Setelah Ye Xiao pergi, Mi Xiaomi berdiri dan bersiap pergi. Akan tetapi, tiba-tiba dia dihentikan oleh dua orang wanita cantik. Sekilas saja dia sudah tahu bahwa mereka adalah orang kaya.
"Maaf, Nona. Kami tidak bermaksud jahat untuk menghentikanmu. Kami hanya ingin memastikan sesuatu." kata Zhang Wenqin dengan sopan.
"Huh?"
Mi Xiaomi memandang ragu kedua wanita yang ada di hadapannya itu. Akan tetapi, dia tahu jika mereka memang tidak bermaksud jahat.
"Kami baru saja melihatmu bersama Ye Xiao. Kami jadi penasaran dengan hubungan kalian." kata Zhang Wenqing.
'Ternyata karena Ye Xiao.'
"Aku tidak kenal siapa itu Ye Xiao."
Mi Xiaomi menyangkal dengan keras, "Orang tadi hanyalah seseorang yang kebetulan lewat dan membantu untuk mengikatkan tali sepatuku. Aku tidak tahu namanya."
"Ha?"
Zhang Wenqing merasa agak kecewa, "Kalian benar-benar tidak saling kenal?"
"Tidak."
"Apa kamu sudah menikah?" tanya Chen Siqin sambil menatap perutnya.
"Ya."
Untuk menghindari timbulnya banyak masalah, Mi Xiaomi sengaja berkata pelan seraya mengusap perutnya, "Aku sudah menikah selama dua tahun dan tahun ini baru hamil."
"Maaf, kami sudah bersikap tidak sopan." Chen Siqin meminta maaf pada Mi Xiaomi. Lalu, menarik Zhang Wenqing untuk pergi.
"Kakak Ipar Kedua, benarkah dia bukan kekasih Lao Si? Kenapa Lao Si bisa sebaik itu?" Zhang Wenqing masih merasa janggal.
"Entahlah. Wanita itu terlihat biasa saja. Kurasa tidak ada darinya yang bisa membuat Lao Si tertarik."
Chen Siqin berkata, "Jika dipikir-pikir lagi, melihat cara Lao Si pergi tadi, dia bahkan tidak menoleh ke belakang. Jelas-jelas itu adalah sikapnya saat menghadapi orang asing."
"Yah, sayang sekali. Aku masih berharap dia bisa menjadi kekasih Lao Si. Dalam hidup ini, harapan terbesarku adalah bisa melihat tingkah Lao Si saat menyukai seorang wanita."
Chen Siqin menimpali, "Wenqing, sepertinya ada yang salah dengan otakmu. Jangan-jangan kamu menyukai Lao Si juga?" tanya Chen Siqin sambil menyeringai.
"Itu tidak mungkin. Aku dan Lao Si adalah teman sekelas sejak kami TK hingga SMA. Akan tetapi, aku belum pernah melihat dia memiliki hubungan dekat dengan wanita manapun. Jadi, aku benar-benar ingin tahu apa dia suka wanita. Selain itu, aku ingin melihat perubahannya saat sedang jatuh cinta pada seorang wanita. Memangnya, kamu tidak penasaran, Kakak Ipar Kedua?" ujar Zhang Wenqing sambil melirik Chen Siqin.
"Hahaha, sebenarnya aku juga sangat penasaran!"
Chen Siqin tersenyum dan berkata, "Tapi, wanita tadi terlalu biasa. Aku sedikit tidak yakin jika dia bisa menaklukan Lao Si."
"Bukan kamu saja yang tidak yakin. Mungkin separuh wanita yang ada di Jiangcheng pun juga tidak yakin, terutama Lin Xue'er."
"Hahaha, Lin Xue'er terlalu percaya diri. Dia berpikir bahwa dirinya bisa membuat Lao Si menyukainya. Akan tetapi, akhirnya dia malah malu sendiri, kan?"
"Sejujurnya, aku tidak terlalu menyukai Lin Xue'er. Meskipun dia adalah adik sepupu Kakak Ipar Pertama."
"Sejujurnya, aku juga. Dia merasa bahwa dirinyalah yang paling cantik dan hebat di dunia ini. Dia juga sangat sombong sehingga dia mengambil hati Nenek dan menutup mata pada kita para menantu."
"Benar, aku lebih memilih wanita yang sedang hamil tadi untuk menjadi adik ipar kita daripada Lin Xue'er. Untungnya, Lao Si juga membencinya."
"Heem, aku harap Lao Si bisa mendapatkan istri secepatnya. Sehingga kita berempat tidak harus berkumpul untuk bermain mahjong lagi."
"Benar, benar!"
Ekspresi keduanya tampak sangat berharap.
"Haciu!"
Entah kenapa Mi Xiaomi merasa hidungnya gatal dan bersin saat tengah berjalan.
Huh?
Siapa yang sedang membicarakannya?
"Tolong, aku pasti akan mencari pekerjaan dan mengembalikan uang kalian segera. Tolong jangan sentuh putriku."
Di depannya, ada seorang bibi yang tengah berlutut di hadapan dua pria garang. Bibi itu memohon belas kasihan pada mereka dengan wajah sedih. Dia terlihat begitu menyedihkan.