Chereads / Secangkir kopi untuk Raditya / Chapter 29 - Lagu kita berdua

Chapter 29 - Lagu kita berdua

"Hai Ven, masuklah!" Ari menggerakkan tangannya menyuruh Venita masuk, sedangkan Rembulan masih sibuk dengan urusan mempersiapkan makan malam.

"Raditya mana?"

"Lagi di rumah, nanti nyusul ke sini." Venita segera ke ruang makan.

"Lho, kamu dan Raditya itu bertetangga?" Ari menatap Rembulan dengan pandangan menyelidik, Rembulan hanya mengangguk. Dia berkonsentrasi penuh pada perlengkapan makan yang harus dia siapkan.

"Kok kamu nggak pernah cerita?"

"Mungkin aku lupa." Rembulan menjawab sambil melihat sendok dan garpu ditangan, "Ven, kamu duduk aja. Sekarang kamu jadi tamu di rumahku." Rembulan menggebah Venita yang berada di dapur, lalu mendorong punggungnya lembut supaya dia tidak perlu ikut repot membantu Rembulan.

"Aku sudah terbiasa melakukan semuanya sendiri." Rembulan tersenyum manis, dia tidak ingin Venita tersinggung dengan sikapnya.

"Raditya kemana sih?Nggak datang-datang." Venita melirik ke arah pintu, sepuluh menit berlalu Raditya belum kelihatan juga.

"Ya udah, ditunggu aja dulu. Kenapa sih gelisah banget? Nggak bakalan kemana-mana pacarmu Ven." Ari mulai mengganggu Venita, dia suka melihat ekspresi Venita yang cemberut.

"Belum jadi pacar, Bang," katanya manja.

Rembulan hanya diam mendengarkan, namun dia merasa terganggu.

***

Lima belas menit kemudian Raditya datang, dia sudah berganti pakaian dengan pakaian yang terlihat lebih santai.

"Maaf, kalian jadi lama menunggu, " Dia tersenyum lebar. Venita langsung bangkit berdiri dari tempat duduknya dan menyongsong kedatangan Raditya.

"Kamu lama banget sih Dit! Aku kira kamu ketiduran." Venita memegang lengan Raditya, suaranya dibuat semanis mungkin. Rembulan hanya melirik sejenak, dan ternyata Raditya pun sedang melihat ke arahnya.

Raditya duduk disamping Venita, sedangkan Rembulan disebelah Ari. Hanya ada suara Venita dan Ari yang mengomentari masakan Rembulan yang kata mereka berdua sangat enak. Ari bahkan berkali-kali memuji masakan Rembulan, "Kalau dulu waktu kita pacaran kamu udah bisa masak seenak ini, mungkin aku sering-sering makan di rumahmu."

"Lama-lama kamu dijadikan anak angkat sama mamaku." Rembulan membalas guyonan Ari.

"Nanti aku nggak bisa jadi pacar kamu kalau dijadikan anak angkat. Nggak bisa pegang tangan kamu lagi, nggak bisa cium kamu lagi." Ari tersenyum lebar. Rembulan jadi salah tingkah mendengar kata-kata Ari. Dia hanya bisa tersenyum tipis, matanya melirik ke arah Raditya yang berkonsentrasi pada makanan yang didepannya.

"Dulu kenapa kalian putus?" Venita bertanya dengan nada seolah sambil lalu, namun matanya serius melihat ke arah Rembulan. Menurut Rembulan pertanyaan Venita tidak perlu dijawab. Kan tidak semua pertanyaan harus dijawab?

Jadi Rembulan mengabaikan pertanyaan itu. Untunglah Venita tidak berusaha mengejar untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaannya. Ari juga memilih diam daripada menjawab pertanyaan itu.

Malam ini Raditya tidak banyak bicara, dia hanya bersuara kalau ditanya dan sebisa mungkin menjawab dengan singkat.

Setelah makan, mereka masih ngobrol sebentar. Mendadak Ari meminta pada Rembulan untuk memainkan pianonya.

"Lan, mainkan pianomu, beberapa  lagu saja. Aku rindu mendengarnya. Setelah itu aku akan pulang."

Rembulan menuruti permintaan Ari. Dia melangkahkan kakinya ke piano yang terletak di sudut. Rembulan mulai memainkan beberapa bar  saat Ari mendekat kemudian meletakkan kedua tangannya di bahu Rembulan. Ketika Rembulan memiringkan kepalanya melihat Ari, laki-laki itu sedang menatapnya.

Ya Tuhan, dia salah memilih lagu. Ini adalah lagu kesukaan Ari. Pantasan laki-laki itu memandangnya sangat mesra.

Dulu Rembulan sering memainkan lagu itu dan Ari duduk manis di ruang keluarga sambil menyesap teh yang disuguhkan Rembulan.

***

Sungguh sulit melangkahkan kaki ke rumah Rembulan. Butuh waktu dua puluh menit untuk memantapkan hati ke sana. Raditya harus mengganti pakaiannya agar punya alasan mengapa dia begitu lama datang ke sana.

Biasanya hanya butuh waktu lima menit, dia sudah sampai di rumah Rembulan. Dia akan bergegas atau nyaris berlari dan datang dengan beribu alasan.

Raditya tidak suka saat Venita menyambutnya dan bergelayut manja dilengannya. Bagaikan seorang kekasih yang sudah lama menanti kedatangan kekasihnya pulang. Ingin rasanya dia menepis tangan Venita. Tapi tunggu dulu, Raditya melihat perubahan raut wajah Rembulan. Rupanya ada yang seperti dirinya. Raditya tahu Rembulan pasti cemburu. Benarkah perempuan itu jatuh cinta padanya?

Raditya tidak pernah bisa menebak apa yang ada di dalam hati dan pikiran Rembulan, karena perempuan itu tidak terlalu banyak bicara. Hanya sesekali menanggapi kata-kata Raditya. Dia jenis perempuan yang lebih suka mendengarkan lawan bicaranya. Raditya hanya bisa menebak dari ekspresi wajah yang ditampilkan perempuan itu. Dan keseluruhan dari ekspresinya adalah cantik. Entah ketika dia cemberut, marah, tersenyum, dan kali ini ekspresinya adalah cemburu...Raditya tahu benar kalau itu adalah ekspresi perempuan yang sedang cemburu. Pengalamannya bergaul dekat dengan beberapa perempuan bahkan memacarinya cukuplah menjadi referensi.

Rembulan tetap terlihat tenang, bahkan saat Ari menggodanya. Hanya saja Raditya tidak suka dengan cara Ari menggoda Rembulan. Siapa yang suka saat mendengar laki-laki lain menyinggung kisah cintanya dulu dengan perempuan yang dia suka.

Raditya semakin jengkel melihat Ari bersikap sok romantis ketika Rembulan memainkan pianonya. Dan mendengar Ari berkata, "Ternyata kamu masih ingat dengan lagu kesukaanku. Sebenarnya dulu ini lagu kita berdua."

Norak sekali!

Mendengarkan denting piano yang dimainkan Rembulan biasanya akan membuat Raditya tenang, namun kali ini dadanya bergemuruh. Dia menahan hasratnya untuk memukul Ari dan memaki. Lima menit menjadi sebuah waktu yang panjang dan seperti sebuah siksaan. Ketika Rembulan mengakhiri permainan pianonya, Raditya bersyukur untuk itu dan berharap Ari segera pulang bersama Venita. Keberadaan perempuan ini disampingnya juga merupakan siksaan. Apalagi Venita kemudian mendekat dan merebahkan kepalanya di bahu Raditya. Mungkin Venita disihir oleh lagu yang dimainkan Rembulan dan mendadak bersikap romantis, lagu itu seperti mengandung sihir. Raditya membenci lagu itu.

***

Ari berpamitan untuk pulang sekalian mengantar Venita. Awalnya Venita berkeras ingin diantar Raditya, namun Ari mengatakan kasihan kalau Raditya masih harus mengantarkan Venita sedangkan rumah Raditya bersebelahan dengan rumah Rembulan. Lagipula Ari dan Venita searah, jadi tidak terlalu merepotkan untuk Ari.

"Lagipula besok aku ada flight pagi, aku tidak mau terlambat bangun Ven." Raditya meminta pengertian Venita.

"Kenapa baru ngomong sekarang kalau besok kamu pergi. Berapa lama?" Raditya nyaris menyumpah. Siapa sih perempuan ini? Kenapa aku harus melaporkan semua padanya?

"Sekitar dua minggu atau lebih."

"Kemana?"

"Ven, lebih baik kamu pulang bersama Bang Ari sekarang supaya aku bisa beristirahat." Raditya malas meladeni pertanyaan Venita.

***

Raditya dan Rembulan melihat kepulangan mereka, Rembulan melambai, tersenyum dan meminta Venita untuk berkunjung lagi suatu saat. Raditya hanya memandang kepergian mereka berdua dengan wajah datar, tatapannya lurus, kedua tangannya dimasukkan ke dalam kantong celana.

Raditya mengikuti langkah Rembulan masuk ke dalam rumah.

"Pulanglah ! Besok kamu akan pergi kan?"

"Aku akan pulang setelah membantumu membereskan semua." Raditya terus melangkah ke arah meja makan dan mulai membereskan meja makan. Rembulan membantu sambil sesekali melirik Raditya. Dia tidak berani bicara karena sepertinya Raditya sedang tidak dalam mood yang bagus.

"Kamu tidak perlu melirikku, kalau ingin bicara kamu bisa langsung melihatku."