Maria berdiri di sebuah di gedung di Kota Antwerp. Dia sedang mengamati pemandangan Kota Berlian ini. Matanya memandang ke arah University of Antwerp, "Ini adalah waktunya untuk berburu Manusia."
Dia lalu melompat dari gedung tersebut menuju ke gedung yang lain.
"Franceque Linda. Seorang pegawai di sebuah mini market di Antwerp. Memiliki masalah dengan seorang Politikus di Antwerp dan Keluarganya. Dia memintaku untuk membunuh Politikus tersebut beserta Keluarganya. Ah, sudah lama aku tidak membunuh sebuah Keluarga. Karena terakhir kali aku membunuh banyak keluarga itu lima tahun yang lalu, ketika aku membantai seluruh Goblin di Kota Ars-Vhre-Srugh. Mungkin akan lebih baik jika aku bunuh mereka satu per satu."
Tiga Mahasiswa Perempuan sedang bergosip di sebuah kafe yang ramai. Mereka sedang sibuk dengan Smartphone-nya. Maria menatap mereka dari sebuah tempat.
"Perempuan bernama Aletta Simone. Dia adalah anak dari Politikus Flander, Herold Simon. Herold Simon terlibat dalam penjualan organ tubuh. Kakak dari Franceque Linda dibunuh oleh anak buah Herold dikarenakan membongkar bisnis haram Herold. Kasus ini tidak dipublish oleh Media."
Gadis berambut jingga tersebut kemudian pergi.
"Aku pergi ke toilet dulu," ucap Aletta Simone.
"Jangan fap-fap, yah," ucap rekannya.
"Sialan kau, aku ini bukan pecinta Nekopoi."
"Aku hanya bercanda, Aletta."
Maria lalu mengikutinya menuju ke toilet Perempuan.
Aletta memasuki toilet perempuan yang sedang sepi, kemudian Maria menyusulnya. Aletta masuk ke dalam toilet, sedangkan Maria berdiri di depan pintu toilet tersebut.
Setelah buang air kecil, lalu Aletta langsung keluar dari toilet tersebut. Maria yang telah menunggunya langsung menebas Aletta dengan Katana-nya hingga kepalanya terpisah dari tubuhnya. Maria menendang dengan pelan tubuh Aletta agar darahnya hanya mengucur ke arah ruang toilet tersebut. Setelah itu Maria segera pergi dengan teknik teleportasinya ke sebuah tempat yang telah dipasang segel teleportasi.
Beberapa detik kemudian. Seorang Perempuan memasuki sebuah toilet, ketika dia memasuki toilet tersebut. Dia lalu berteriak kaget ketika melihat jasad Perempuan yang kepalanya terpisah dari badannya.
Ibu-ibu tersebut memandangi tubuh Aletta ketakutan sehingga dia ngompol di celana. Lalu dia segera berlari dengan cepat menuju ke keramaian.
"Tolong aku! Aku melihat adanya Mayat Perempuan yang Kepalanya terpisah di toilet. Cepat panggil polisi dan ambulans," ucap Ibu-ibu tersebut panik.
"Aletta, mungkinkah dia."
"Aku punya firasat buruk."
Kemudian kedua rekan Aletta pergi menuju ke Toilet Perempuan dan memasukinya. Mereka langsung berteriak histeris dan kaget ketika melihat jasad Aletta yang kepalanya terpisah dari tubuhnya dan ruang toilet yang dipenuhi dengan darah Aletta. Teriak mereka berdua penuh ketakutan.
Maria berdiri diatas bangunan sebelah yang lebih tinggi dari kafe tersebut. Polisi dan Media segera memenuhi kafe tersebut.
"Aletta Simone, Mahasiswa Tahun Ketiga University of Antwerp Jurusan Biologi. Dia membeli budak-budak Afrika di Casablanca, Maroko lalu menggunakan mereka untuk dijadikan kelinci percobaan. Informasi perdagangan Budak yang didapatkan Helena sangat valid. Dia bahkan berhasil mendapatkan para pembeli budak lengkap dengan informasi pribadinya. Hari ini Aletta, lusa adalah Lodewijk Yves Simon. Menurut data yang kudapatkan dari Putin. Yves adalah pedagang bayi. Dia bekerja sama dengan TRIAD untuk menculik bayi-bayi dari China lalu menjualnya ke Keluarga yang tidak memiliki anak."
Di tengah gelapnya Kota Antwerp yang diterangi lampu-lampu kota dan ribuan bintang-bintang di angkasa. Maria melompati gedung demi gedung menuju ke sebuah Apartemen.
Linda sedang memandangi angkasa yang dipenuhi ribuan bintang dari jendela apartemennya. Sebuah ketukan pelan pada jendelanya membuyarkan lamunannya.
"Ini aku, Maria."
Linda lalu membuka jendela apartemennya dan Maria lalu memasuki apartemen Linda.
"Tampaknya kau lebih muda dariku," kata Linda yang memperhatikan tubuh Maria dengan seksama dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Tentu saja, aku masih Kelas X Gymnasium."
"Heh, benarkah. Aku kira kau itu mantan Pasukan Khusus sebelum menjadi pembunuh bayaran."
"Alette Simone sudah aku bunuh. Tapi aku tidak ingin membunuh Keluarga Herald Simon hari ini," ucap Maria pelan.
"Kenapa kau tidak bisa! Apa uangnya tidak cukup!" Linda dengan sedikit nada kecewa.
"Ini bukanlah masalah uang. Tapi akan lebih baik membunuhnya bertahap. Dengan begitu, ini akan menghancurkan mental Keluarga Herold Simon."
"Oh, begitu. Terima kasih atas keadilan yang telah kau tegakkan. Kedua orang tuaku telah lama meninggal dunia. Aku hidup bersama kakakku, dan dia dibunuh dengan keji hanya karena Kakakku menanyakan tentang penjualan organ tubuh secara ilegal di rumah sakit tempat dia bekerja."
"Aku tidak menegakkan keadilan sama sekali. Aku hanya ingin bersenang-senang dan bagiku membunuh orang-orang buruk seperti mereka adalah sebuah kesenangan. Itu saja," ucap Maria dengan seringai Ibilisnya.
"Oh, benarkah. Terus kapan kau membunuh Keluarga Herold Simon?"
"Yves akan kubunuh lusa. Tenanglah, aku pasti akan membunuh mereka semua. Kau tidak perlu membayarku dengan uang," Maria lalu menyobek baju Linda hingga menampilkan belahan dadanya, "Kau bisa membayarku dengan darahmu."
Maria lalu segera menggidit belahan dada Linda sebelah kanan.
Maria menyedot darah Linda dengan penuh nafsu sedangkan Linda hanya bisa menahan rasa sakit. Setelah Maria menggigit Linda, kemudian dia membuka portal antar dimensinya.
"Terima kasih sudah mau menyewa jasaku. Aku pamit dulu karena besok aku harus sekolah. Sampai jumpa lusa nanti."
Kemudian Maria memasuki portal dimensi tersebut dan dia menghilang bersamaan dengan hilangnya portal tersebut.
***
Satrio berjalan dengan memasukkan kedua tangannya ke sakunya menju ke perpustakaan. Di dalam perpustakaan Maria, Fatimah, Bozena, Angela, Audrey, Helena dan Melissa sedang belajar bersama. Lodewijk lalu masuk ke perpustakaan tersebut.
"Lihat itu ada Lodewijk Handlaar," kata Audrey memperhatikan seorang Pris setinggi seratus delapan puluh dua centimeter tersebut.
"Bodoh, jangan cari masalah dengan dia. Dia itu Penguasa di sekolah ini, bahkan waktu dia Kelas X dia berhasil menaklukan jagoan-jagoan Kelas XI dan XII. Dia juga pernah menang berkelahi melawan empat puluh orang seorang diri," ucap Helena.
"Lihat, dia kemari," ucap Fatimah.
Lodewijk berjalan dan duduk didekat Anak-anak Perempuan Kelas X B. Dia lalu membuka buku tentang Alkimia berjudul The Necessity of the Art of the Elixir karya Abū Naṣr Muḥammad ibn Muḥammad al Fārābī alias Alpharabius.
"Baru kali ini melihat Perempuan anak-anak Kelas B belajar bersama," ucap Lodewijk.
"Bagaimana dengan Kakakku, Athena?" tanya Helena.
"Seperti biasa, dia sedang bermain game di Kelas bersama Heinze. Kau jauh lebih enerjik daripada kakakmu."
"Kau juga berbeda juga dengan Saudari Kembarmu, Louise. Dia jauh lebih ramah dan banyak teman, tidak sepertimu yang suka menyendiri dan dingin."
"Kembar tidak harus sama."
"Aku kira kau akan marah ketika Helena berkata seperti itu padamu. Menurutku yang diucapkan Helena tergolong kasar," ucap Fatimah.
Lodewijk tidak menggubris ucapan Fatimah dan fokus membaca setiap kata di buku The Necessity of the Art of the Elixir.
"Aku kira saat tadi kau datang kesini untuk menghajar kami bertujuh," ucap Audrey dengan nada cemas.
Lelaki itu tidak menggubris ucapan Audrey dan tetap fokus membaca setiap kata di buku The Necessity of the Art of the Elixir.
"B bukan berarti buruk," ucap Lodewijk, dan dia pergi meninggalkan Perpustakaan sambil membawa buku The Necessity of the Art of the Elixir.
***
Herold Simon dan keluarganya sedang berduka ketika anak perempuannya mati mengenaskan. Lautan Manusia berpakaian serba hitam pertanda duka dan kesedihan memenuhi pemakaman. Mereka berduka atas kehilangan. Mereka bersedih atas kesedihan. Perlahan orang-orang keluar dari pemakaman tersebut.
***
Sepasang suami istri lalu menerima bayi mungil bermata sipit dari seorang Pemuda yang diketahui bernama Yves Simon.
"Terima kasih, Tuan Yves. Kami merasa bersyukur atas bayi ini."
"Sama-sama. Senang rasaanya bisa membantu pasangan seperti anda. Bayi itu dibuang oleh orang tuanya karena malu akibat hamil diluar nikah. Aku harap Tuan dan Nyonya De Jong merawat bayi ini dengan baik," ucap Yves ramah.
"Kami pamit dulu."
"Hati-hati."
Pasangan suami istri tersebut kemudian pergi.
"Dengan kedok panti asuhan ini. Aku bisa menipu orang. Mereka pikir itu adalah bayi-bayi yang ditelantarkan para pasangan muda-mudi yang hamil diluar nikah. Padahal itu adalah bayi-bayi yang diculik dari China oleh TRIAD. Selain itu juga, dengan posisi Politik Ayah. Aku bisa melakukannya. Mereka harus membayar mahal agar bisa mendapatkan bayi ini. Aku bilang uang tersebut untuk biaya administrasi, padahal tidak. Ah, menipu orang-orang bodoh memang paling gampang."
Lalu Yves kemudian berjalan keluar dari Panti Asuhannya.
***
Di sebuah Hutan, Maria sedang bertarung melawan Demon tipe Naga. Naga tersebut menggeliat mengejar Maria dan menumbangkan beberapa pohon, sedangkan Maria terus berlari dengan lincah menjauh dari Demon tersebut.
"Ah, lebih enak berlari dahulu lalu menghabisinya."
Maria lalu tiba-tiba menghilang dan muncul secara tiba-tiba diatas kepala Naga tersebut. Maria lalu menebas kedua mata Naga. Darah bercucuran dari kedua matanya. Naga tersebut berteriak dan mengamuk kesakitan. Maria memegang tanduk kanannya, dan Naga tersebut mengeluarkan Petir dari mulutnya ke segala arah.
"Rupanya kau mengamuk. Tapi kau akan istirahat dengan damai."
Lalu Maria mengaliri Katana-nya dengan elemen angin dan menusuk Kepala Naga tersebut dengan Katana yang dialiri elemen angin hingga Kepala Naga tersebut pecah tercabik-cabik dan akhirnya Naga tersebut musnah bagaikan debu yang disapu angin.
***
Maria berdiri di sebuah gedung di Kota Antwerp. Dia lalu membuka ponsel-nya dan membaca sebuah file yang didapatkan dari Putin.
"Yves Simon, dia memiliki sebuah Panti Asuhan bernama Yves Simon Orphanage. Dengan menggunakan kedok Panti Asuhan, Yves Simon menjual bayi-bayi yang dia culik dari China kepada para pasangan suami istri. Sekarang targetku adalah Yves Simon, Herold Simon dan Nyonya Herold Simone."
Maria lalu menghilang dari gedung tersebut.
***
Di sebuah Hotel, Para Ibu-ibu terkenal dari Kota Antwerp sedang berkumpul dan berpesta.
"Kau tidak perlu bersedih Nyonya Herold. Aku tahu apa yang kau alami, semoga anakmu bahagia di Surga."
"Terima Kasih atas dukungan kalian selama ini," ucap Nyonya Herold dengan suara pelan dan lirih.
"Anakmu yang ada di surga tidak ingin melihatmu larut dalam kesedihan, jadi janganlah bersedih lagi."
"Terima kasih."
Maria kini telah berada di dalam ruang generator sebuah hotel, "Sepertinya hari ini akan ada pemadaman mendadak," katanya. Maria mematikan generator secara paksa dan kemudian dia memotong-motong kabel di ruangan tersebut dengan Katananya.
Listrik mendadak mati dan seluruh orang kaget.
"Tenanglah semua. Jangan panik. Teknisi kami akan segera memperbaiki kerusakan yang terjadi di generator. Kepada seluruh hadirin yang sedang berpesta, diharapkan meninggalkan ruangan dengan tenang dan tertib."
Sepasang mata berwarna ungu gelap menyala di tengah kegelapan. Sepasang mata itu bergerak dengan cepat menuju ke arah jalur evakuasi para hadirin yang habis berpesta di hotel tersebut.
Di tengah gelapnya suasana, Maria bisa dengan jelas melihat orang-orang yang sedang berjalan keluar Hotel melalui jalur evakuasi.
"Wanita berambut jingga, Nyonya Harold Simone atau yang nama aslinya Linda Wilhelmia."
Maria lalu mengeluarkan Handgun Sig-Morgessnya dan menembakkannya ke arah langit-langit.
Suara tembakan terdengar sebanyak dua kali.
Mendengar suara tembakan peluru, membuat orang-orang yang sedang berjalan di jalur evakusi Hotel mulai panik dan berlarian. Orang-orang berlarian dalam keadaan panik. Maria lalu berlari dengan cepat dan tenang ke arah Linda Wilhelmia dan mengarahkan Submachine gun Heckler & Koch MP7 ke arah tubuh Linda, dan dari jarak 30 cm. Maria lalu memberondong tubuh Linda hingga akhir akhirnya dia tewas. Mendengar suara berondongan peluru, membuat orang-orang menjadi semakin panik. Tubuh Linda tergeletak di jalur evakuasi yang sepi dan gelap.
Maria segera berlari keluar dari hotel tersebut setelah menjalankan tugasnya.
***
Smartphone berdering dengan keras, Herold Simon yang sedang memakan Steak lalu menghentikan aktifitasnya. Dia lalu mengangkat Smartpone-nya.
"Halo, ada apa?"
"Gawat, Tuan Herold. Istrimu, Linda telah Tewas diberondong oleh orang tidak dikenal."
"Apa!" Herold terkaget mendengar kabar bahwa istrinya telah mati. Dia lalu segera mematikan Smartphonenya dan mengunjungi Situs Berita Online Antwerp Post. Dia lalu membaca sebuah artikel yang berjudul, "Serangan Teroris di Hotel Antwerp, Istri dari Herold Simon Tewas diberondong oleh Teroris"
Herold lalu memukul meja di ruangannya.
Dia menangis dan marah mendengar kabar buruk yang menimpa keluarganya akhir-akhir ini, "Pertama Aletta, sekarang Linda." Lalu Herold segera keluar dari ruangannya dengan air mata yang terus mengalir dengan deras.
Lorong ruangan dipenuhi oleh rekan-rekan kerjanya.
"Kami turut berduka cita," ucap rekan-rekannya.
Herold tidak menggubris mereka dan berjalan lurus keluar dari Kantornya.
Dari atas gedung tersebut ada Maria yang tengah mengawasinya.
"Sekarang akan ada pertunjukan. Seni adalah Ledakan dan Ledakan adalah Seni."
Herold lalu berjalan dengan cepat ke arah Mobil Ferrarinya yang tengah terparkir. Dia lalu memencet tombol di kunci elektroniknya dan berjalan ke Mobil Ferrarinya lalu menarik pintunya. Booby Trap yag telah Maria pasang segera meledak dan menimbulkan suara yang keras.
Suara ledakan terdengar sangat keras hingga membakar Mobil Ferrari dan beberapa Mobil di sekitarnya. Tubuh Herold Simon hancur berkeping-keping akibat ledakan tersebut.
Orang-orang yang ada didalam Gedung segera keluar menuju ke arah sumber ledakan.
"Sekarang tinggal Yves Simon."
Maria lalu menghilang dari atas gedung tersebut.
***
Yves Simon melaju mobilnya dengan cepat menju ke Rumah Sakit Antwerp, tempat dimana jasad Ibu dan potongan tubuh Ayahnya sedang diotopsi.
"Sialan kalian Teroris. Kalian memang bajingan. Tidak akan aku ampuni orang-orang yang telah merenggut keluargaku," ucap Yves kesal.
"Oh, begitu. Bagaimana dengan Bayi-bayi dari China yang telah kau culik!" ucap Maria yang duduk dibelakang Yves.
Merasakan adanya orang yang tiba-tiba duduk di belakangnya, Yves segera mengerem mendadak. Yves lalu menengok ke belakang.
"Siapa kau!" teriaknya kesal.
"Aku adalah Malaikat Pencabut Nyawa."
Maria lalu menusuk jantung Yves dengan Katana-nya.
"Keluargamu telah merenggut banyak orang. Aku membunuhmu karena ada seseorang yang menyewa jasaku. Selain itu juga, membunuh Manusia brengsek seperti kalian adalah sebuah kesenangan. Selamat tinggal," ucap Maria dengan seringai Iblisnya dan nada bicaranya yang dingin dan Gadis Vampir itu menghilang dan meninggalkan jasad Yves Simon yang tergeletak di dalam Mobil Ferrari disebuah jalanan sepi menuju Kota Antwerp.
***
Franceque Linda membuka ponsel-nya.
Herold Simon dan keluarganya telah aku bunuh. Senang bisa berbisnis denganmu dan terima kasih atas darahmu yang nikmat.