Saat akan pergi ke lantai dua, ia bertemu dengan Jade yang kembali sambil membawa nampan berisikan minuman untuknya dan Belyn. "Kebetulan kau ada di sini, Jade."
"Ada yang bisa saya bantu, tuan muda?" tanya Jade.
"Aku ingin memeriksa Belyn dan Alecia, apa kau bisa tunjukkan kamar Alecia?"
"Mari saya antarkan," ucap Jade lalu memimpin jalan menuju kamar Alecia di lantai dua.
Sebenarnya Takeo mengetahui beberapa lokasi di kediaman Shamus, karena ia sudah bermain di kediaman ini bersama Aric dari kecil. Namun, karena ia belum tahu di mana lokasi kamar Alecia, sehingga akan lebih baik jika ia meminta bantuan Jade untuk mengantarnya dari pada salah masuk kamar.
Karena, bagaimanapun ia tidak bisa berkeliaran di kediaman keluarga Shamus yang begitu besar. Atau ia sendiri akan tersesat bahkan lebih buruknya lagi, ia bisa saja tanpa sengaja memasuki ruangan terlarang di kediaman Shamus. Meskipun terlihat seperti Mansion biasa yang memiliki banyak kamar.
Kediaman Shamus memiliki beberapa ruangan berbahaya yang tidak bisa di masuki orang asing. Karena itu akan memicu alarm yang terpasang di setiap ruangan khusus. Itulah kenapa akan lebih baik jika dia meminta bantuan Jade. "Bukankah ini kamar tamu?" tanya Jade yang mengenali kamar yang dulu pernah ia gunakan saat menginap di kediaman Shamus.
Tidak ia sangkah jika kamar yang dulu ia gunakan kini menjadi kamar Alecia. "Kamar yang disiapkan untuk nona Alecia belum selesai di bangun. Jadi, untuk sementara nona Alecia tinggal di sini," ucap Jade.
"Memang rencananya kamar Alecia di mana? Apa ruangan di sebelah kamar Aric? Apa itu sebabnya banyak pekerja yang keluar masuk ruangan itu?" tanya Takeo.
"Benar."
"Bukankah ruangan di sebelah kamar Aric dulunya tempat kerja Aric?" tanya Takeo yang terkejut mengetahui kebenaran itu. Karena tempat kerja Aric yang kini sedang di bangun kamar untuk Alecia merupakan salah satu ruangan terlarang di kediaman Shamus.
"Tuan muda sendiri yang memerintahkan untuk mendesain ulang ruangan di sebelah kamarnya sebagai kamar nona muda. Beliau bilang akan lebih aman jika kamar nona muda berada di sampingnya," ucap Jade lalu membukakan pintu kamar Alecia.
"Oh kakak! Apa yang kakak lakukan di sini?" tanya Belyn.
"Jangan pedulikan aku. Lanjutkan saja bermain kalian, aku hanya ingin melihat-lihat," ucap Takeo.
"Baiklah."
"Tuan Jade, apa itu minuman untuk nona muda dan nona muda Grissham?" tanya Monica.
"Berikan saja kepada Alecia dan Belyn, aku masih belum haus," ucap Takeo.
Jade menganggukkan kepala lalu memberikan nampan berisikan minuman yang sedari tadi ia bawa kepada Monica.
"Oh ya, apa aku boleh melihat kamar Alecia?" tanya Takeo.
"Tapi kamar nona muda belum selesai, saya juga harus meminta izin kepada tuan muda," ucap Jade.
"Memang berapa lama kamar itu siap? Bukankah akan lebih baik jika Alecia tidak tinggal di kamar tamu sebelum ia merasa nyaman di sini dan tidak ingin pindah."
"Pembangunannya kemungkinan akan menghabiskan waktu sekitar dua minggu lagi paling cepat, paling lambat satu bulan baru selesai," ucap Jade.
"Memang apa yang kalian bangun di kamar itu sampai membutuhkan waktu selama itu? Tunggu … mengetahui kebiasaan bibi Adela, jangan bilang jika kalian membongkar ruangan di lantai tiga yang berada tepat di atas ruangan itu untuk membuat kamar Alecia menjadi sangat luas?" tanya Takeo.
"Haha … benar, bukankah Anda tahu jika kamar tuan muda juga seperti itu," ucap Jade.
"Jadi kamar Aric itu dua ruangan yang di jadikan satu?!" tanya Takeo terkejut.
"Empat … empat ruangan," ucap Jade.
Takeo sungguh tidak bisa berkata-kata lagi. Ia memang tahu jika kamar Aric sangat luas. Namun, ia tidak pernah menyangkah jika kamar Aric akan menggunakan empat ruangan. Ia hanya bisa mengembuskan napas pelan saat memikirkan lagi sikap ibu Aric yang memang suka sekali mendesain ruangan. Tentu saja ibu Aric akan memberikan desain ruangan terbaik untuk kamar putra tunggalnya itu.
"Apa kali ini bibi Adela yang juga mendesain kamar Alecia?" tanya Takeo.
"Tuan muda sendiri yang mengurus pembangunan kamar nona muda. Itulah kenapa pembangunannya tidak sebesar kamar tuan muda," ucap Jade.
'Ternyata ibu dan anak sama saja,' batin Takeo.
"Jadi, apa aku bisa melihatnya?"
"Kenapa kau sangat ingin melihat kamar Alecia?" tanya Aric yang tiba-tiba sudah berada di belakang mereka.
"Astaga! Kau ini suka sekali mengejutkan orang … bukan apa-apa, aku hanya penasaran karena dulu aku tidak boleh masuk ke ruangan di sebelah kamarmu itu," ucap Takeo.
Pada akhirnya Aric mengizinkan Takeo melihat pembangunan kamar Alecia meskipun ia sendiri bingung kenapa sahabatnya ini begitu penasaran dengan kamar Alecia yang menurutnya biasa saja seperti kamar pada umumnya.
Begitu mereka tiba di depan pintu kamar yang terbuka, meskipun belum ada perambotan dan pembangunannya sekitar Sembilan puluh persen selesai. Namun, Takeo menjadi sangat terkejut dengan bentuk kamar Alecia yang begitu tinggi dan cukup luas dengan dinding jendela yang memperlihatkan pemandangan indah.
"Kamar Alecia seperti kamar gadis kecil pada umumnya bukan, jadi untuk apa kau penasaran," ucap Aric.
'Dari mananya?!' batin Takeo kesal. Sungguh, ia tidak habis pikir dengan pemikiran sahabatnya ini. Dari mana kamar yang terlihat seperti kamar gadis kecil pada umumnya? Memang benar jika kamar itu di cat dengan dinding berwarna merah muda dan memiliki tirai putih. Namun, kamar itu lebih terlihat seperti apartemen di bandingkan kamar anak-anak.
Takeo ingin mengatakan sesuatu namun mengurungkan niatnya. Meskipun sudah mengenal keluarga Shamus cukup lama, namun ia tidak pernah terbiasa dengan kebiasaan mereka. "Sudahlah … sudah aku duga akan menjadi seperti ini," ucap Takeo.
Aric hanya menatap sahabatnya dengan ekspresi bingung. "Tuan muda, perabotan untuk kamar nona muda sudah tiba," ucap Jade yang baru saja mendapatkan informasi melalui headset yang tersambung di telinganya.
"Pastikan semuanya dalam kondisi baik lalu bawa masuk," ucap Aric.
"Baik, tuan muda."
Setelah itu, Jade segera pergi meninggalkan Aric dan Takeo yang masih diam di depan kamar Alecia. "Kakak, apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Alecia yang berjalan bersama Belyn mendekati Aric dan Takeo.
Aric langsung menutup ruangan yang akan menjadi kamar Alecia dengan cepat. Karena ia ingin memberikan kejutan ini kepada Alecia saat pesta pengenalan Alecia. "Bukan apa-apa, kakak hanya sedang berbicara santai dengan Takeo. Kalian mau kemana?"
"Cia mau mengajak Lyn bermain di halaman belakang," ucap Alecia.
"Baiklah, hati-hati kalau bermain," ucap Aric tanpa menghilangkan senyumannya.
Alecia menganggukkan kepala. "Uhm."
Setelah itu, Alecia dan Belyn langsung berjalan meninggalkan Aric dan Takeo sendirian di depan kamar. "Apa kau mau memberikan kejutan kepada Alecia?"
"Tentu saja. Setelah mendapatkan perilaku buruk seperti itu dari keluarga Kishi, aku ingin membuat gadis kecil itu selalu tersenyum. Bagaimanapun caranya … hah … seandainya saja dia mengatakan apa yang diinginkannya, aku pasti akan menurutinya," ucap Aric.
"Melihat Alecia yang tersenyum ceria seperti itu, aku rasa kau sudah melakukan yang terbaik, Aric. Pelan-pelan dia pasti akan lebih terbuka lagi, bersabarlah," ucap Takeo.
Aric hanya bisa menganggukkan kepala mendengar perkataan sahabatnya. "Tapi, aku tidak mengerti. Bukankah kamar ini sudah sembilan puluh persen selesai, tapi kenapa Jade bilang akan membutuhkan waktu sekitar dua minggu atau lebih untuk menyelesaikan kamar ini?" tanya Takeo.
"Dari mana sembilan puluh persennya? Kamar ini baru lima puluh persen selesai setelah perabotannya di masukkan. Ibu masih berencana akan memasukkan sesuatu di kamar ini. Jadi, Alecia nanti tinggal menggunakan kamar ini dengan nyaman."
"Hah … aku tidak pernah mengerti pemikiran keluarga Shamus," ucap Takeo.
"Bukankah akan berbahaya jika kau bisa membaca pikiran pemimpin dan ketua militer?"
"Hah … lupakan, aku akan bermain bersama Alecia dan Belyn saja," ucap Takeo.
Aric menganggukkan kepala dan membiarkan Takeo pergi, karena ia harus mengawasi langsung pemindahan perabotan baru kamar Alecia.
***
Setelah menghabiskan waktu seharian di kediaman Shamus dengan senang, Belyn dan Takeo dalam perjalanan pulang. Belyn yang kelelahan karena bermain seharian penuh bersama Alecia sedang tidur di pangkuan Takeo.
Selama perjalanan Takeo hanya sibuk memainkan phonselnya tanpa banyak bergerak, karena takut akan membangunkan Belyn yang sedang tertidur. Tiba-tiba mobil yang dikemudikan supir pribadinya itu berhenti secara mendadak. Sehingga membuat phonsel Takeo terjatuh dan ia langsung menahan tubuh Belyn agar tidak terjatuh.
"Hm … kakak, kenapa?" tanya Belyn yang terbangun.
"Mohon maaf, tuan muda, nona muda. Mobil di depan tiba-tiba berhenti mendadak dan pengemudinya keluar. Tolong tunggu di sini, akan saya periksa lebih dulu," ucap supir pribadi Takeo.
Takeo menganggukkan kepala. "Hati-hati."
Tiba-tiba penumpang dan pengemudi mobil di sekitarnya keluar dan berlari dengan panik. Belyn yang melihat itu memeluk Takeo dengan gemetar. "Kakak, kenapa mereka berlarian?"
"Kamu tidak perlu khawatir, ada kakak. Kita keluar dulu," ucap Takeo.
Belyn menganggukkan kepala lalu mereka keluar dari mobil. Takeo membawa Belyn agar adiknya tidak terpisah darinya, dan mereka bisa berlari dengan cepat jika terjadi sesuatu yang berbahaya.
"Tuan muda, nona muda. Sebaiknya kita lari sekarang, di depan sana muncul monster," ucap supir yang kembali untuk mengabarkan kondisi di depan kepada Takeo.
Takeo menganggukkan kepala setelah itu mereka langsung berlari dan Takeo membawa Belyn yang memeluk kakaknya dengan erat dan berusaha untuk tidak menangis. Mereka berlari sekuat tenaga menjauh dari tempat kemunculan monster itu. Karena phonsel Takeo sebelumnya jatuh dan entah di mana. Ia tidak bisa menghubungi Aric untuk meminta bantuan.
Sehingga ia hanya bisa mencari tempat persembunyian sampai pasukan keamanan dan Weirless tiba. "Tuan muda awas!"
Supir pribadi Takeo langsung mendorong Takeo hingga terjatuh dengan keras. Beruntung ia dapat dengan cepat melindungi Belyn sehingga adiknya tidak terluka. Namun, ia menjadi sangat terkejut saat melihat supir pribadi yang mendorongnya tadi ternyata melindunginya dari serangan monster. Sehingga supir itu yang menjadi korban.
Ia dapat melihat monster labar-laba berukuran raksasa dan supir yang salam ini menemaninya tertusuk oleh salah satu kaki laba-laba. "To … long … la … ri."
Dengan tenaga terakhirnya, supir yang sudah setia menemaninya dari kecil itu memintanya untuk lari dan meninggalkan tubuhnya yang sudah membeku. Takeo langsung tersadar dan segera berlari dengan tetap membawa Belyn yang masih ketakutan. Sebelum berlari ia sudah meminta Belyn untuk menutup matanya sampai Takeo memintanya untuk membuka mata.
'Ku mohon siapapun, cepatlah datang!' batin Takeo.
Bersambung…