Rembulan mengangkat kepalanya dari bahu Ari, karena Rembulan merasa kalau mereka berdua tidak punya hubungan apa-apa selain pertemanan biasa, tak perlu lah terlihat sedekat ini. Tapi Ari menahan kepalanya, "Aku suka kalau kamu sedekat ini. Biarkan kepalamu tetap dibahuku sebentar lagi."
Rembulan hanya bisa terdiam, dan menuruti kemauan Ari. Tidak enak rasanya harus memperdebatkan sesuatu yang tidak penting di bioskop. Mereka bisa mengganggu orang lain. Padahal Rembulan merasa tidak nyaman.
***
Raditya tak bisa mengelakkan pandangan matanya. Kenapa sih perempuan itu harus bertingkah semesra itu? Apakah mereka sudah kembali bersama? Dan kenapa juga waktunya sangat tidak tepat ?
Dia ada disana sebagai penonton, melihat kemesraan mereka berdua. Raditya ingin menyumpah. Dia sudah tidak berminat untuk menonton. Raditya memilih memejamkan mata. Itu lebih baik.
***
"Dit, bangun! Filmnya udah selesai." Venita menepuk lengan Raditya. Dia heran dengan sound sekeras ini Raditya masih bisa tidur. Raditya membuka matanya lalu melihat Venita.
"Filmnya seru banget, kamu malah tidur."
Raditya bangkit dari tempat duduknya, terkesan malas, "Ya udah, kita pulang!" Raditya berdiri kemudian merapikan bajunya.
Venita melihat ada sesuatu dengan Raditya. Walaupun dia tahu Raditya tidak suka jalan dengannya, tapi dia masih merasakan sedikit keramahan pada laki-laki itu. Sekarang Venita menangkap nada bicara yang sama sekali tidak ramah dan sikapnya terkesan malas.
Venita memegang tangan Raditya dan laki-laki itu menepisnya. Terkesan kasar. Ada apa sih dengan Raditya?
***
Rembulan mendengar seseorang memanggil nama Ari. Mereka berdua serempak menoleh ke belakang. Seorang perempuan nampak sedikit tersengal namun senyumnya terlihat manis. Rembulan mengingat perempuan itu...Venita. Dan laki-laki disebelahnya...Raditya. Walaupun wajahnya ditutupi masker tapi Rembulan mengenali Raditya. Dia sangat mengenal tetangganya itu. Oh, pantas saja dia menolak ajakan makan malam. Rupanya dia sedang bersama Venita.
Rembulan melihat tangan Venita yang menggandeng Raditya.
Katanya tidak ada hubungan apa-apa? Tapi gesture tubuh mereka berdua sedikit mesra. Bergandengan tangan? Bagian mana yang tidak ada hubungan?
Rembulan menatap Raditya dengan tatapan menyelidik. Raditya balas menatapnya dengan tatapan mata yang tajam. Raditya tidak pernah menatapnya seperti itu.
"Bareng siapa, Ven?"
"Raditya, Bang."
"Oh, kenalkan ini Rembulan."
"Kemarin saya sudah bertemu di pesta ulang tahun sepupu saya. Pacar Bang Ari?" Venita bertanya dengan nada ingin tahu.
"Mantan pacar." Ari menjawab, "Tapi nggak tahu juga dia mau jadi pacar saya lagi nggak?" Ari mengerling pada Rembulan.
Rembulan tidak siap ditodong pertanyaan seperti itu , dia hanya memandang bingung pada Ari. Suasana terasa canggung. Ada momen saat mereka berempat terdiam tanpa ada suara. Akhirnya Ari memecahkan suasana canggung dengan bertanya pada Raditya yang sedari tadi hanya diam dan menatap tajam pada Rembulan.
"Apa kabar Dit?"
"Baik, Bang." Suaranya terkesan malas.
"Kalian mau kemana nih?"
"Pulang!"
"Makan malam!" Venita dan Raditya menjawab serempak, tapi jawabannya tidak kompak. Raditya ingin pulang.
Venita segera bergelayut manja di lengan Raditya, "Kita makan malam dulu ya? Aku lapar." Raditya hanya melirik Venita.
"Kita makan malam bareng aja di rumah Rembulan, kebetulan dia mengundang abang makan malam dirumahnya. Kalian mau?"
"Nggak Bang!" Raditya menjawab cepat.
"Aku mau! Ayolah Dit, kamu mau ya?" Venita merayu, suaranya terdengar manja. Rembulan merasa terganggu mendengarnya.
"Ayo, kalian makan malam di rumahku. Aku masak banyak tadi, nggak mungkin bisa kami habiskan berdua." Rembulan menawarkan, nadanya dibuat ramah. Mereka berjalan beriringan.
***
Sedari tadi saat mereka berjalan ke tempat parkir yang terdengar hanya suara Ari dan Venita. Akhirnya Venita berjalan sejajar dengan Ari dan Rembulan mundur berjalan dibelakang mereka, sejajar dengan Raditya.
Laki-laki itu hanya diam, menoleh ke arah Rembulan pun tidak. Keramahan yang biasanya ditampilkan Raditya lenyap. Tatapan matanya tetap tak ramah. Rembulan menjadi serba salah. Ingin mengajak Raditya bicara, dia takut Raditya merasa terganggu. Tapi diam saja itu terkesan aneh, karena biasanya mereka sering bercanda. Situasi ini sangat membingungkan.
Rembulan melirik Raditya, pandangan laki-laki itu lurus ke depan tak ada niat untuk mengajak Rembulan bicara. Sedangkan Ari dan Venita terlibat pembicaraan yang seru soal film mereka. Dan sepertinya mereka akan ada proyek kerjasama lagi.
"Filmnya tadi seru banget ya?" Rembulan mengajak bicara untuk mencairkan suasana yang terasa beku.
"Hmm..."
Rembulan menoleh, tak percaya Raditya menjawab seperti itu. Jawaban macam apa itu?
***
Makan malam bersama? Perempuan ini kenapa tidak bertanya lebih dulu, langsung mau saja menerima ajakan Ari. Dan si Ari ini bakalan bersikap sok romantis seperti tadi di bioskop.
Perempuan yang berjalan disampingnya ini bisa nggak sih bersikap tegas sedikit? Kalau dia nggak mau sama Ari seharusnya dia jawab. Raditya mengomel di dalam hati.
Dia cemburu....iya cemburu. Adakah yang salah dengan cemburu? Dia suka pada Rembulan, dia jatuh cinta pada Rembulan. Adakah yang salah dengan perasaan itu?
Raditya ingin segera terbebas dari keharusan bersikap ramah, hatinya sedang tak ingin beramah tamah dengan siapapun.
Rembulan menanyakan tentang keseruan film tadi. Bah ! Dia mengerti tidak kalau pertanyaan itu mengingatkannya pada pemandangan sok romantis yang diperlihatkan Ari dan Rembulan. Semoga perempuan ini diam, karena dia tidak berminat bicara.
***
Mereka berpisah, Venita melambai dan berjanji akan bertemu di rumah Rembulan.
"Dit, kamu kenapa sih?"
"Aku capek, mau pulang. Kenapa sih kamu memutuskan sesuatu tanpa bertanya lebih dulu?" Raditya menjawab. Dia tak suka.
"Aku penasaran dengan Rembulan dan aku nggak bisa menolak ajakan Bang Ari."
"Rasa penasaranmu merusak semuanya. Kamu bisa bertanya padaku kalau kamu memang penasaran. Kamu mau jadi detektif? Atau kamu memang sangat ingin tahu kehidupan orang lain?" Raditya semakin marah.
"Kok kamu jadi marah-marah sih! Jadi sensi gini!"
Venita memasang earphone, lebih baik mendengarkan musik. Sambil mendengarkan musik Venita membuang pandangan wajahnya, dia lebih suka melihat jalanan. Melihat lampu-lampu kota, kendaraan yang berlalu lalang. Itu lebih menghibur daripada mendengarkan Raditya marah-marah nggak jelas. Laki-laki yang aneh !
***
Rembulan dan Ari lebih dulu sampai, sedangkan Raditya memilih memasukkan kendaraannya lebih dulu ke garasi rumah. Dia menyuruh Venita berjalan sendiri ke rumah Rembulan, " Nanti aku kesana !" katanya.
Untungnya Venita patuh pada perintah Raditya.
Raditya butuh menenangkan diri di dalam rumah untuk menghadapi Rembulan dan Ari.
***
Ari melihat semua masakan Rembulan dengan tatapan kagum, bagaikan melihat sebuah mahakarya yang sangat hebat. Rembulan merasa jengah. Ari terlalu menyanjungnya.
"Wow, aku sudah tidak sabar untuk segera menyantapnya."
"Aku takut nanti kamu kecewa setelah menyantapnya, Bang. Ternyata tidak seenak yang ada dalam bayanganmu." Rembulan tersenyum tipis. Dia benar-benar takut Ari merasa kecewa.