Chereads / Pesky Of Demand / Chapter 5 - Beautiful Witch

Chapter 5 - Beautiful Witch

Tok tok

"Kak?" teriak Crystal, ini mengkhawatirkan, tidak biasanya Nathan tidur di saat saat genting, termasuk semalam, mendadak panik dan heboh padahal tidak terjadi apapun.

Setelah menunggu Alam, Akhirnya mereka berdua masuk menemui kakaknya, pengawal bilang semalam dia habis bercinta dengan seorang wanita yang dia tangkap, ini merupakan kejutan besar karena..

"Tidak seperti biasanya?" Alam bergumam melihat beberapa tanda merah pada leher si kakak yang tidak pernah seranjang dengan siapapun, terkecuali mengecup banyak wanita bukan lagi hal yang perlu di bicarakan, pernah, ah bahkan sepertinya sering, dia mengecup para korban yang bahkan akan di bunuh olehnya.

"Kakak?" Crystal menggeming badan kakaknya.

"Hm? 5 menit lagi Crystal," pintanya, Nathan memunggungi kedua adiknya lalu kembali tertidur, ada keheningan sesaat sebelum mereka terlonjak kaget ketika kakaknya tiba tiba bangun, lalu mengedarkan pandangan, dia telanjang dan..

"Dimana Anna?" tanyanya.

Crystal dan Alam langsung bertukar tatap, ada apa dengan kehebohan kakaknya yang dingin ini.

***

Nathan kini memijat kepalanya, pusing dan lemas, semua tenaga serasa terkuras, tiga pengawal sedang bertekuk lutut di hadapannya.

"Hanya serangga Kecil, Kenapa lolos!" tekan Nathan, alasan para pengawalnya benar benar tidak masuk akal menurutnya, Anna mengelabui para pengawal dengan bermaksud keluar membeli beberapa barang atas izin Nathan.

Para pengawal juga sempat memeriksa keadaan Nathan yang tertidur, bahkan dia sendiri yang mengusir para pengawal untuk tidak mengusik tidurnya, ada bekas kecupan di leher dan dada Nathan.

Lalu telanjang, serta dompet miliknya dan kunci mobil di tangan wanita itu sukses membuat pengawal bingung.

"Coba saja kau ganggu hingga bangun, aku tidak tahu akhir hidup kalian seperti apa nanti, karena tidak percaya pada wanita yang sudah bercinta dengannya," Celetuk Anna.

Ia melipat kedua lengannya di depa dada, itu berhasil membuat dia lenggang dan bebas melewati para pengawal lalu pergi dengan tenang.

"Bodoh! Kalian Bodoh!" teriak Nathan.

"Kamu yang payah," celetuk Crystal, suruh siapa tertidur lalu mengusir pengawal yang akan membangunkan, apa dia menaruh obat tidur padanya, bukankah hal remeh temeh seperti itu bukan apa apa bagi kakaknya.

"Aku tidak makan atau minum apapun," lontar Nathan. Dia berpikir sejenak, menenangkan isi kepala bersamaan dengan menguras ingatan semalam.

"Magic?" tanyanya lagi melihat Alam dan Crystal, lalu mengedipkan manik dua kali pada angin, bertanya pada diri sendiri tentang benarkah dia seorang cenayang? Di zaman modern?

Nathan Sontak terkekeh sendiri, berargumen dengan jiwa dan pikiran mampu membuat lusi memeriksa jidat kakaknya.

"Tangkap dia lagi, beri kabar dua kali dua puluh empat jam, jangan harap bisa pulang sebelum menemukanya," titah Nathan, untuk pertama kalinya juga, menoleransi sebuah kesalahan gegara Anna.

Lalu kini dia bersiap untuk berangkat dengan para adik bekerja, sebenarnya hanya memeriksa beberapa laporan lalu tidur, style kerjanya dari sore hingga malam, pagi sampai siang dia tidur, mendadak baru saja siklusnya hari ini berubah, malam tidur dan bangun pagi.

Meskipun ingin tidur lagi, dia terlalu sibuk mengusap bibir, sensasi yang membuatnya bergairah dan lemah, di dominasi dan dimiliki, kapan itu pernah terjadi, bahkan untuk setiap kesempatan saling berkecup pun dia yang memiliki kuasa.

Mendadak terlena hanya dengan sebuah tatapan. Bahkan Jodi yang sedang membuat strategi penyergapan, berubah haluan untuk fokus hari ini mencari keberadaan bernama Anna.

Nathan bukan jatuh cinta atau menyukainya,hanya saja perkataan Anna mungkin saja benar, dia bisa jadi kartu As untuknya.

Meski Hasrat ingin menyatu dengan wanita itu menyeruak bertambah semakin tidak terkendali setiap mendengar laporan dari Jodi, ingin secepatnya di temukan, dan kali ini dia akan menguras semua hal yang wanita itu ketahui.

Hanya butuh satu jam, mobil miliknya di temukan di sebuah mall di Lilac bagian timur, lalu jam dua belas, sebuah notif pesan masuk ke ponselnya, penarikan uang bernominal 3 milyar berhasil di tarik dari bank di jawa tengah.

Nathan mengigit jari, siapa Anna ini sebenarnya, seorang intelegen? Dia bahkan bisa menarik uang dari kartu miliknya. Semakin gemas ingin segera bertemu dan membunuh wanita ini.

Lancang sekali, benar benar bermain api, Nathan bahkan berencana mengulitinya secara perlahan nanti.

Kini dia memblokir semua kartu miliknya, berjaga jaga untuk tidak ada lagi uang yang tercuri, dengan terpaksa dan merepotkan. Sorenya dia di sibukan dengan mengurus ulang kartu kartunya, data diri, SIM dan apalah yang mungkin sudah di buang ketengah laut oleh Anna.

Kini bukan hanya tiga, tapi dua puluh orang dia kerahkan mencari Anna, dengan jejak terakhir ada di bank sentral jawa tengah, mengunakan CCTV untuk melihat kemana arah dia pergi.

Sepekan mereka menyusuri jejak yang di tinggalkan Anna dan berakhir di sebuah pelabuhan.

Arghhh, erangan kini terdengar dari lima orang laki laki, Nathan menyiksa mereka di sebuah kapal, para pekerja yang berprofesi mengantar imigran lewat jalur gelap.

"Kemana kalian mengantarnya?" tanya Nathan, tentu mereka mencoba mengingat maksud dari pertanyaan psikopat ini, yang manakah orangnya? Dia bahkan tidak memberi foto padahal mereka sudah mengantar ratusan orang ke berbagai negara.

Nathan mendengus kesal, lalu menyodorkan sebuah rekaman CCTV, baru di sana mereka mengingat.

Wanita berkaos longgar warna biru dengan celana jeans hitam serta topi polos berwarna senada, telah merogoh kocek 500 juta untuk di antar ke sana.

"Ringligt, Kami antar Ke Ringlight." Jelasnya, kini Nathan mengeluarkan smirk nya, Anna pikir mungkin dia tidak akan mencarinya sampai sana. Orang yang bahkan mencuri sekisar dua puluh juta saja selalu berakhir meninggal, apalagi dengan tiga milyar?

Nathan tidak akan melepaskannya sebelum wanita itu berubah jadi daging cincang, pencuri harus di basmi, maksudnya adalah orang yang macam macam dengannya harus di musnahkan, hingga tidak ada lagi yang lancang pada dia ataupun adik adiknya.

--

Satu bulan

Nathan mengaduk seisi kota jepang untuk mencari Anna, pikiran yang awalnya terbagi dengan perusahaan dan penyeludupan, kini terbagi lagi menjadi tiga dengan percarian Anna yang selicin ular. Wanita itu gesit.

Beberapa hari lalu di temukan sedang berada di sebuah pameran museum, dan setelah menjelajah seisi kota, dia sudah berada dikota lain.

"Kau bisa saja menghabiskan tiga milyar hanya untuk mencarinya, bukankah itu kerugian ganda?" tanya Crystal santai.

It's Family time, mereka selalu meluangkan satu Hari dalam satu bulan untuk berkumpul, rencanya akan pergi bermain golf, hanya saja si sulung terlalu fokus menguras sesisi otak untuk menangkap Anna.

Si para adik hanya bisa mendukung, mereka tahu persis kakaknya, sekali jadi incaran, maka sebelum dia menyatu dengan tanah akan selalu begitu.

"Bagaimana latihanmu?" tanya Nathan kini, Crystal di bekali beberapa ilmu beladiri, menembak lalu bermain pisau, dunia mereka itu ekstrem, wanita sepertinya tidak punya banyak kebebasan untuk menonton, bergosip atau, menongkrong.

Nyawanya selalu terancam setiap saat, membayangkan deklarasi perang mengenai Rey si kakak tiri yang kini menginginkan dirinya, sukses membuat dia ingin juga mengikuti jejak Nathan.

"Lancar, kau tinggal mengujiku," jawab Crystal. Sedangkan Alam, dia sudah mengikuti jejak kakaknya hanya saja tidak terjerumus langsung, masih dalam bayang bayang, untuk kemungkinan, barangkali kakaknya terpleset, maka ada Alam di sana.

Kring.

Jodi menelpon dari negri sakura sana, pada ujungnya Nathan merelakan senjata yang akan di rampas kembali supaya Jodi fokus mencari Anna.

"Tonton berita sekarang," titah Jodi, Nathan berdecak, anak buahnya satu ini semakin jauh semakin berani, meskipun begitu, tetap saja dia turuti memindahkan saluran film action horor ini berubah menjadi sebuah berita.

Brakk

Mereka bertiga spontan tercekat dan berdiri, apalagi hanya mendengar tentang para calon penjabat mentri pertahanan, Cristian yang sudah menjadi penjabat wali kota selama dua periode kini menjadi kandidat terkuat.

"Ayahmu sedang melakukan acara lawak." Sindir Nathan.

"Bukan ayahku," ucap Alam dan Crystal bersama, dia menatap adik adiknya yang masih saja tertegun melihat layar televisi, reka ulang bagaimana dengan Alam, di sayat dengan pisau pada betis , hingga di siram air panas panas pada punggung.

Begitupun dengan Crystal, ada bekas gigitan gigi pamanya pada pundak, juga kehilangan kuku jari kaki karena bercandanya seorang kakak tiri.

Usia usia dini, mereka lewati dengan orang gila, jika saja Nathan tidak membawa mereka kabur, kurasa dia sendirian di muka bumi sekarang ini.

"Jangan tinggalkan aku," lirih Nathan tanpa sadar, keduanya langsung menatap kakak sulung yang selalu berupaya lebih keras menjaga mereka, akan luarbiasa kekuatan ayahnya jika dia terpilih menjadi menteri pertahanan negara, semakin sulit berbisnis, dan semakin mudah meringkus mereka bertiga.

"Sampai akhir, tentu," ucap Crystal meraih tangan kakaknya, begitupun Alam yang meraih tangan kakak dan adiknya, mereka memejam dan saling menyatukan jidat, berakhir dengan tawa ejekan karena Crystal harus berupaya Keras untuk menyamakan tinggi dengan kakak kakaknya.

"Eum, maaf aku jadi mau ikutan," ucap Jodi di ujung sana, tentu, sebenarnya selalu berempat dengan dirinya, hanya saja sekarang jauh.

"Pegawai jangan lancang," canda Nathan, dan di tutup dengan kekehan saling menguatkan, tidak ada dan tidak mau lagi, deraan siksa kepedihan.

"Ngomong ngomong kak, aku menemukan wanitamu," jelas Jodi.

"Apa! Dimana? Kenapa tidak bicara dari tadi!" bentak Nathan. Dia berlari ke atas lalu secepat kilat turun lagi ke bawah, melambaikan tangan pada kedua adiknya dan terus berbicara dengan Jodi

Nathan senang, pencarian selama satu bulan akhirnya membuahkan hasil.

"Pak Crystian lebih cepat ternyata," ucap jodi, Nathan mendadak diam di ambang pintu, ternyata bukan cuma dirinya yang mencari Anna.

Ayahnya pun yang sibuk mempromosikan diri jadi badut di TV masih sempat sempatnya mencari Anna tidak salah lagi, wanita itu bukan sembarang budak.

"Alam, beri aku beberapa pengawal," pinta Nathan. Ya, itu posisi Alam di dunia kelam ini, bagian dia yang mengatur posisi para petarung, handal dalam strategi seperti ini, begitpun dengan strategi perusahaan.

Dia buktikan semuanya hanya dalam satu bulan, untuk menyakinkan kakaknya bahwa dia berguna Alam menghubungi semua kepala tim untuk mengikuti kakaknya.

"Senjata lengkap!" titah Alam, berharap tidak ada goresan apapun pada tubuh Nathan saat pulang menjemput Anna nanti, dan kini, tanpa sepengetahuan si sulung.

Alam dan Crystal selalu berlatih beladiri lebih dalam, kakaknya hanya memperbolehkan mereka belajar cara bertahan dan melindungi diri, bukan menyerang, atau menyergap.

Mau bagaimana lagi? Mereka tidak bisa membiarkan kakaknya kesulitan sendirian.

---

Sampai di Ringlight hanya memakan waktu dua jam bagi Nathan, yang lama adalah masuk ke pedalaman kota Narusawa, dia bingung, semua orang terlalu cepat dalam berlalu lalang.

Terlebih tidak punya kesempatan untuk bertaya, semua menghindar karena mungkin mereka ketakutan atau entahlah, Nathan dengan sepuluh orang di belakangnya ber jas hitam serta memegang pistol memang berlebihan.

Para warga keburu berburuk sangka padanya.

"Jarak jauh saja." Suruh Nathan agar mereka berpencar seperti biasa, saling terselubung mengawasi dalam diam. Enam orangnya mengatur diri dalam posisi, sedangkan empat tetap menempel, intruksi langsung dari kapten Alam.

Harus lekat dan memastikan tidak ada apapun yang terjadi pada Nathan.

"Aktifkan pelacak milikmu, aku bingung," pinta Nathan kini pada Jodi, masih belum kunjung juga dia menemukan keberadaan adik angkatnya ini setelah memutari beberapa gang.

Cring

Akhirnya, hanya perlu berjalan dua Kilo, maka dia sampai, harus cepat dan Kilat, sebelum Ayahnya membawa Anna pergi.

"Hah, dimana?"

"Jangan berisik, aku bisa melihatmu," bisik jodi, Nathan mengedarkan pandangan mencari seonggok manusia yang benar benar membuatnya jengkel, titiknya sudah benar disini tapi orangnya?

"Dimana?Aku tidak melihatmu," Nathan mengerutkan dahi, sejauh mata memandangpun tidak ada apa apa di sekitaran sini, bahkan kini dua puluh bola mata tidak dapat melihat keberadaan jodi.

"Ayo tebak dimana?" Jodi malah menggoda ketika Nathan sudah berlari untuknya.

(Baik, ayo buat pelajaran untuk bocah ini) batinnya,

dia menutup matanya, dalam gelap, insting pendengarannya selalu meningkat tajam, dia bahkan bisa mendengar suara langkah semut sekalipun.

"Jangan, aku disini" teriak jodi saat nathan mulai fokus, dia menengadah, terdapat pria itu melambaikan tangannya di atas pohon.

"Pantas saja aku sering menyebutmu Kera." Keluh Nathan. Jodi turun dan memberi hormat jahil pada bosnya, meski di tatap datar penuh amarah. jodi tidak pernah luput tersenyum.

Dia mengajak nathan untuk jalan beberapa meter lagi, memang sebuah antisipasi dia menunggu dari jauh, sudah di pastikan nathan membawa banyak pengawal. Hanya saja tidak perlu terlalu serius, lagipula..

"Dia hanya di jaga seorang wanita dan empat pria, kau saja pasti sanggup," ucap jodi meremehkan, mulutnya penuh dengan nasi di bungkus rumput laut hijau, memdadak lapar karena sedari pagi belum makan.

Jodi mengacungkan lengannya, memberi kode dan arahan untuk keluar dari persembunyian pada dua puluh orang yang juga ikut dengannya sejak sebulan lalu mencari Anna, kini semakin bayak saja manusia dalam semak belukar yang seimprit ini.

"Memang berlebihan," guman Nathan. Lima orang bawahan Steven di kepung tiga pulug pengawalnya, argh, dia berlebihan hanya untuk merampas satu budak.

"Wanitanya seorang penyihir," celetuk Jodi

To Be Continued...