Chereads / Shousetsuka ni Mainichi ga Muzukashii / Chapter 3 - Bertemu Dengan Gadis Puisi Bagian 1

Chapter 3 - Bertemu Dengan Gadis Puisi Bagian 1

Sebenarnya ....

Aku memiliki pengalaman menulis novel sejak kelas 2 SMP. Kala itu, tulisanku berantakan dan aku hanya berniat menulis tanpa terikat aturan. Lalu, sampai hari di mana seorang guru menunjukku untuk mengikuti salah satu lomba tingkat nasional.

Itu awal dari segalanya.

________

Dia adalah gadis yang suka anime dan memiliki hobi menggambar sebelum mengisi dunianya dengan menulis cerita. Dia sangat pendiam sejak SD dan jarang memiliki teman dekat, mungkin hanya .... (*SKIP!!)

Lagi-lagi saat pulang sekolah, seorang gadis berteriak memanggil namanya sambil melambaikan tangannya riang dari kejauhan.

Ya, sahabat masa kecilnya.

Gadis itu hanya memiliki satu teman dekat.

"Kamu sudah pulang?" tanyanya pada sahabat masa kecilnya yang menghampiri dirinya.

"Iya, kok kita barengan!?"

"Entahlah. Tapi, entah kenapa saat bersama denganmu aku merasa sangat nyaman ...."

"Eh~ apa sudah setahun lebih kamu di SMP, belum punya teman sama sekali?" tanya sahabat masa kecilnya dengan serius.

Dia menggeleng sambil memasang ekspresi kaku dan menengadah ke arah langit.

"Belum," jawabnya dengan lirih yang hanya terdengar oleh sahabatnya. Dia agak sedikit malu saat mengungkapkan kalau dirinya belum punya teman saat menginjak bangku SMP.

Saat itu, dia tidak pernah tahu bahwa masa depannya berubah karena memiliki seorang teman walaupun hanya sesaat.

Hari itu ....

Hari di mana sebelum lomba-lomba tingkat nasional yang harus dia ikuti waktu itu dilaksanakan ....

Sang guru wali kelas memilihnya untuk mewakili lomba menggambar.

"Eh, aku?" gadis yang sangat pemalu itu terkejut ketika guru seni budaya memilihnya. Saat hanya dia seorang yang terpilih di kelas, mukanya begitu memerah. Lalu seorang anak laki-laki di kelas itu yang suka menggambar mengatakan dengan keras, "Aku suka gambarmu keren! Seperti manga shoujo!" serunya sambil memasang jempol di depannya, kemudian teman-temannya pun mengatakannya demikian, mereka memujinya.

Tentu saja dia yang banyak menerima pujian ini tidak bisa menolak ajakan guru seni budaya sebagai perwakilan lomba menggambar dari sekolahnya. Setidaknya banyak orang-orang menaruh harapan besar padanya, dia harus mengharumkan nama sekolahnya.

Selama dua kali dalam seminggu, dia mengadakan pertemuan secara tatap muka dengan guru seni budaya. Itu adalah pengalaman pertamanya dia mengikuti lomba, ada perasaan gugup yang besar dalam dirinya.

Peserta lomba di masing-masing bidang dipilih hanya 2 orang, yaitu 1 laki-laki dan 1 perempuan dari masing-masing tingkat kelas.

Tapi, sang guru seni budaya memilih masing-masing murid yang pintar menggambar tiap kelas untuk diseleksi.

*Sebenarnya banyak guru seni budaya di sekolah tersebut. Namun, salah seorang guru seni budaya ini menaungi bidang seni rupa.

Itu adalah pemilihan yang sulit, mengapa para guru melakukan tahap penyeleksian masing-masing kelas. Karena mereka benar-benar memilih anak-anak yang ahli di masing-masing bidang perlombaan, dan dipastikan tidak ada yang sama.

*Jadi untuk masing-masing bidang lomba nanti akan ada perwakilan 6 orang dari setiap sekolah tersebut di mana terdiri dari 3 tingkat kelas. Entah berapa cabang yang tertera dalam perlombaan ....

Lanjut!!

Siapa sangka, gadis pemalu yang hanya menggambar apa adanya sesuai dengan arahan guru seni budaya itu terpilih untuk mewakili perlombaan bidang menggambar dari sekolahnya. Sungguh tak terduga, dalam hatinya juga ada rasa senang namun, dia rasa ini sangat sulit! Memikul banyak harapan semua orang dan mengharumkan nama sekolah ini, dalam hatinya dia membusungkan kata-kata, 'Aku tidak boleh gagal!' dia akan menunjukkan kemampuannya selama ini.

Saat pulang sekolah, dengan riangnya, gadis itu sempat bercerita ke ibunya yang merawat adiknya yang masih bayi. Ibunya begitu senang saat mendengarnya, dan akan mendukungnya dengan sepenuh hati. Tapi, lain dengan ayahnya yang mendengar ceritanya, dia hanya bergeming tanpa memandang putrinya.

"...."

Ayahnya sempat bergumam saat putrinya hendak masuk ke kamar untuk istirahat, "Halah~ palingan gak menang, dia dipilih karena keberuntungan." Sungguh orang tua yang sangat pesimis dan merendahkan harga diri darah dagingnya sendiri.

Istrinya pun tak berkutik untuk mengomentari perkataan suaminya yang pesimis itu.

Sang gadis yang merasa memiliki bakat terpendam itu akan membuktikan melalui karya seninya, 'Biarpun ini hanya desain batik bukan desain background maupun character, akan kubuktikan aku akan menang!' dia menyimpan sikap percaya dirinya hingga hari perlombaan itu.

Tidak lupa dia berusaha berlatih setiap hari dan diimbangi dengan doa.

Tinggal menghitung hari, beberapa hari lagi ... di hari itu, dia akan berangkat lomba.

Dia tidak menyangka selain dirinya di kelas yang jadi perwakilan lomba di bidang seni rupa, ternyata ada seorang gadis yang menjadi perwaklan lomba di bidang lain, yaitu lomba puisi ....

Saat melihat teman-temannya menyanjung gadis itu, dia hanya bisa berkata dalam hati, "Gadis itu ..., dia adalah anak yang katanya sering mendapat peringkat satu."

Tentu saja, gadis pintar, imut, cantik, murah senyum, dan dikagumi banyak orang ini adalah sosok gadis yang menjadi impiannya. Di sisi lain, dia adalah gadis yang sangat teliti dan peka.

'Gadis puisi?'

Saat sang gadis puisi yang menjadi karakter impiannya itu ingat kalau di kelasnya juga ada orang yang menjadi perwakilan lomba, dia menoleh kanan kiri, karena merasa seseorang dari kejauhan memperhatikannya.

Lalu, "...!!"

Keduanya pun saling pandang dengan menyimpan rasa penasaran.

Saking pemalunya, dia segera menurunkan pandangannya dan fokus pada buku gambarnya yang saat itu tengah kosong.

Sedangkan gadis puisi tersebut tersenyum tipis kemudian mencoba menghampirinya, dia melambaikan tangannya dengan anggun pada orang-orang yang berkerumun mengaguminya ini. Sosoknya di kelas bak idola, "Tunggu sebentar ...."

"Eh~ udahan? Mau ke mana?" tanya seseorang yang masih belum puas bermain dengannya.

TAP! TAP! TAP!

Gadis puisi itu melangkah dengan pasti, hingga suara derap sepatu yang terdengar keras menghampiri gadis pemalu itu.

"Hei, kau ...."

Saat disapa olehnya, sang gadis pemalu ini langsung merasakan aura yang tidak biasa, dia memahami perbedaan dirinya dan gadis puisi itu, kemudian dia menengadahkan kepalanya dan memandangnya dengan sungguh-sungguh.

Dari dekat saja dia sudah tahu kalau gadis di depannya benar-benar imut nan cantik.

Gadis imut nan cantik jelita itu mengulurkan tangannya yang terbuka di depannya, "... Kau perwakilan lomba juga, kan?"

"E-eh, iya." Dia menjawabnya dengan sangat ragu, dan dia belum bisa mengartikan apa maksud sebenarnya gadis imut ini mengulurkan tangannya.

Dengan masih mempertahankan senyum tipisnya, gadis imut nan cantik jelita itu meraih tangan sang gadis pemalu yang sempat sedikit gemetar saat akan meraih tangan kosongnya.

"Mari kita berjuang bersama!" serunya dengan riang.

Hati sang gadis pemalu itu langsung berdegup kencang saat merasakan sensasi aura yang dipancarkan gadis imut nan cantik jelita ini, dia bukan lagi seorang idola lagi, pikirnya. Melainkan ....

Seorang bidadari di dalam hidupnya.

"A-ah, ya." Saat itu dia hanya bisa menjawabnya dengan gugup tapi, dia menantikan kisah indah yang terjadi setelah bertemu dengan gadis puisi yang imut nan cantik jelita itu.