Matahari belum menunjukkan sinarnya, namun Aric terbangun karena mendengar suara alarm dari jam digital di meja samping tempat tidur. Ia langsung mematikan alarm itu dan bangkit dari tempat tidur, lalu berjalan menuju ke kamar mandi. Setelah menghabiskan waktu lima belas menit di kamar mandi dan keluar dengan mengenakan kaos hitam polos dengan celana yang memiliki banyak kantung berwarna hijau tua.
Aric langsung memeriksa phonselnya saat mendengar nada dering pesan untuk memeriksa siapa yang mengirimkannya pesan setelah ia bangun. Saat mengetahui jika yang mengiriminya pesan adalah ibunya, Aric langsung membuka pesan itu dengan membacanya dengan teliti. Senyuman terbentuk di bibirnya lalu ia segera berjalan keluar dari kamar.
"Selamat pagi, tuan muda," ucap Jade yang menyapa Aric saat pria itu masuk ke ruang makan.
Aric hanya menganggukkan kepala lalu duduk di kursi makannya dan memainkan phonsel sambil menunggu sarapannya siap. "Jade, ajudan ayah akan datang jam sepuluh. Aku akan berada di perpustakaan, jika dia sudah datang, langsung antar ke perpustakaan."
"Baik tuan muda."
Setelah sarapan, Aric langsung menuju ke perpustakaan untuk membaca buku sambil menghabiskan waktu menunggu kedatangan ajudan ayahnya. Pagi ini perasaan Aric begitu senang terutama saat menerima pesan dari ibunya, sehingga senyuman tidak pernah menghilang dari wajahnya.
Tanpa terasa waktu berjalan dengan cepat dan Aric mendengar suara ketukan pintu lalu diikuti suara pintu terbuka. Aric yang tengah berbaring di sofa baca langsung menutup bukunya dan bangkit menatap pria berambut hitam bermata hijau tua dengan mengenakan kacamata bening. "Lama tidak bertemu, Morgan," ucap Aric yang menyapa pria itu dengan senyuman ceria.
Morgan memberi hormat kepada Aric sebelum berbicara. "Benar, lama tidak bertemu. Kapten Aric."
"Kau tidak perlu memanggilku kapten selama diluar markas," ucap Aric.
Morgan mengangukkan kepala lalu memberikan amplop cokelat kepada Aric. "Di dalam sini sudah berisikan semua keperluan untuk melakukan adopsi atas nama Alecia Kishi yang sudah di tanda tangani oleh komandan dan nyonya. Anda tinggal berkunjung ke kediaman Kishi bersama saya untuk mendapatkan tanda tangan kedua orang tua nona Alecia Kishi. Di dalam amplop itu juga tertadapat tanda tangan komandan untuk syarat yang akan di berikan kepada keluarga Kishi saat nona Alecia di angkat sebagai putri klan Shamus, komandan bilang anda bisa mengisinya sendiri syarat yang ingin anda berikan kepada keluarga Kishi."
Aric menganggukkan kepala lalu membuka amplop itu dan membaca setiap dokumen dengan teliti. "Kapan anda berencana untuk mengunjungi kediaman Kishi?" tanya Morgan.
Aric yang sudah selesai memeriksa dokumennya dengan puas menatap Jade. "Aku ingin pergi sekarang, tapi itu tidak mungkin karena aku belum membuat janjian dengan kepala keluarga Kishi. Kalau begitu Jade, segera buatkan surat dan kirimkan kepada kepala keluarga Kishi alasan kedatanganku dua hari lagi."
"Baik, tuan muda."
"Dua hari lagi? Kalau boleh tahu, kenapa harus menunggu dua hari lagi, tuan muda?" tanya Morgan bingung.
"Besok aku harus menemui Takeo. Apa kau akan langsung kembali ke markas?"
Morgan menggelengkan kepJadeya pelan. "Komandan memberikan saya waktu satu minggu untuk mengurus masalah ini bersama anda. Jadi, saya tidak akan langsung kembali ke markas."
"Begitu … kalau begitu Jade, siapkan kamar tamu untuk Morgan."
"Baik, tuan muda."
Aric kembali menatap Morgan. "Jika kau membutuhkan sesuatu, kau bisa mengatakannya kepada Jade."
"Baik."
"Oh Jade, apa kau sudah membereskan kamar yang aku pilih untuk menjadi kamar Alecia nanti?"
Jade yang akan berjalan menunjukkan jJade untuk Morgan langsung berhenti dan berbalik menatap Aric. "Sudah, tuan muda. Kami juga sudah selesai melakuakn renovasi yang sesuai untuk kamar anak perempuan."
"Bagus, kalau begitu aku akan memeriksanya. Siapkan juga pelayan yang akan melayani Alecia nanti, dan saat kau akan mengirimkan surat kepada kediaman Kishi, pastikan juga sudah membuat janji dengan kuil untuk doa pemberian nama," ucap Aric.
"Baik, tuan muda."
Setelah itu, Jade dan Morgan langsung berjalan meninggalkan Aric di perpustakaan. "Tuan muda Aric terlihat sangat bersemangat akan mengangkat anak dari keluarga Kishi itu sebagai adiknya," ucap Morgan yang berjalan di lorong mengikuti Jade menuju kamar tamu di lantai satu.
"Mungkin karena tuan muda tidak pernah merasakan memiliki seorang adik, sehingga ia sangat bersemangat," ucap Jade.
"Tapi, aku juga cukup terkejut saat komandan mengizinkan permintaan tuan muda Aric yang ingin mengangkat seorang adik dari keluarga yang bahkan tidak memiliki hubungan dengan keluarga Shamus," ucap Morgan.
"Mungkin karena, ini pertama kalinya tuan muda menginginkan sesuatu kepada orang tuannya. Sehingga tuan dan nyonya besar berusaha untuk memenuhi keinginannya. Lagi pula, saat anda menerima perintah dari komandan, bukankah seharusnya anda sudah mengetahui kondisi nona Alecia?"
"…"
Morgan hanya diam. Memang benar jika ia sudah mendapatkan kondisi keluarga Kishi, bagaimana keluarga itu memperlakukan putri mereka, hingga bisnis keluarga Kishi. Ia masih tidak percaya dengan laporan yang ia terima mengenai kondisi gadis bernama Alecia Kishi itu. Namun, jika di pikir-pikir lagi, gadis itu tidak memiliki nama tengah. Sehingga membuat Morgan sendiri menjadi kesal.
Morgan yang merupakan anak tertua dari tiga bersaudara di keluarganya yang begitu menyayangi adiknya, ia tidak bisa menerima begitu saja perilaku keluarga Kishi kepada gadis yang bahkan lebih muda dari adiknya.
***
Setelah memeriksa kamar yang akan di gunakan Alecia, Aric langsung pergi ke distrik Emporia dengan naik mobil yang di antarkan supir. Aric sebenarnya lebih memilih untuk mengendarai mobil. Namun, karena Jade mohon Aric untuk di antarkan dengan mobil, karena akan lebih memudahkannya jika membeli sesuatu.
Sehingga Aric menyetujui permintaan Jade. Selama perjJadean Aric hanya menatap keluar jendela. Saat melewati kediaman Kishi, ia langsung terpikirkan keadaan Alecia saat ini. Karena saat melewati taman tadi ia tidak menemukan keberadaan gadis kecil itu. Aric berpikir jika mungkin ibunya melarang Alecia untuk pergi ketaman.
Karena lokasi distrik Emporia berada di bagian utara Tersia, dan kondisi jJade yang selalu ramai jika pergi ke distrik Emporia yang merupakan pusat perdagangan. Sehingga membutuhkan waktu dua jam untuk sampai dengan mengendarai mobil. "Pergi ke toko yang menjual perabotan," ucap Aric saat mereka akhirnya tiba di wilayah distrik Emporia.
"Baik, tuan muda."
Mobil yang dikendarai Aric melaju dan parkir di depan salah satu toko besar yang terlihat papan besar yang bertuliskan nama toko yang menjual perabotan. Aric turun dan berjalan masuk dengan kedua tangan di masukkan ke saku celana. "Selamat datang."
Aric langsung di sambut oleh dua karyawan wanita toko dan satu karyawan pria. "Apa ada yang bisa kami bantu?" tanya karyawan pria itu.
"Aku ingin mencari perabotan untuk anak perempuan," ucap Aric.
"Perabotan anak-anak ada di lantai dua. Mari saya antar," ucap pelayan wanita dengan senyuman ramahnya.
Aric menganggukkan kepala lalu berjalan mengikuti karyawan wanita itu menuju ke lantai dua. Begitu di lantai dua, Aric dapat melihat berbagai macam perabotan anak-anak, dari mainan sampai tempat tidur. Namun, pandangan Aric langsung tertuju ke satu benda yang ada di area tempat belajar.
"Ini adalah teleskop dengan model terbaru. Jika anda membelinya sekarang, kami memberikan gratis bola lampu bintang yang dapat menerangi satu ruangan penuh."
"Hm … aku akan ambil ini," ucap Aric.
"Baik!"
Setelah itu, Aric berjalan ke bagian tempat duduk. "Aku satu set kursi ini."
Aric menunjuk satu set sofa dan kursi yang berwarna merah mudah dan putih, lalu menunjuk kearah bantal duduk berwarna putih, dan merah muda. "Baik!" Karyawan wanita itu langsung mencatat semua pesanan Aric dengan semangat.
"Apa ada perabotan untuk di luar rumah yang aman untuk anak-anak?" tanya Aric.
"Mari ikut saya," ucap karyawan wanita itu lalu berjalan dengan diikuti Aric menuju lantai tiga. Berbeda dengan lantai dua yang berisikan perabotan untuk anak-anak. Di lantai tiga adalah area untuk outdoor. "Semua perabotan untuk outdoor ada di sini, dan pastinya aman untuk anak-anak di atas empat tahun."
Aric berkeliling lantai tiga sambil memperhatikan setiap perabotan yang dapat di gunakan Alecia untuk bermain. Setelah berputar-putar selama tiga puluh menit, akhirnya ia memutuskan untuk membeli permainan yang biasanya ada di taman dekat rumahnya, dan membeli pelampung untuk Alecia jika ingin berenang di kolam renang belakang rumahnya. "Sepertinya ini cukup," ucap Aric lalu menatap karyawan wanita itu.
"Apa sudah semua yang anda inginkan, tuan?" tanya karyawan wanita itu.
"Ya," ucap Aric lalu memberikan black card—nya kepada karyawan wanita itu.
Karyawan wanita itu menerima kartu hitam milik Aric lalu mengetikkan sesuatu di tabletnya. "Semua barang akan dikirim kemana, tuan?"
"Distrik Potelis, kediaman Shamus."
Mendengar nama itu membuat karyawan wanita itu langsung terdiam dan menatap Aric dengan ekspresi terkejut. "Bisa kau lakukan dengan cepat? Aku masih ada urusan," ucap Aric yang merasa tidak nyaman dengan tatapan karyawan wanita itu.
"Ah, saya mohon maaf. Akan segera saya proses," ucap karyawan wanita itu lalu meninggalkan Aric.
Aric yang selesai dengan urusannya mengenai perabotan langsung turun ke lantai satu untuk pergi ke kasir. Setelah tiba di kasir, ia langsung menerima kartu beserta bola lampu bintang yang gratis karena membeli teleskop.
Setelah itu langsung berjalan meninggalkan toko perabotan yang langsung menjadi ramai karena banyak karyawan yang berkumpul di dekat meja kasir. Namun, Aric tidak memedulikan hal itu dan langsung masuk ke mobil untuk menuju ke lokasi berikutnya.
Bersambung…