Chereads / Secangkir kopi untuk Raditya / Chapter 51 - Berpikir realistis

Chapter 51 - Berpikir realistis

Langit berubah menjadi gelap, bintang-bintang pun tak terlihat, pekat. Raditya masih duduk disamping Rembulan, menggenggam tangannya.

"Gerimis," gumam Rembulan.

"Hmm..." Raditya menyandarkan kepalanya di bahu Rembulan. Gadis itu melepaskan genggaman tangannya, "Kenapa?" Raditya bertanya heran, dia sedang dalam posisi yang sangat nyaman.

"Tunggulah sebentar, aku akan membuka jendela-jendela." Raditya menegakkan duduknya, dia memandangi gadis yang beranjak dari sisinya.

"Kamu akan kembali?"

"Kamu kira aku akan kemana?"Rembulan menoleh sejenak, tersenyum simpul.

Begitu Rembulan duduk disamping Raditya, laki-laki itu langsung merebahkan kepalanya ke pangkuan Rembulan. "Aku lelah, biarkan aku begini sebentar." Raditya menutup matanya, tersenyum, "Ternyata tidur dipangkuanmu nyaman sekali." Rembulan hanya bisa menegakkan tubuhnya, memandangi laki-laki yang tidur dipangkuannya.

"Kenapa kamu harus membuka semua jendela?" Raditya bertanya dengan mata yang masih terpejam.

"Aku suka mendengar suara gerimis, mencium bau tanah basah, memandangi daun-daun yang basah, merasakan embusan angin diwajahku." Rembulan bicara, matanya tak bisa lepas memandang wajah Raditya yang tersenyum mendengar suaranya.

"Kamu tahu...suaramu saat bicara, nada bicaramu yang seperti mengalun itu yang membuatku jatuh cinta padamu. Aku tak tahu, mungkin itu yang disebut dengan jatuh cinta pada pandangan pertama, saat pertama kali berkenalan denganmu." Selintas Raditya mengingat saat pertemuan dengan Rembulan di pesawat. Gadis yang terlihat lucu karena takut terbang tapi sekaligus membuat penasaran. Raditya membuka sedikit kelopak matanya. Ingin melihat reaksi gadis itu. Rembulan hanya menunduk menatapnya. Gadis itu mulai menelusuri garis wajah Raditya dengan jarinya.

"Padahal aku nggak mengenalmu." Rembulan tertawa tipis, "Kamu jatuh cinta dengan orang yang salah."

Kembali Raditya mengingat ketika Rembulan bahkan hanya melihatnya sekilas. Sungguh baru kali itu ada perempuan yang melihatnya seperti itu. Bahkan tubuh bagusnya pun tidak membuat perempuan itu mau berlama-lama menatapnya.

"Oh ya, aku salah jatuh cinta dengan perempuan yang tidak mengenal aktor terkenal seperti aku? Perempuan apa itu sampai tidak tahu tentang dunia selebritas?" Raditya bangun dari tidurnya, melihat Rembulan dengan tatapan mengejek, tapi bibirnya tersenyum.

"Yang pasti dia perempuan yang dunianya sempit sekali. Harusnya kamu mempertimbangkan perasaan jatuh cinta kepada perempuan itu."Rembulan menjawab dengan serius.

Raditya tertawa terbahak-bahak, memeluk Rembulan "Awas, kalau kamu memakai alasan ini untuk putus dari aku ya!"Raditya mengancam, dia mempererat pelukannya. Rembulan tersenyum lebar.

"Aku tidak mungkin putus denganmu memakai alasan yang sangat kekanak-kanakan, aku akan mencari alasan yang sangat masuk akal kalau suatu saat aku harus menyudahi hubungan kita."

Raditya terdiam, dia melihat Rembulan dengan pandangan serius.

"Aku tidak pernah mengharapkan hubungan kita akan berakhir Lan, aku tidak pernah memikirkannya sedikit pun. Aku berharap kamu juga tidak pernah memikirkan tentang ini. Kemarin saat aku tidak bertemu kamu, rasanya sangat tersiksa. Aku tak bisa kalau kita benar-benar berpisah. Aku tidak bisa kehilangan kamu. Jangan pernah mengatakannya, aku tak sanggup mendengarnya."

Rembulan merasa lidahnya kelu, dia tidak tahu harus menjawab apa. Bagi Rembulan dia tidak bisa menjanjikan suatu hubungan yang akan selamanya dengan Raditya. Sejak berpisah dengan Ari, Rembulan memilih untuk berpikir realistis bahwa suatu hubungan juga bisa berakhir. Apalagi Raditya adalah seorang selebriti. Rembulan harus siap kalau suatu waktu harus kehilangan Raditya. Walaupun dalam hati kecilnya dia ingin selalu bersama laki-laki ini. Rembulan serius menjalani hubungannya dengan Raditya, namun kalau ternyata ditengah jalan ada hal yang tidak cocok, dia juga tidak ingin memaksakan diri atau memaksa Raditya untuk terus menjalaninya. Hubungan seperti itu sangat tidak sehat dan menyiksa.

Mereka berdua masing-masing pernah pacaran dan juga pernah merasakan patah hati, harusnya Raditya tidak berpikir seperti ini?Harusnya Raditya juga berpikir kemungkinan terburuk. Atau Raditya memang berkata seperti ini kepada pacar-pacarnya yang dulu?

"Hanya padamu aku seperti ini Lan. Aku sungguh-sungguh mengatakannya. Aku merasa saat aku berada di sampingmu, ada rasa nyaman. Ketika aku pergi lalu aku kembali untuk bertemu kamu, aku seperti pulang ke rumah yang hangat dan bahagia kamu menyambutku. Aku nggak tahu apakah aku punya perasaan yang berlebihan, tapi begitulah yang aku rasakan." Raditya seperti bisa membaca pikiran Rembulan.

"Jangan pernah pergi meninggalkanku Lan," katanya lagi.

Rembulan tersenyum, lalu mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Besok mau aku buatkan apa untuk sarapan pagi?"

"Apa ya?" Raditya tampak berpikir, dia tidak melepaskan pelukannya. "Aku hanya mau kamu. Besok bisa memelukmu seperti ini saja sudah cukup untukku."

"Sepertinya cintamu luber-luber untukku ya?" Rembulan menepuk pipi Raditya, "Memelukku saja tidak akan membuatmu kenyang. Film atau sinetronmu yang mana sih ada dialog seperti ini?" Rembulan tersenyum lebar bahkan nyaris tertawa.

"Nah kan, aku nggak pernah bisa mengeluarkan jurus-jurus mautku, kata-kata gombalku ke kamu."

"Sudah tau susah masih saja jatuh cinta padaku."

"Justru itu, kamu berbeda." Raditya mengecup pipi Rembulan.

"Dulu Adrian juga bilang begitu." Rembulan langsung terdiam, dia kelepasan bicara, matanya melihat Raditya yang menatap lekat padanya.

"Oh, Adrian kemarin Bang Ari...hmm, berapa lagi penggemarmu yang harus aku hadapi?"

"Tidak sebanyak penggemarmu...tenang saja. Aku sudah pernah melihat perjuangan mereka untuk mendapatkan perhatianmu." Raditya tertawa, "Jadi yang tadi itu namanya Adrian? Yang duduk disampingmu?" Rembulan mengangguk.

"Aku nyaris gila dibuatnya. Didepan mataku dia mendekatimu. Sejak kapan dia menyukaimu?" Raditya terus melihat Rembulan yang bersikap santai sambil tersenyum memandang Raditya.

"Haruskah aku menceritakannya kepadamu? Itu hanya masa lalu. Setiap orang punya masa lalu, dia hanya bagian kisah masa remajaku."

"Sepertinya laki-laki dari masa lalumu tak ada yang mau pergi meninggalkanmu. Mereka datang untuk mengharapkanmu kembali."

"Adrian suka padaku sejak SMA bahkan saat aku dekat dengan Bang Ari. Ketika Bang Ari pergi meninggalkanku, Adrian kembali mendekatiku. Dia menunggu sampai aku mau menerima cintanya. Namun aku tak pernah menjawab 'ya' untuk pernyataan cintanya. Hatiku sudah terpaut untuk Bang Ari dan sekarang hatiku terpaut untukmu."

Rembulan menerawang, "Selepas SMA dia memilih kuliah ke luar negeri lalu bekerja di sana. Tadi sore adalah pertemuan pertama kami sejak selepas sekolah. Jadi...begitulah, tak ada yang spesial." Rembulan mengangkat kedua bahunya.

"Tapi tidak untuknya Lan, aku melihat caranya menatapmu. Semoga aku tidak harus ribut dengannya."

"Ah, sudahlah! Lupakan saja, yang penting aku tidak memiliki perasaan cinta untuknya." Rembulan menggenggam tangan Raditya.

"Sudah malam, kamu pulang! Aku juga mau istirahat dan mungkin membaca kembali tulisanku untuk aku revisi sedikit demi sedikit."

Raditya membelai rambut Rembulan, mencium keningnya. "Kita ketemu lagi besok pagi."