Begitu pagi tiba, Aric menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Namun, tidak seperti biasa ia akan berolahraga sampai jam delapan pagi. Ia sudah menyelesaikan olahraga dan latihan paginya jam enam pagi untuk bersiap menyapa adik manisnya dan sarapan bersama.
Karena kini ia sudah memiliki Alecia yang akan selalu menemaninya makan atau menjalankan aktivitas bersama. Tidak seperti dulu. "Apa Cia sudah bangun?"
"Nona Alecia belum bangun, tuan muda. Nona akan bangun jam tujuh pagi," ucap Jade sambil menerima botol minuman yang selesai di minum Aric.
"Kalau begitu, aku harus bersiap-siap sebelum Cia bangun," ucap Aric dengan penuh semangat lalu berjalan meninggalkan Jade.
Jade yang sudah menjadi pelayan keluarga Shamus dan telah merawat Aric dari kecil menjadi sangat senang saat melihat ekspresi ceria tuan mudanya yang selama ini selalu terlihat kesepian.
Awalnya ia tidak mengerti kenapa tuan mudanya ingin menjadikan Alecia sebagai bagian dari keluarga Shamus. Saat ia melakukan pemeriksaan mengenai Alecia dan keluarga Kishi, Jade berpikir jika tuan mudanya melakukan itu karena merasa kasihan dengan gadis kecil itu.
Namun, saat melihat tuan mudanya terlihat lebih bahagia di bandingkan dulu, membuat Jade menjadi sangat senang dengan kemunculan Alecia yang dapat mengubah kehidupan tuan mudanya itu.
***
"Selamat pagi, nona muda," ucap Monica sambil tersenyum lembut kepada tuan barunya yang baru saja bangun.
"Selamat pagi, Monica!" sapa Alecia sambil tersenyum ceria.
"Bagaimana kalau kita bersiap sekarang? Tuan muda pasti sudah menunggu kedatangan Anda untuk sarapan bersama," tanya Monica.
Alecia menganggukkan kepala, setelah itu Monica segera membantu Alecia bersiap-siap dengan cepat. Hanya dalam waktu lima belas menit, akhirnya Alecia selesai dengan bantuan Monica. Gadis kecil itu dengan bersemangat menuju ke ruang makan di lantai satu.
Ia sudah tinggal di rumah barunya selama dua hari, namun tempat ini sudah terasa tidak begitu asing. Mungkin karena ia diperlakukan lebih baik di bandingkan di rumah keluarga Kishi.
Alecia menggelengkan kepala pelan untuk membuatnya tidak teringat kembali mengenai perilaku keluarga Kishi kepadanya. Ia harus mencoba untuk melupakan semua itu. "Selamat pagi, Cia."
Mendengar suara itu membuat Alecia langsung mengembangkan senyumannya saat melihat senyuman lembut dari kakaknya. "Selamat pagi, kak Aric!"
"Hari ini, apa yang akan kita lakukan?" tanya Aric saat Alecia sudah duduk di kursi makannya sambil menunggu sarapan di siapkan.
"Hm ... hari ini Cia tidak tahu ingin melakukan apa," ucap Alecia.
"Bagaimana jika bertemu dengan teman barumu?"
"Apa bisa?!" tanya Alecia dengan mata yang berbinar-binar. Aric yang melihat tatapan itu tentu saja tidak akan bisa menolak.
Aric mengelus kepala Alecia dengan lembut. "Tentu saja, apapun yang kamu mau."
Setelah itu, makanan mereka tiba. Alecia segera menikmati sarapannya dengan ceria. Sedangkan Aric menghubungi Takeo, awalnya Aric tidak yakin jika sahabatnya itu akan setuju, karena mungkin adik sahabatnya itu tidak ingin bertemu dengan orang asing.
Namun di luar dugaannya, Takeo setuju untuk bertemu hari itu juga, dan akan segera pergi ke kediaman Shamus bersama adiknya. Aric mengembuskan napas pelan setelah selesai menghubungi Takeo.
"Kakak kenapa?"
Aric langsung mengembangkan senyumannya sambil menggelengkan kepala pelan. "Bukan apa-apa. Kebetulan teman kakak setuju untuk membawa adiknya kemari."
"Kalau begitu Cia mau siap-siap!" ucap Alecia semangat dan langsung meninggalkan meja makan dengan diikuti Monica.
Aric yang melihat sikap adiknya hanya bisa tertawa. "Jade, seperti yang kau dengar tadi. Takeo dan adiknya akan datang tiga puluh menit lagi. Sambut mereka."
"Baik, tuan muda."
***
Begitu Takeo tiba, ia langsung di sambut Jade di depan rumah. "Selamat datang, tuan Grissham."
"Lama tidak bertemu Jade," ucap Takeo dengan ceria lalu menatap adiknya yang masih bersembunyi di belakang kakaknya itu. "Belyn, kenapa kau sembunyi seperti itu. Ayo kenalkan dirimu."
Gadis kecil berambut hitam dengan sepasang mata berwarna cokelat muda itu menatap Jade dengan ekspresi malu lalu sedikit mengakat gaun pendeknya dan membungkukkan badan dengan anggun. "Perkenalkan saya adik kak Takeo dan putri bungsu keluarga Grissham. Belyn Kaya Grissham."
Melihat perkenJade yang anggun dari gadis kecil berusia tujuh tahun itu membuat Jade tersenyum. "Hoho … Salam kenal, nona muda Grissham. Nama saya Jade Brav Ansell, silakan panggil saya Jade. Selamat datang di kediaman klan Shamus."
"Di mana Aric dan Alecia?" tanya Takeo yang terlihat bersemangat.
Belyn yang sudah lama tidak melihat ekspresi semangat kakaknya menjadi bingung saat mendengar dua nama yang di sebut kakaknya itu. Sebelum Takeo mengajaknya pergi ke kediaman Shamus, Takeo bilang kepada Belyn jika ia ingin memperkenalkan sahabat lama dan adiknya.
"Mari saya antarkan, tuan dan nona muda sudah menunggu kalian di dalam," ucap Jade.
Takeo menganggukkan kepala lalu berjalan dengan menggenggam tangan Belyn masuk ke rumah yang sudah lama tidak ia masuki semenjak Aric menjJadei pelatihan di luar negeri selama lima tahun.
Jade membawa Takeo dan Belyn menuju ke ruang tamu, di sana mereka dapat melihat gadis kecil berambut merah yang sedang minum, pelayan wanita yang berdiri di belakang gadis kecil itu dan pria berambut kuning emas yang membuat Belyn menjadi sangat takjub. Karena ini pertama kalinya ia melihat rambut yang berwarna kuning emas seperti itu. Karena yang ia tahu selama ini tidak pernah ada orang yang memiliki rambut seperti pria itu.
"Belyn, kenapa?" tanya Takeo bingung karena adiknya tiba-tiba berhenti dengan ekspresi terkejut.
Namun, Belyn tidak langsung menjawab pertanyaan Takeo. Karena gadis kecil berusia tujuh tahun itu tidak hanya takjub dengan warna rambut kuning emas yang di miliki pria tampan yang sedang membaca koran itu, ia juga takjub melihat rambut merah gadis kecil yang menatapnya dengan sepasang mata merah dan wajah yang sangat menggemaskan.
"Tidak mungkin mereka teman kakak," ucap Belyn.
"Hah? Apa maksudmu?" tanya Takeo bingung.
"Bagaimana bisa mereka mau berteman dengan kakak yang jelek seperti ini?" tanya Belyn kesal.
Mendengar perkataan adiknya itu, seketika Takeo merasa jantungnya tertusuk oleh pedang yang begitu tajam namun tidak mengeluarkan darah. "Hahaha … tidak masalah, kakak sudah terbiasa dengan pujian itu," ucap Takeo.
"Kenapa kalian diam saja di sana?" tanya Aric yang akhirnya meletakkan koran di meja lalu meminum minumannya.
"Bukan apa-apa," ucap Takeo lalu mengajak Belyn untuk berjalan mendekati Aric dan Alecia yang sudah menunggu kedatangan mereka. "Perkenalkan ini adikku."
Belyn langsung membungkukkan badannya dengan anggun dan berbicara dengan percaya diri. "Salam kenal, saya putri bungsu keluarga Grissham, Belyn Kaya Grissham."
Mendapatkan salam yang biasanya di dapatkan dari orang dewasa membuat Aric menatap Takeo dengan ekspresi yang mengatakan, 'apa yang kau ajarkan pada gadis berusia tujuh tahun?'
Aric sangat bingung karena formalitas seperti itu di ajarkan kepada anak berusia tiga belas tahun, dan ia baru saja mendapatkan salam formalitas seperti itu dari anak berusia tujuh tahun. Ia langsung menatap Alecia yang menujukkan ekspresi takjub melihat Belyn. Ah … semoga saja Alecia tidak ingin belajar hal itu di usianya yang masih lima tahun, batin Aric sambil menepuk kepJadeya pelan.
Takeo yang mengerti respon Aric hanya bisa tertawa kaku sambil mengalihkan pandangannya dan berharap jika Alecia tidak akan meminta Aric untuk mengajarkannya salam formal yang baru saja di tunjukkan adik kesayangannya itu. Ia harus membuka pembicaraan di suasana canggung yang ada di sekitarnya.
"Ehem … kau pasti Alecia bukan? Salam kenal, namaku Takeo Alger Grissham, panggil saja kak Takeo. Seperti yang kau tahu dari nama keluarga kami, Belyn adalah adikku dan aku sahabat baik kak Aric," ucap Takeo setelah berlutut di depan Alecia dan tersenyum ceria.
Alecia langsung memberikan gelas minumannya kepada Monica dan berdiri. "Salam kenal kak Takeo, namaku Alecia Zoain Shamus. Aku adiknya kak Aric!" ucap Alecia dengan ceria meskipun dengan pelafJade yang masih belum lancar dan wajah yang sedikit malu.
Tiba-tiba Belyn langsung memeluknya, sehingga membuat Alecia dan semua orang yang ada di sana menjadi terkejut. "Be-Belyn … apa yang kau lakukan?" tanya Takeo panic.
"Alecia begitu menggemaskan, jadi aku memeluknya," ucap Belyn.
"Hah … jangan terlalu kuat, kasihan Alecia," ucap Takeo.
"Ah, maaf," ucap Belyn lalu melepaskan pelukannya.
"Tidak apa-apa," ucap Alecia sambil tersenyum ceria.
"Salam kenal Alecia, ah boleh aku panggil Alecia? Kamu bisa memanggilku Lyn!" ucap Belyn.
Alecia menganggukkan kepJadeya. "Lyn juga panggil saja aku Cia."
"Cia, bagaimana jika kamu bermain dengan Belyn di kamar?" tanya Aric.
Alecia menganggukkan kepala. "Uhm."
Setelah itu, Alecia mengajak Belyn menuju kamarnya dengan diikuti Monica. Sedangkan Jade pergi membuatkan minuman untuk Belyn dan Takeo. Sehingga yang ada di ruang tamu hanya ada Aric dan Takeo.
"Aric, arti nama yang di dapatkan Alecia itu…"
"Aku tahu yang kau khawatirkan, aku sudah menginformasikan nama tengah Alecia kepada orang tuaku. Jadi, kau tidak perlu khawatir. Tidak akan ada yang berani melukai putri klan Shamus, kecuali jika mereka tidak menyayangi nyawa mereka," ucap Aric lalu meminum minumannya.
Meskipun Aric berbicara dengan tenang. Takeo dapat merasakan aura yang menakutkan dari sahabat baiknya itu. Sekali lagi ia beruntung karena Aric adalah sahabatnya, dan bukan musuhnya. Ia tidak akan pernah berani menjadi musuh Aric. Karena, Aric lebih berbahaya dibandingkan ayahnya.
"Oh, ternyata ada tamu," ucap Morgan yang baru saja turun dan berencana membaca koran di ruang tamu. Ternyata bertemu dengan Aric dan Takeo di ruang tamu.
"Kalau tidak salah, Anda asisten paman Jayden bukan? Apa yang dilakukan asisten militer di sini?" tanya Takeo bingung.
"Apa saya mengenal Anda?" tanya Morgan bingung.
"Ah … saya Takeo Alger Grissham. Aric mengundang saya dan adik saya untuk bermain dengan Alecia," ucap Takeo yang sudah biasa menghadapi situasi akan bertemu dengan orang terkenal di Everland dan tidak ada yang mengenalnya kecuali saat dia memperkenalkan diri.
"Begitu … salam kenal, tuan muda Grissham. Seperti yang Anda tahu saya asistem militer Komandan Jayden, Morgan Alden Sky," ucap Morgan dengan nada datarnya.
"Kau ke sini untuk mengambil ini bukan?" tanya Aric sambil menunjukkan koran yang sebelumnya ia baca.
"Ah benar, tuan muda," ucap Morgan.
Aric langsung melemparkan koran yang sebelumnya ia baca kepada Morgan. "Terima kasih, kalau begitu saya permisi dulu."
Aric yang merasa mendapatkan tatapan aneh dari sahabatnya itu langsung menatap Takeo dengan bingung. "Apa?"
"Apa tuan Morgan sekarang menjadi asisten pribadimu?" tanya Takeo.
"Tidak mungkin, Morgan di sini karena ayah memberinya waktu libur sampai ayah dan ibu datang. Sekaligus mengurus persiapan yang di perlukan ayah nanti untuk acara pengenJade Alecia," ucap Aric.
"Jadi, pengenalannya kapan?" tanya Jade.
"Tidak tahu, ibu yang mengurusnya," ucap Aric.
Takeo hanya bisa mengembuskan napas pelan lalu memutuskan untuk pergi memeriksa Belyn dan Alecia. Sehingga meninggalkan Aric sendirian di ruang tamu sambil bermain tabletnya.
Bersambung…