Ting*Suara pintu cafe dibuka*
Terlihat perempuan remaja sedang terdiam disudut cafe sembari memandangi hujan yang mulai turun.
"Aku benci perasaan ini"Ucap perempuan itu lirih
"Kenapa bengong novi" Ujar seseorang sembari menepuk pundakku
"Enggak kok. Hehehehe"
"Masih kepikiran ya?"Tanya dia sembari meminum kopi moccacino yang dia pesan sebelumnya
"Karna aku dia jadi.." Ucapanku terputus
"Sudah kukatakan berapa kali itu bukan salahmu" Jawab dia dengan penuh penekanan
Aku hanya bisa menghela nafas berat sembari memperhatikan minuman ice lemon tea yang sudah mulai tidak dingin lagi.
Perempuan yang sedang duduk disampingku dia sahabatku yang sudah bersama aku lebih dari 12 tahun, namanya Karin angelina puspita bisa dibilang dia cukup cantik karna bisa memakai make up dan memakai pakaian yang selalu sedang trendi. Berbeda dengan aku yang hanya memakai pakaian yang menurutku nyaman saja.
"Novi kamu gak bisa terus seperti ini" ujar dia sembari menatap wajahku
"Nasi sudah menjadi bubur kamu gak bisa terus menyesalinya"
"Jangan berbicara seakan itu mudah untuk dilalui. Aku pulang" Jawabku sembari beranjak dari tempat dudukku
Rasanya aku sangat marah ke karin padahal aku tau betul apa yang dia ucapkan ada benarnya.
Aku tinggal di perumahan yang bisa dibilang cukup sederhana hanya ada satu kamar didalamnya, bisa dibilang aku tinggal sendiri disini karna aku kuliah dan bekerja disini bersama karin.
Aku buka laci kamar tidurku dan ya benda pemberian dari dia masih tersimpan rapi dikotak berbentuk hati yang mulai rusak itu. Kenangan itu kembali menyerang diriku secara bersamaan.
Ku pukul dadaku yang mulai terasa sesak seakan ada belati yang menusuk jantungku.
Kututup telingaku dengan kedua tanganku dan otomatis kotak itupun terjatuh dan membuat isinya semua berserakan dilantai.
"Ini semua karna kamu novi"Suara itu kembali terdengar sampai berdenging dikepalaku
"Bukan salahku" Kata yang selalu aku ucapkan berulang kali
.
.
.
Ingatanku melayang ke lima tahun yang lalu dimana aku dan karin masih berstatus sebagai pelajar di salah satu sekolah yang cukup terkenal diwilayahku.
"Permisi paket atas nama Novia cahya". teriak kurir di depan rumahku
"Iya. Mas"Ucapku sembari mengambil paket itu
"Makasih ya mas". aku berniat ingin kembali menutup pintu utama rumahku sampai tiba aku mendengar suara klakson yang aku kenal
Tin Tin *Suara mobil*
"Novi anter aku yuk. mau jemput kakak aku dari jakarta". teriak karin dari depan rumahku
"Eh iyaa bentar Karin". Bergegas aku lari kekamarku dan memakai hoodieku yang oversize
"Yuk cus". Ucapku setelah memakai safety belt
Karin pun melajukan mobil membelah jalan kota bandung yang sangat terik hari ini hanya ada beberapa motor yang lalu lalang dan beberapa penjual di pinggir jalan yang sedang berteduh.
"Kakak kamu yang mana karin". Ucapku sembari celingak celinguk pasalnya kita menjemput bukan di teminal bus biasanya melainkan di dekat ruko yang bisa dibilang cukup banyak dan ramai.
"Sebentar aku telepon dulu". ujar karin sembari mengotak atik telepon genggamnya
"Karin ". Ucap seorang pria yang tiba tiba keluar dari salah satu ruko
"Kakak". teriak karin dengan sangat bahagia
Aku tau betul sudah cukup lama kakaknya ini merantau di ibu kota jakarta dan karin terus merengek ingin bertemu dengannya jadi tak aneh kalo karin begitu bahagia saat melihat kakaknya.
Perawakan dia cukup tinggi dengan kulit yang hitam manis dan karin sering bercerita kalo kakaknya ini mahir bermain gitar hanya itu saja yang aku tau.
Sebenarnya karin memiliki dua kakak laki laki dan yang satunya memang menetap dibandung.
Setelah besunda gurau dengan karin kakaknya melihat ke arahku dan dia tersenyum tentu saja aku balas dengan senyuman lagi.
Kami pun bergegas untuk pulang dan aku berpamitan ke karin dan kakaknya
Aku juga langsung bersiap untuk pergi mandi karna rasanya begitu gerah mungkin karna aku baru saja pulang sekolah dan belum sempat untuk bersih bersih tapi aku juga tidak bisa menolak permintaan sahabatku.