Chereads / Merebut Istri Tuan Muda / Chapter 8 - Rencana

Chapter 8 - Rencana

Saya tahu tuan muda memiliki banyak kekayaan yang tidak biasa. Saya telah membaca pikirannya. Dia bermaksud menyewakan sebuah planet untukku, Santi, dan anak-anak untuk ditinggali.

Agar tidak menimbulkan kecurigaan, pertama-tama saya akan menuruti keinginan tuan muda untuk tinggal di sana.

Ketika tuan muda lengah, saya akan membawa Santi dan anak-anak ke kerajaan milik keluargaku setelah membersihkan jejak lebih awal.

Ide yang cerdas, bukan?

Meski terkesan tega, pisahkan Santi dari suaminya. Saya tidak bermaksud buruk. Karena clan kami membutuhkan Santi untuk memulihkan dan memperkuat sistem keamanan bangsa serigala.

Saya juga menyadari bahwa Santi nyaman dengan perhatian yang saya berikan.

Saya yakin akhirnya saya bisa memenangkan hati Santi.

Padahal Santi sudah menjadi istri seseorang. Aku sendiri tidak mengerti mengapa hati ini selalu berdetak kencang, setiap kali aku berada di dekat gadis itu.

Saya telah jatuh cinta dengan Santi pada pandangan pertama.

Jika pada akhirnya Sannti juga merasakan hal yang sama. Saya jamin, itu bukan tanggung jawab saya. Ini salah tuan muda mengapa dia sering mengabaikan istri mudanya.

Saya tidak bisa membayangkan betapa kecewanya Santi ketika dia mengetahui siapa tuan muda dan keluarganya.

Santi akan shock dan pergi sejauh mungkin.

Kemanapun Santi pergi, selama dia masih di planet bumi, besar kemungkinan nenek Wendi akan tetap mendeteksi keberadaannya.

Jadi, bisa dikatakan selain membantu Santi, saya juga membantu tuan muda dan bahkan dari keluarga kandungku.

Tentang identitas saya. Setelah memenangkan hati Santi, aku akan memberitahumu identitas asliku tanpa menyembunyikan apapun.

"Kapan kamu membawa Santi ke sini?"

"Sebentar lagi Ayah."

"Tuan muda harus terlebih dahulu membujuk Nona Santi."

"Ayah berharap itu tidak akan lama sebelum Santi menginjakkan kaki di dunia kita."

Setelah berbicara dengan Ayah, saya mengucapkan selamat tinggal untuk kembali ke planet bumi. Tuan muda pasti bingung, mencariku.

"Dari mana saja kau, Hazel?"

"Saya dari apotek, membeli obat tuan muda."

Setelah saya menunjukkan bungkusan obat-obatan yang telah saya beli di apotik, tuan muda menolak untuk memarahi saya.

Tuan muda membawa saya ke suatu tempat supaya dapat berbicara dengan aman.

Kami tiba di sebuah vila megah milik keluarga Tuan muda. Sebelum masuk ke dalam, tuan muda terlebih dahulu memastikan bahwa tidak ada yang mengikuti kami berdua.

"Hazel, sebatas itu. Aku ingin mempercayakan istriku Santi padamu."

"Maksudmu tuan muda?" Aku berpura-pura tidak mengerti.

"Jiwa Santi dan anak-anak saya dalam bahaya."

"Jika kamu bersedia, aku akan membayar berapa pun yang kamu minta. Saya yakin kamu bisa melindungi keluargaku."

"Nenek menginginkan jiwa Santi dan anak-anak."

"Sebagai suami dan ayah. Aku tidak bisa membahayakan nyawa mereka."

Tuan muda itu sepertinya menghela nafas. Tatapannya kosong dari keputusasaan agar pria itu terlihat berantakan, sama sekali berbeda dengan sosok tuan muda yang selalu terlihat berwibawa.

Saya merasa kasihan pada tuan muda. Pasti berat baginya untuk berpisah dari keluarga yang sangat ia cintai.

"Aku tidak bisa melawan nenek."

"Hanya kau yang bisa membantuku, Hazel."

Akhirnya saya menyetujui permintaan tuan muda.

Kemudian kami berdua mendiskusikan rencana kami selanjutnya. Entah jujur ​​dengan Santi atau harus membuat skenario baru, lakukan sesuatu sampai Santi bersedia meninggalkan rumah nenek dan pergi bersamaku.

Kemudian saya membuat saran. Untuk saat ini, Santi tidak perlu tahu tentang niat kita.

Saya melakukan segalanya semata-mata untuk keselamatan Santi dan anak-anak.

Nenek terlihat begitu menyayangi Santi. Bukan tidak mungkin Santi akan memberitahu nenek tentang niat kami.

Lagi pula, Santi tidak akan percaya kata-kata tuan muda itu.

"Tuan muda harus membuat Nona Santi membenci anda."

"Tuan muda juga harus membujuk Nona Laras supaya dapat membuat Nona Santi lebih cemburu."

"Baiklah," jawab tuan muda itu.

"Aku akan melakukan apa yang kamu jelaskan sebelumnya."

Setelah menyelesaikan rencana, tuan muda memohon saya untuk kembali ke rumah nenek saya.

"Kita belum lama saling kenal, Hazel." kata tuan muda Tony.

"Aku juga belum menunjukkan alasan sebenarnya nenekku sangat menginginkan Santi dan anak-anakku."

"Tapi sepertinya kamu tidak ingin tahu alasanku. Kenapa kamu begitu setia padaku?" tanya tuan muda ditengah kesibukanku menyetir mobil.

Diam sejenak.

Kemudian saya menunjukkan bahwa saya akan melakukan semua itu, untuk membalas budi kepada tuan muda dan orang-orang yang dia cintai.

Saya bercerita tentang belas kasihan nenek. Dialah yang akan menyelamatkanku dari pekerjaanku sebagai pengamen.

"Saya tidak dapat membalas jasa baik anda dan dan keluargamu bahkan jika saya membayar gaji saya seumur hidup bekerja sebagai pengawal." Aku telah menjelaskan.

Beberapa hari kemudian.

Santi mendatangi saya dengan wajah penuh air mata.

Gadisku mencurahkan semua keluhannya padaku.

"Sabar, Nona Santi." saya berusaha menghibur hati Santi.

"Aku tidak tahan lagi, Hazel." kata Santi hampir putus asa.

"Saya tidak memiliki keinginan untuk melanjutkan cara hidup ini."

"Laras juga sering meneror. Mengirim ancaman agar aku menjauh dari jalan hidup tuan muda."

"Bahkan Laras telah mempermalukanku di depan teman-teman."

"Dia mengungkapkan tentang identitas saya sebagai istri kedua ."

"Meskipun aku dinikahi tuan muda, bukan atas kemauanku."

"Itu adalah takdir yang membuatku menjadi istri kedua tuan muda." kata Anti dengan mata berkabut. Mata indah perempuan yang aku sayangi kini tengah berkaca-kaca. Saya yakin dia mencoba menahan tangis agar bisa terlihat tangguh.

"Karena hasutan Laras, mereka mengeluarkan saya dari kelompok alumni SMA."

"Akun media sosial biru saya juga menjadi sasaran bullying mereka."

Saya tidak kuat lagi..." Ucap Santi MENA gis terisak-isak.

Akhirnya, Santi melampiaskan semua perasaan yang menyesakkan dadanya dengan terburu-buru.

Tanpa sadar, istri kedua tuan muda itu membenamkan wajahnya ke dalam pelukanku.

Saya menjadi tidak bisa berkata-kata. Tubuhku seperti tersengat listrik saat Santi berada di dekatku.

Ya Tuhan, apakah ini yang namanya jatuh cinta?

Ada perasaan tentram saat perempuan yang aku sayangi memeluk tubuh ini.

Beberapa hari kemudian.

Aku sibuk merekam perseteruan nenek, Laras, dan Santi.

Setelah Nenek memberi Santi ultimatum, wanita itu terdiam.

Saya tahu Santi sekarang ragu, dia bingung harus berbuat apa.

Akhirnya, Santi gagal meninggalkan rumah nenek Wendi.

Rencana tuan muda dan aku gagal. Kami berdua harus memikirkan cara lain.

Rencana kita belum cukup matang. Tuan muda dan aku lupa memikirkan pikiran nenek, yang selalu selangkah lebih maju.

Setelah mengirimkan rekaman video perseteruan tadi. Saya berpikir keras tentang bagaimana cara mengeluarkan Santi dan anak-anaknya dari rumah nenek Wendi.

Lima jariku sibuk mengetuk meja. Pikiranku mengembara kesana kemari, mencari ide-ide cerdas.

Saya katakan ide cerdas karena nyonya Wendi bukan orang sembarangan. Dia tidak tertipu.

Buktinya adalah bahwa rencana yang dibuat oleh tuan muda dan saya dengan susah payah telah gagal.

Tiba-tiba, terpikir olehku bagaimana cara menghabisi nyawa nenek Wendi. Mungkin dengan adanya ide ini, rencana untuk membawa kabur Santi dan anak-anak kali ini berjalan lancar.

Astaga, Hazel, apa ada sebenernya dengan pikiranmu?

Aku memukul kepala sendiri, berusaha untuk menghilangkan niat tidak baik.