"Miss Levita, Verya, sedang apa di sini?" Pak Wodin memandang kami berdua penuh tanda tanya.
"Pak Wodin! Auuuuuh, sampe kageeeet deh I. I lagi nge-vlog sama Miss Le-vi-ta." Dengan gaya khasnya, Verya menjawab.
"Pak Wodin, kita tidak punya waktu lagi." Wanita dengan model rambut jambul Tintin berkata penuh kecemasan.
"OK, mari kita temui Lukman." Pak Wodin berkata tegas.
Lukman? Lukman dari Bara Salju? Ya, pasti dia. Pasti telah terjadi hal serius yang melibatkan Pak Wodin, Lukman dan kedua wanita itu.
Miss Gyna tersenyum saat berjalan melewatiku dan Verya, namun senyum itu seolah penuh keresahan. Kening beliau berkerut, bibir dikatupkan dan menatap jauh ke depan seperti akan menghadapi musuh bebuyutan.
"Verya, sepertinya ada bahan vlog yang bagus." Aku berbisik sambil menggamit lengan Verya.
"Setuju! Apakah kita sepemikiran?" Nada suara Verya berubah serius.
"Kupikir demikian. Tapi bagaimana caranya?" Aku bertanya sambil berpikir adakah cara untuk kami bisa membuntuti mereka.
"Serahkan pada Verya." Verya mengerling dan tersenyum jahil kepadaku.
Verya berhenti sejenak untuk mengikat rambut pirang panjangnya yang terurai menjadi model ekor kuda dan mengikat jaket seragamnya ke pinggang. Penampilan Verya seketika berubah menjadi seperti Silvy yang siap menghadapi lawannya.
"I'm ready. Let's go!" Verya melesat ke arah asrama putri.
Terengah-engah aku mengikuti Verya. Bukan saja karena kakiku tidak sepanjang kakinya, tapi juga karena sudah lupa apa itu olahraga.
Verya berlari ke arah parkiran motor asrama putri. Dari sekian banyak motor bebek berwarna standar yang terparkir di sana, aku melihat sebuah sespan modern berwarna pink. Terukir dengan huruf emas di kap kabinnya, VINI. Oh my God, tak mungkin Verya akan mengendarai sespan pink itu. Tapi siapa lagi?
Dengan sigap Verya memakai helm yang juga berwarna pink, kemudian mengendarai sespan pink nya keluar dari parkiran. Sang 'pacars' dengan cepat melompat ke dalam kabin lalu meringkuk di bawah kursi tanpa harus dikomando.
"Cepat naik ke kabin Vini, Miss Levita. Kita harus mengejar Sleeper." Verya berteriak kepadaku.
"Vini? Sleeper?" Aku bertanya sambil melompat ke kabin.
"Yes. Kenalin, ini Vini, sespan pink yang mesinnya dimodif sama Heri Dalusasono dari kelas Ace. Kita mau ngejar Sleeper, mobil sport 5000cc yang Bapak Wodin kendarai. Kecepatannya setara dengan kuda tercepat yang ada di legenda Lorin. Alasan kenapa Bapak Wodin memberi nama Sleeper, akan aku ceritakan nanti. Sekarang, be ready for our adventuuuuureeee." Verya tancap gas setelah menyelesaikan kalimatnya.
"WHOOOAAAAA HATI-HATIIII, VERYAAAA." Kupegang erat kedua sisi kabin sespan.
Sespan pink melintas di depan sekumpulan siswi yang segera berhamburan memberi kami jalan, lalu berbelok ke arah gerbang yang bergerak menutup secara otomatis.
Verya menarik gas sampai membuat tubuhku terbawa angin ke belakang. Matanya menyipit dan tubuhnya semakin menunduk ke depan membuat posisi aerodinamis.
Gerbang semakin menutup ketika Verya tiba-tiba melepaskan gas, lalu 2 detik kemudian menariknya lagi hingga mencapai kecepatan tertinggi. Aku dan 'pacars' terlonjak-lonjak di dalam kabin ketika sespan melewati gerbang menuju jembatan pelangi. Aku menoleh, gerbang sudah tertutup rapat, tepat beberapa saat setelah kami lewat. Kami berhasil.
Kugunakan sebelah tangan untuk mengembalikan posisi kacamataku yang bergeser akibat guncangan hebat Vini yang melaju di jalan berbatu. Akibatnya, tubuhku oleng karena hilang keseimbangan. Melepaskan pegangan dari Vini adalah hal yang berbahaya di situasi seperti ini. Kedua tanganku harus kembali ke posisi semula.
"Oh ya ampuuuun. I lupa ngidupin kamera. Wait a moment, please." Tiba-tiba Verya berkata sambil melambatkan laju Vini.
Tangan kirinya melepaskan pegangan dari setang, lalu menghidupkan kamera di bagian depan motor yang langsung terhubung dengan jaringan internet. Setelah itu, tanpa menghentikan laju sespan, dia menengok ke bagian belakang jok nya, lalu menghidupkan satu lagi kamera yang lensanya menghadap ke arah belakang. Jadi ternyata Vini dilengkapi dengan kamera yang menghadap ke arah depan dan belakang jalan.
"Aaaa Veryaaaaaa." Aku berteriak kaget karena tiba-tiba sespan melaju ke arah kanan.
Dengan sigap Verya kembali memutar setang kirinya."Wooooo, sorryyyyy, Miss Levitaaa."
Sespan kembali berjalan lurus setelah sebelumnya hampir menabrak pohon besar yang ada di sebelah kanan jalan.
"Oke, now everything is ready. Hai, guuuuuys, jumpa lagi sama Princess Verya kesayangan you semuaaa. Kali ini I bakalan kasih lihat sesuatu yang different. Ber-be-da." Verya memulai live streaming.
Ya Tuhaaaan. Bahkan di saat seperti ini, Verya masih ingat untuk membuat vlog. Jeritku dalam hati.
"Kali ini I berpetualang bersama Vini, daaaan salah satu guru I yang ternyata adventurous bangeeeet. Miss Levita, say hellooooo, pleeeeaaase." Verya berkata kepadaku sambil terus ngebut.
"Aduh, Verya, eh, haloooo. Verya awas lihat ke depaaaaan!!!" Aku berteriak tidak karuan.
"Tenaaang, Miss Levitaaaa. I sudah biasa bawa Vini speeding. Eh guuuys, sorrry ya, vlog kali ini kalian nggak bisa lihat wajah I, karena I lagi melaju di jalan berdebu mengejar sesuatu yang penting. Tunggu aja ya. Sabar. Kalian pasti akan suka dengan vlog I kali ini. Enjoy aja pemandangan di depan dan belakang jalan yang kami lalui. Seru kaaaan?" Verya terus melakukan live streaming.
Kini kusadari satu hal. Jika kecantikan diasosiasikan dengan sikap lemah lembut semata, tidak demikian dengan Verya. Kecantikan yang berbanding lurus dengan ketangguhan. Itulah dia.
Sespan terus menderu mengejar Sleeper. Beberapa saat kemudian, Sleeper dan sedan bersayap mulai terlihat di depan, melaju ke arah sebuah bangunan yang mulai tampak di hadapan kami, SMU Bara Salju.
Otakku berpikir cepat. Apakah Pak Wodin, Ms. Gyna dan kedua wanita yang mengendarai mobil bersayap itu bermaksud menuju Bara Salju? Kenapa mereka ke sana? Apa yang akan mereka lakukan di sana? Siapa yang akan mereka temui di sana?
Pikiranku semakin berkecamuk saat melihat kedua mobil di depan kami benar-benar berbelok ke arah Bara Salju, dan perasaanku berkata bahwa pasti telah terjadi hal yang serius. Seserius itu sampai kepala sekolah dan seorang guru Aster Biru harus turun tangan. Lalu siapakah kedua wanita yang tampaknya sedang menghadapi masalah besar itu?
"Siap-siap, guuuuys. Kita udah sampai di teee kaaa pe. Kalian pasti penasaran kan, ada kejadian apa di sini? Sejujurnya, I juga penasaran coz not knowing what is happening, oemjiii." Kata-kata Verya membawaku kembali memfokuskan pikiranku ke saat ini.
Kemampuan Verya mengendarai Vini sambil live streaming sungguh fantastis, sementara aku hanya bisa berusaha memusatkan perhatian pada Bara Salju yang ada di hadapan kami.
Aku merasakan di balik gedung Bara Salju yang dingin, telah terjadi sesuatu yang membuat suasana memanas. Kami seperti melemparkan diri ke tempat penuh marabahaya. Bagaimana kami akan menghadapi sesuatu yang kami tidak ketahui? Saat itu aku lantas teringat kehadiran Tuhan. Tuhan, kami butuh pertolonganMu.