahman tertawan melihat tingkah Vanessa.
"Kamu lucu nona Vanes..hahaha..maaf tadi aku lupa menaruh gula. Tapi kamu cocok meminunya tanpa gula sebab manisnya ada di aku ,jadi meskipun nona meminumnya tapi tak masalah karena dirikulah gulanya" goda Rahman membuat Vanessa menjadi merah pipinya.
"Kamu mau meracuni ku yaa.. dengan memberikan kopi pahit. Awas nanti ku balas! kopi ya kopi apa hubunganya dengan wajahmu .. dasar aneh!" kata Vanessa kesal karena kopi itu membuat lidahnya tidak enak.
Rahman masih saja tersenyum dia begitu puas melihat Vanessa kesal. Tapi ketika melihat Vanessa yang meraju membuatnya kasihan. Vanessa sepertinya sedih ada beban di hatinya dan perasaan tak enak akhir akhir ini. Dan itu menyadari Rahman seakan ada beban dalam hidup Vanessa.
" Nona Vanes.. maafkan aku telah membuat kopi itu pahit, tapi aku janji lain kali tidak akan membuat kopi sepahit ini lagi" Rahman berkata sambil duduk mendekati Vanessa.
"Aku sedih bukan karena kopi.. tapi saat ini belum menceritakan hubungan kita ke papa.. Rahman jika aku menikah dengan mu aku takut tuan William akan marah dan melakukan apa saja pada bangsa mu.. dan itu membuatku bersalah" sahut Vanessa dengan sedih.
"Nona Vanes.. jika dirimu belum siap jangan beritahu itu. Beritahulah ketika hati mu siap! tapi jika kemungkinan tuan Steven tak memberi restu kita.. itu ada pada dirimu sendiri kau ingin hidup dengan ku apa tidak.. jika kita ingin mempertahankan cinta kita, kita pindah dari sini dan menuju kota Batavia meskipun sangat berat bagiku meninggalkan kampung halaman kun sendiri. Kenapa aku berkirim surat pada ibu angkat ku sendiri..sebab aku harus tau disana untuk berniaga disana agar bisa membahagiakan mu..aku yakin bangsa mu tidak akan mengenalku bila aku ke Batavia , sebab wajahku tidak seperti warga lokal dan aku bisa bahasa Belanda dan juga bahasa jepang. Meskipun aku tak menjamin nantinya kita disana seperti apa.. karena hidup di negara jajahan sangat sulit bagi ku .. tapi percayalah bahwa aku serius dengan hubungan ini.Aku lebih baik mati daripada menikah dengan wanita lain seperti mu.. hanya kematian yang hanya mampu memisahkan kita "Rahman berkata seakan beban dalam hatinya sudah ringan ketika mengungkapkan isi hatinya pada Vanessa dan membuat Vanessa terharu mendegarnya.