***
Puncak Phoenix. Tempat dimana pavilium merah berada. Tempat itu merupakan tempat tinggal Yu Feng dimasa lalu, namun kini telah di alih fungsikan menjadi tempat semua guru berkumpul untuk berbagai pembicaraan dengan kepala akademi.
Namun saat ini paviliun merah akan digunakan seperti biasa setiap tahunnya, yaitu sebagai tempat ujian bagi murid yang telah di undang untuk menghadap kepala akademi langsung.
Ketika melewati lingkaran tangga pertama, semua orang akan langsung dapat melihat patung besar sosok pendiri akademi Yu Feng yang baru dibangun bersamaan dengan renovasi sebagai simbol penghormatan.
Patungnya begitu menawan dengan jubahnya yang berkibar, pedang yang terhunus menunjuk langit bintang utara di tangan kanannya, sedangkan di tangan kirinya memegang sebuah buku yang akan bersinar saat malam tiba. Kekuatan, Ilmu pengetahuan, dan Sikap berkelas tinggi adalah hal yang dapat tergambar begitu melihat patung menawan itu.
Setelah melewati patung itu dan lima anak tangga, seseorang juga sudah dapat melihat puncak bangunan paviliun merah yang mirip pagoda benar-benar berwarna merah cerah dengan air terjun yang mengalir deras di samping kanan, sedangkan di kirinya adalah jurang dangkal berisi air dari air terjun. Jurang itu sebelumnya tidak ada, namun terbentuk setelah penjaga Tian Xing juga hampir membelah akademi menjadi seperti pulau tanduk timur yang terpisah dari benua Xing Mu.
Dan hasilnya semua murid harus menggunakan akses jembatan besar yang telah dibangun atau menggunakan perahu-perahu yang juga telah disediakan untuk ke komplek bangunan utama dalam akademi.
Tapi kebanyakan murid-murid yang berasal dari benua Xing Mu tentu hanya perlu menyebrangi jembatan, sedangkan akses dari jalur air kebanyakan digunakan para murid luar dari benua lain yang juga ingin mendaftar ke akademi bintang utara setelah mendengar tentang master bintang Yu Feng sebagai pendirinya yang mulai terkenal di lima penjuru benua.
Begitu berada tepat di dekat patung pendiri akademi, Feng Qi Mei nampak sudah berhenti melihat patung itu. Ia menatap patung Yu Feng dengan mata yang sendu. Mungkin ia menyayangkan kematian sang master bintang itu yang harus tewas untuk menyegel penjaga Tian Xing timur.
"Jika masih hidup aku pasti hanya akan pergi untuk berguru secara pribadi dengannya tanpa harus mengikuti kelas dengan orang lain" gumam Qi Mei yang anti sosial. Ia lalu tersenyum sedikit misterius dan melanjutkan perjalanannya menuju puncak phoenik yang masih setengah jalan lagi.
"Heh. Lihatlah si Qi Mei itu. Ia bahkan tidak memberikan hormat pada patung pendiri akademi. Sangat sombong!" Dumal Qi Yu yang sebenarnya masih satu sekte dengan Qi Mei. Ia menilai jika Qi Mei sombong, padahal Qi Mei hanyalah orang yang anti sosial yang tidak menyukai keramaian terlebih jika harus berbaur dengan orang-orang seperti Qi Yu yang hanya akan membuang-buang waktunya yang terlalu berharga.
"Kawanku, ayo kita beri salam hormat pada pendiri akademi. Dia pasti akan melihat kita dari atas sana dan memberikan kita restu untuk menggunakan keterampilan bintang sepertinya. Itu sangat bagus!" Ujar Qi Yu dengan semangat dan penuh keyakinan. Ia menarik Wu Yuxuan.
Sesampainya di depan patung, Qi Yu langsung memberikan gerakan membungkuk dan membuat salam penghormatan berulang kali. Sedangkan Wu Yuxuan hanya bisa tersenyum dan terpana melihat sikap Qi Yu yang memberikan hormat pada patung dirinya itu sebelum ia juga ikut memberikan hormat pada dirinya sendiri.
"Sungguh anak yang baik"
"Baiklah ... Feng Qi Yu aku memberkatimu. Semoga para bintang menuntunmu juga" batin Wu Yuxuan. Ia berniat akan sedikit membantu Qi Yu jika mengalami kesulitan nanti, sebagai rasa terimakasih dan penghargaan untuknya yang sangat menghormati Yu Feng.
Saat melihat sikap Qi Yu, ia juga kembali bernostalgia. Tiga moment di waktu berbeda berputar dalam ingatannya. Pertama adalah saat dirinya yang dulu begitu nakal, bahkan hanya untuk memberikan salam hormat pada gurunya ia enggan melakukannya dikarenakan dirinya masih seperti anjing liar yang baru dipungut dan masih memiliki rasa takut. Kedua adalah disaat dirinya memutuskan mendirikan akademi dan mendapatkan banyak salam hormat dari muridnya. Ia tak pernah menyangka jika akan merasakan posisi menjadi orang terhormat setelah begitu kelam dalam masa kecilnya sebagai budak yang diperjual belikan.
Ketiga dan yang terakhir adalah saat dimana memberikan salam hormat pada guru Xing Yun untuk yang terakhir kalinya. Padahal ia berharap dapat memberikan banyak kebaktian untuk orang tua itu yang begitu tulus merawatnya seperti anak sendiri.
Saat mengingat Xing Yun, dia adalah sosok orang tua dan guru sekaligus bagi Yu Feng sehingga dirinya merasa cukup kecewa karena hanya dapat berbakti dalam waktu yang singkat disaat Xing Yun menyuruh dirinya untuk pergi bersama istrinya dan membangun keluarga yang bahagia.
"Seharusnya aku tetap membantah guru untuk tidak pergi meninggalkannya" batin Wu Yuxuan yang mengetahui sikap Xing Yun yang sama selalu bersikap tegar dan sok kuat bahkan disaat rentanya. Meskipun kenyataan itu benar, tapi tetap saja harusnya ia tetap tinggal bersama Xing Yun untuk berbakti melayaninya sampai akhir. Dan karena jarak inilah yang membuat Xing Yun harus pergi sendiri menghadapi penjaga Tian Xing yang mengamuk pertama kali karena saat itu dirinya berada bersama dengan keluarganya di benua utama untuk suatu urusan.
Seketika Wu Yuxuan menjadi sedikit pening. Ia merasa sedikit mengingat sesuatu saat penjaga Tian Xing mengamuk saat itu, namun sayangnya ia tidak dapat mengingatnya untuk saat ini. Ingatannya memburam saat mencoba mengingat sesuatu yang misterius yang ada pada penjaga Tian Xing.
"Sial" rutuknya. Padahal jika ia dapat mengingatnya mungkin satu kunci untuk membuka dalang dibalik mengamuknya penjaga Tian Xing timur akan terlihat.
"Kawanku, kau baik-baik saja?. Wajahmu pucat" ucap Qi Yu yang melihat Wu Yuxuan sedikit terhuyung.
"Aku baik-baik saja, terimakasih" jawab Wu Yuxuan.
Mereka pun melanjutkan perjalanannya menuju pavilium merah di puncak phoenix yang tinggal setengah jalan lagi. Dan tak butuh lama mereka telah sampai disana.
Di dalam ruangan paviliun merah itu juga nampaknya memiliki banyak perubahan, tapi tidak merubah struktur bangunan yang memang tidak mengalami kerusakan akibat amukan penjaga Tian Xing, hanya saja bangunan itu memang membutuhkan perawatan lebih sehingga cat nya diganti untuk melindungi kayu yang sudah termakan waktu, meski hal itu tidak merubah fakta jika kayu yang digunakan untuk setiap bangunan di akademi adalah kayu terbaik yang sangat kuat, kecuali kau menyerangnya dengan sengaja dengan kekuatan besar.
Beberapa posisi benda yang ada di dalam paviliun dirubah dan ada yang diganti, tapi Wu Yuxuan tidak memiliki masalah sama sekali dengan perubahan pavilun miliknya. Toh itu digunakan untuk akademi juga, dan ia pun tidak mendapat keuntungan ataupun kerugian darinya.
Tepat setelah memasuki pavilium. Mereka disambut oleh kepala penguji Shen Qi yang entah mengapa langsung menggiring keduanya keluar dari pintu dengan isyarat agar mereka jangan masuk terlebih dahulu.
"Aih. Kalian berdua. Pakaian apa yang kalian pakai?, cepat lepas jubah-jubah ini. Bersikap sopanlah di depan kepala akademi meskipun dia lebih muda dari kalian" jelas Shen Qi.
Wu Yuxuan dan Qi Yu saling berpandang melempar pertanyaan dalam diam dan hanya berakhir bingung karena tak mengerti maksud dari kepala penguji Shen Qi.
"Apa maksud anda tuan Shen?. Kenapa kami harus melepaskan jubah ini?" Tanya Wu Yuxuan dengan bingung dan penasaran.
"Iya. Kenapa harus dilepas?. Tidakah kau melihat aku memakai ini untuk menghormati mendiang Master Yu Feng!" Tukas Qi Yu sedikit kesal seolah idolanya juga tengah diinjak harga dirinya.
"Bukan begitu. Kukira kalian tidak mengetahui peraturannya ya. Tidak ada yang boleh memakai pakaian merah disini kecuali kepala akademi. Dan hal itulah yang harus kalian lakukan untuk menghormati kepala akademi Yu Feng dan kepala akademi yang sekarang"
"Apa alasannya?. Kenapa hanya kepala akademi Yu Yue yang boleh memakainya?. Penghormatan macam apa maksud anda?" Tanya Wu Yuxuan sangat penasaran dan heran.
"Aih. Aku tidak enak membahasnya disini. Lebih baik kalian lepas dulu dan aku akan menjelaskannya setelah kalian selesai. Ayo, jangan membuang waktu kepala akademi. Dia juga masih harus mengawasi ujian murid-murid lain" jelas kepala penguji.
Karena Wu Yuxuan juga tidak ingin membuang waktu dan membuat keributan, jadi dia hanya menurut dan lanngsung membuka jubah merahnya. Ia meminta Hong Hu untuk menyimpannya dulu.
"Hong Hu, simpan jubahnya. Dan tetaplah disini sampai aku selesai" perintah Wu Yuxuan pada Hong Hu.
"Baik" Hong Hu mengambil jubah Wu Yuxuan lalu pergi.
Hal pertama yang Wu Yuxuan lakukan ketika memasuki kembali pavilium merah adalah mencari-cari sosok kepala akademi yang tak lain adalah cucunya sendiri. Ia tidak sabar untuk melihat kondisinya sekarang. Tapi sayang, Yu Yue justru sudah pergi dari sana beberapa menit lalu saat menerima laporan ada tamu penting yang harus ditemuinya terlebih dahulu sehingga ketiga murid undangan itu kini harus menunggu sampai kepala akademi kembali.
Sementara waktu luang itu, mereka bertiga diminta kepala penguji untuk menunjukan star spirit dan pengukuran qi bintang.
"Baiklah, Feng Qi Mei silahkan maju dan tunjukan star spirit milikmu" ucap kepala penguji Shen Qi yang lebih dahulu menunjuk Feng Qi Mei yang nampaknya lebih memiliki potensi besar dimatanya.
Sementara itu, Feng Qi Yu masih sibuk dengan kata-katanya. Kedua matanya juga masih melihat dengan kagum sebuah lukisan yang cukup besar yang ada di dalam sana.
"Kawan. Lihatlah tuan Yu Feng ini. Apakah dia benar-benar mahluk dari dunia ini?. Dia terlalu bersinar untuk sebuah bintang yang sendirian di langit gelap" jelas Feng Qi Yu yang entah tengah memuji atau sudah kehabisan kata-kata untuk memuji idolanya.
Wu Yuxuan sendiri sedikit bingung menanggapi. Jadi ia hanya sesekali menimpal dan memuji Feng Qi Yu yang sangat mengidolakan master Yu Feng yang wajahnya kini terpampang jelas dalam sebuah lukisan.
"Siapa yang melukis ini?" Batin Wu Yuxuan bertanya-tanya karena ia tak ingat memiliki lukisan dirinya berada dalam pavilium merahnya. Ia memandang wajah lamanya dalam lukisan itu yang begitu khas memiliki senyuman.
"Apakah aku sudah tersenyum dengan benar?" Batinnya lagi. Ia merasa senyumannya selama ini tak pernah seperti yang ada di dalam lukisan. Ia bertanya-tanya, apakah si pelukis ini benar-benar melihat dirinya tersenyum seperti itu?. Jika iya, ia akan bersyukur. Itu berarti ia telah menutupi luka ataupun kesedihannya dengan baik dan rapat.