Chereads / Pesky Of Demand / Chapter 13 - Care

Chapter 13 - Care

Ckrak! Nathan mensiagakan pistol laras panjang berjenis mitraliur dengan magazen mencapai seratus butir peluru. Mengangkat benda tersebut sejajar dengan bahunya, Nathan sejemang menatap Alam yang mengangguk ringan sampai membuat Nathan akan menjitaknya ribuan kali jika saja mereka bisa pulang nanti.

Ini juga pertama kalinya Nathan kalah debat oleh Alam yang sudah tidak bisa Ia tahan. Jika saja Tuhan memang ada, Dirgan kali ini akan memanjatkan do'a meminta Alam selamat sampai kembali ke rumah.

"Ayo dengarkan penyihir cantik itu," Nathan mulai membidik siluman tersebut. Alam yang mendengar saja tersenyum samar karena memang... ada perubahan kecil yang nathan tunjukan saat kemunculan Anna.

Bukankah secara tidak langsung, Tsuyoi sentoki itu memang telah membuat Nathan terpikat? Membiarkan Anna mendominasi dalam setiap kecupan singkat yang membuat Nathan berpikir keras untuk bisa mengingatnya kembali.

Dia bahkan pantang menyerah ketika mencari Anna meski dirinya gemas ingin merantai wanita tersebut, tapi fakta utamanya...

Nathan memang menyukai Anna, haruskan dia menyatakan rasa sukanya nanti? Dor!

Dor dor dor. Akhirnya terjadi baku tembak yang di awali dari peluru Nathan tepat—mengenai siluman tersebut, "Begitu saja?" gumam Nathan. Hanya dalam hitungan detik, suasana menjadi ramai.

Nathan terdiam dipijakan memperhatikan kebrutalan Alam, seraya membantu menembak beberapa orang yang membidik adiknya tersebut. Sedangkan siluman yang menteri itu selalu andalkan, sudah tidak berkutik serta ambruk serentak dengan penjabat tersebut.

"Dapatkan hidup-hidup!" teriak Alam. Nathan berkeringat dingin meski Ia hanya bersembunyi, memperhatikan sekeliling keadaan Alam yang hampir saja dijadikan sasaran beberapa kali. Membuat Ia harus cermat dan jangan sampai lengah memperhatikannya.

Pengawal Nathan yang ditembak brutal pun lantas bangkit lagi. Mereka sudah bersiaga untuk setiap kemungkinan yang ada, memakai rompi anti peluru meski dua orang tewas karena terkena tembakan di bagian kepala.

Kurang beruntung!

Baku tembak pun berlangsung belasan menit hingga semua mengucur peluh. Sampai terasa semuanya mulai hening—Nathan keluar dari persembunyian. Yang tersisa hanya suara muntahan Menteri Brazil tersebut, bersama siluman yang Nathan tembak beberapa kali lagi sebelum mendekatinya.

Alam sibuk melakukan eksekusi cepat pada komplotan Brazil yang masih sadarkan diri. Melemparnya langsung ke dalam air, sampai suara keciprak delapan orang yang berusaha berenang ketepian namun malah berakhir tenggelam.

Mereka juga memilah, rekan yang gugur untuk dibawa kembali ke indonesia. Alam tersenyum karena setelah membombandir puluhan orang, hanya lima diantara tim nya yang meninggal. Dia bangga sekali karena pandai memilih orang-orang hebat.

Meski ketika menatap kakaknya. Nathan mendelik sebal bahkan melempar senjatanya melayang—hampir mengenai tubuh Alam, "Kau ceroboh! Andalan apanya!" bentak Nathan. Dia membelalakan mata gemas melihat alam cengegesan.

"Eih, aku masih pemula Kak, segitu tuh kinerjaku udah bagus, Oke?" Alam mengedipkan mata. Kemudian bergegas pergi saat Nathan masih mangap-mangap harus berbicara apa pada adiknya itu. Sejak kapan Alam menjadi semenyebalkan Jodi.

Suara sirine mobil polisi sudah mulai terdengar dari kejauhan, namun Nathan dan timnya masih berleha-leha. Bahkan Alam masih khusyuk memberikan beberapa pertanyaan pada menteri tersebut. yang lainnya pun sibuk mengeksekusi banyak orang. Hanya Nathan yang menjadi pengangguran—berdiri di samping siluman sekarat dan ganar harus melakukan apa.

Setelah mendapat belasan peluru pada telinganya. Siluman tersebut hanya bisa bernapas, membuat Nathan berjongkok dan menelisik tubuh yang membuatnya terpukau. Berbanding terbalik dengan namanya ketakutan. Nathan malah takjub untuk pertama kalinya melihat mahluk seperti ini.

Jadinya Nathan rindu Anna. Ingin bertanya banyak hal, sehingga mempercepat semua urusannya agar bisa pulang lebih awal dengan menggernyit—jijik, sebab memasukan lengannya pada serat-serat yang terasa lembek juga masih menggeliat—mengakhiri hayat.

Bahkan siluman tersebut terus saja bernapas tersegal ketika Nathan mengaduk jeroan siluman untuk pertama kalinya. Nathan melihat sekilas, bola mata yang sepenuhnya hitam tersebut kemudian memejam, merasakan lendir lengket seperti bermain dengan seember ingus. Nathan masih belum juga menemukan letak jantung siluman tersebut.

Sedangkan yang ditangkap oleh bola mata Alam, Kakaknya itu terlalu sibuk merogoh payudara mayat wanita malang tersebut. Memperhatikan raut wajah Nathan, Ia mengigit bibir seraya mengeryitkan dahi.

Berpikir keras, karena tidak mungkinkan? Kakaknya terangsang oleh mayat yang bisa dikatakan cantik? Kenapa tidak culik dan bawa saja untuk Nathan kecup habis-habisan, baru membunuhnya.

"Woah! Dapat!" Nathan bersorak kecil. Dengan cepat mencabut jantung dari raga yang akhirnya mengakhiri hanyat ketika salah satu organnya berada dalam acungan Nathan sekarang. Ini merupakan oleh-oleh untuk Maya saat dia berpulang kerumah nanti.

Sebuah jantung berwarna coklat dengan serat akar melingkupi seluruh organ tersebut. Nathan harus memasukannya kedalam botol sebelum benda itu berhenti berdetak—katanya.

Ia mengulas senyum senang sekali karena memenuhi permintaan Anna, meski tidak lama kemudian bibir yang sedang naik-naiknya itu, tertekuk kembali setelah merogoh botol yang diberikan Anna.

Bagaimana cara Nathan memasukan jantungnya ke botol? "Di iris tipis begitu?" Dia beragumen sendiri.

Nathan belingsatan bahkan ketika melihat sekeliling untuk bertanya pada orang dengan polosnya. Namun semua sibuk. Termasuk Alam yang menghilang entah kemana bersama menteri Brazil. Jadinya Nathan berkutat sendirian. Pandangannya bergilir—menatap jantung kemudian beralih ke botol serta mengerjap beberapa kali.

"Ahh... " Nathan menyerah untuk berpikir lebih keras. Akhirnya dia menelpon pengawal penjaga rumah. Mengintruksikan untuk memberikan ponsel pada Anna, meski tadinya—Nathan berencana akan berpura-pura tidak membawa apa yang Anna pesan.

Setelah berdialog dengan durasi lima puluh tiga detik. Tut! Nathan mangap-mangap tidak jelas ketika akan melakukan salam penutupan namun sudah di putus sambungan oleh pihak rumah. Anna memang sunguh! Harus Nathan jamah biar tahu rasa.

Dia fokus kembali menatap si jantung yang mulai melemah... Kemudian mencoba—mengucapkan mantra yang diberikan Anna, "Perase mesa," ucap Nathan. Sedikit mengelitik hati saat Ia mengatakannya.

Namun terbantahkan karena selang beberapa detik, Jantung tersebut kehilangan gravitasi. Bergerak—melayang sampai meleburkan diri menjadi serbuk yang berbondong-bondong masuk ke dalam botol.

Nathan menatapnya lama. Jadi asal muasal serbuk yang berjejer di koper Anna terbuat dari jantung siluman? Nathan menelan saliva gugup membayang Ia pernah meminumnya di gelas yang sama dengan Anna.

Siapa sangka di usia yang akan menginjak kepala tiga ini, Nathan melihat hal-hal di luar nalar manusia. Ternyata siluman serta kehidupan berbau mistis seperti ini memang ada di dunia, hanya saja mereka tidak menampakan diri. 'Tidak terlihat bukan berarti tidak ada.' Kata Anna.

Nathan tersenyum kecut karena wanita bernama Tsuyoi Sentoki itu terus saja muncul dalam pikiran Nathan.

***

"Ann?" Nathan langsung mencari presensi wanita tersebut. Ia masuk kedalam kamar kosong yang membuatnya risau, takut jikalau Maya melarikan diri lagi. Atau kabur-kaburan hingga membuatnya emosi tingkat tinggi, "Anna?"

Memang hati Nathan senang sekali karena barang utuh, dapat uang pula. Biasanya setelah pulang dari operasi, Nathan akan melanjutkan eksekusi dan introgasi ringan dengan menguliti tawanannya. Namun sekarang berubah haluan masuk kedalam rumah. Mencari keberadaan orang yang membuatnya gusar kembali.

Baru Nathan akan mencoba mencari ke kamar mandi, Namun pintunya keburu terbuka oleh Anna yang membuat Nathan akhirnya bernapas lega. Secepat itu—Maya bisa mengubah suasana hati Nathan. Tsuyoi sentoki itu benar-benar hebat.

Hanya Anna yang menyiratkan wajah kecewanya karena Ia tak kunjung menemukan keberadaan teman-temannya. Termasuk karena Nathan berpulang dengan selamat. Harusnya sesuai dengan harapan Anna—yaitu Nathqn gila atau tidak sadarkan diri.

"Mana?" tanya Anna. Dia menagih apa yang sudah di janjikan Nathan, Meski pria pecandu video asusila tersebut malah duduk di tepian ranjang. Menilik dengan seksama, Anna yang terbalut kimono berwarna hitam miliknya itu tengah beradu kontras dengan kulit putih—lembab, pemancing hasrat.

Rambut basahnya membuat Nathan tertegun, apalagi sebelah bahunya terekspos dengan tulang selangka yang memikat semua jiwa. Anna ikut duduk di samping Nathan, menjulurkan telapak lengan tepat di depan wajah pria yang masih melamunkan banyak hal.

"Dua kali lagi aku akan membantumu, gunakan kartu As nya dengan baik," jelas Anna. Nathan mengangguk ringan, tentu Ia akan memakainya sebaik mungkin, apalagi di malam dingin seperti ini... cocok sekali untuk melakukan hubungan hangat di atas kasur bersama seorang cenayang.

Nathan menyodorkan botol berisi sebuk jantung yang Ia dapatkan. Mengacungkannya saat lengan Anna mencoba meraih benda tersebut, "Memberi dan menerima?"

Nathan berani bersumpah. Malam ini sungguh sangat tidak tertahankan, dengan lancang Nathan menaikan kimono yang melorot kedodoran di bahu Anna—naik seraya berkata, "Sebaiknya kita harus saling menghangatkan."

Tangannya tidak berhenti setelah menaikan kimono tersebut, terus merangkak naik menuju tekuk Anna. Menariknya mendekat pada Nathan hingga pria itu bernapas berat ketika melihat Anna dari jarak minim yang membuat hidungnya berserobok.

Anna tidak bergeming sedikitpun, apalagi ketika Nathan melewati wajahnya menuju pendengaran, "Aku juga... Kedinginan," Nathan mengecup lembut telinga Anna. Kembali menarik wajahnya untuk bisa sejajar dengan wanita yang menahan hantaran—sengatan listrik mengerikan dari sentuhan Nathan.

Nathan beralih menghisap pelan tekuk Anna hingga membuat wanita itu berhasil meremat kimononya. Karna dengan diamnya Anna, membuat Nathan malah semakin tidak terkendali.

Apalagi Nathan menganggap bahwa ini sepadan untuknya. Setelah banyak hal yang ia lakukan untuk mendapatkan wanita yang memejam ini. Tidak peduli dia suka atau tidak... yang jelas Anna akan menjadi miliknya.

Nathan menyelusupkan jemarinya di surai basah Anna. Menatapnya sejemang, kemudian mengecup bibir yang sempat membuatnya tidak sadarkan diri dua kali. Nathan akan mengklaimnya, akan berdeklarasi mengenai tubuh Anna, jiwa dan segala hal menyangkut Tsuyoi sentoki—sampai kesepakatannya usai.

Baru Anna membelalak kaget ketika Nathan mendorong kecupan tersebut—mencoba membuatnya berbaring secara perlahan. Sampai membuat Anna berpikir keras, apa yang harus Ia lakukan di situasi seperti ini, karna saat kedua lengan Anna menahan tubuhnya.

Lengan Nathan malah aktif melepas jaket, lantas melemparnya menjauh dari kedua raga yang akan menjadi sebuah untung dan musibah, "Ayolah... Sayang," Nathan mencoba menggeser kedua lengan Anna yang menahan raga agar tidak sepenuhnya—terbaring.

"A-aku," Anna gugup menatap Nathan sedekat itu. Apalagi tercekat ketika kedua lengannya bergeser hingga spontan Anna jatuh sepenuhnya dalam kungkungan Nathan.

Dia bahkan tidak memberi kesempatan pada Anna yang mencoba berbicara. Nathan membuatnya sibuk untuk memberi balasan pada serbuan kecupan yang Nathan lakukan. Meraba tali handuk kimono penghalang mata Nathan untuk melihat tubuh indah Anna.

Biarkan saja, Nathan yang akan menaklukanya malam ini.

To Be Continued...