Seisi kelas 12 IPA 1 sedang menjalankan Pendalaman Materi yang diwajibkan untuk anak Sekolah Menengah Atas yang berada di tingkat akhir. Mereka semua sedang sibuk berkutat dengan kertas-kertas yang berisi banyak soal fisika. Mereka diharuskan menyelesaikan soal-soal tersebut apa bila ingin pulang lebih cepat.
Hanya tersisa satu kertas yang harus Rain kerjakan. Pria itu melirik jam yang terpajang di dinding kelas, waktu masih menunjukkan pukul 2. Rain harus segera menyelesaikannya, kasihan Iris yang masih menunggunya di perpustakaan. Tadi gadis itu sempat mengirimkannya pesan sebelum Pendalaman Materinya dimulai.
Sebenarnya bisa saja ia memerintahkan salah satu anggota Scorpio mengantar Iris pulang kembali ke rumahnya. Akan tetapi, ketika Rain membayangkan Iris yang berboncengan dengan pria lain membuat dirinya panas sendiri. Entah lah, Iris sekarang memiliki dampak yang cukup mengejutkan untuk Rain.
Ketika ia kembali berkutat dengan soal-soal fisika yang menurutnya cukup rumit itu, tiba-tiba ia merasakan bahunya dicolek dari belakang, "Psst, woi Rain!" Rain mendengar bisikan dari belakangnya, membuat dirinya memutar kedua bola matanya malas. Pasti Gavin ingin meminta jawabannya.
"Woi! Bagi dong!" bisik Gavin agar tidak menarik perhatian guru fisikanya di depan. Tepat sesuai perkiraan Rain.
Rain hanya menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi, lalu mengacungkan jari tengahnya ke belakang.
"Brengsek." umpat Gavin setelah melihat jari tengah Rain yang memang diarahkan untuknya.
Akhirnya Gavin mengalihkan perhatian ke samping kanannya, disana sudah ada Dion yang sedang mengerjakan soal-soal dengan earphone yang sudah tersumpal di telinganya, 'Ah ini mah gak usah diharap.' ucap Gavin dalam hati.
Ketika ia mengalihkan perhatiannya ke Bara yang berada di kirinya, ia melihat pria itu malah sibuk memperhatikan luar kelas sembari menggigiti ujung bolpoinnya. Seketika pemikiran jahil Gavin muncul, ia merobek kertas dari bukunya, ia meremas kertas tersebut sampai berbentuk bola. Setelah itu, ia melemparkannya ke Bara, membuat Bara langsung terlonjak kaget dan lompat dari kursinya, "EH GOBLOK!" teriak Bara tanpa sadar dan langsung memukul-mukul seragamnya, ia kira ada binatang yang jatuh ke tubuhnya.
Gavin langsung tertawa terbahak-bahak melihat reaksi Bara tadi. Tingkah mereka berdua langsung menjadi pusat perhatian seisi kelas. Sedangkan Bu Sari langsung melayangkan tatapan tajamnya ke mereka berdua. Membuat Bara dan Gavin menelan ludahnya dengan cukup sulit karena gugup melihat tatapan tajam Bu Sari. Biasanya musuh bebuyutan Bu Sari adalah Reza, kali ini sepertinya mereka akan mengikuti jejak Reza. Memasuki daftar hitam Bu Sari.
"Kalian ngapain Bara dan Gavin?!" teriak Bu Sari dari depan kelas, berhasil membuat kedua manusia itu berjengit kaget.
"Ngg- ngga Bu." jawab Bara dengan gugup.
"Terus? Kenapa tadi lempar-lemparan?" Bu Sari sudah bangkit dari kursinya.
"I-itu bu..." Gavin terlihat seperti sedang berpikir, memikirkan kali ini ingin menggunakan alasan yang mana.
"Oh! Tadi di kepala Bara ada lalat Bu! Makanya saya lempar pakai kertas. Baik kan saya Bu?" Gavin sudah mengeluarkan cengiran bodohnya. Membuat Bu Sari menggeram kesal.
Sedangkan Rain, Dion, dan Reza yang sudah biasa melihat kedua temannya itu selalu kena amukan Bu Sari- masih sibuk berkutat dengan soal-soal fisika itu. Tanpa memerdulikan apa hukuman yang akan diberikan kepada Bara dan Gavin.
"Kayaknya soal dari saya kurang ya?" tanya Bu Sari dengan senyumannya yang menyeramkan, oh no- senyuman itu feeling sekelas 12 IPA 1 langsung tidak enak, "Apa lagi Gavin dan Bara tadi sampai lempar-lemparan kertas di kelas saya," Bu Sari memegang dagunya seperti sedang memikirkan sesuatu, "Kalau gitu kalian saya tambahkan soalnya ya. Saya akan tulis di papan tulis, yang tidak selesai tidak boleh pulang!" tegas Bu Sari membuat Rain langsung menghembuskan napasnya kasar, tinggal satu nomor lagi ia akan selesai. Tapi karena kelakuan dua temannya itu, pupus sudah harapannya untuk cepat selesai dan menyusul Iris ke perpustakaan.
Rain membalikkan tubuhnya menghadap Gavin dan memukul meja pria itu pelan membuat Gavin terlonjak kaget, "Bangsat kamu!" umpat pria itu. Sedangkan Gavin hanya mengeluarkan cengiran bodohnya, "Ya maaf sih!"
***
SMA Wellington sore ini akan mengadakan pertandingan basket melawan SMA Alexander yang diadakan di Wellington.
Dewa, salah satu anggota Scorpio, dan juga anggota basket SMA Wellington ditugaskan untuk mempersiapkan beberapa hal sebelum pertandingan dimulai.
Pria itu sudah bergegas menuju gudang dekat lapangan untuk mengambil alat pemompa bola. Hari ini hanya ada beberapa anggota Scorpio yang akan ikut pertandingan basket melawan SMA Alexander. Ketuanya tidak akan ikut pertandingan karena ada urusan penting- ucap Rain kemarin malam di markas Scorpio. Sebelum menuju gudang, ia hendak meminta kunci terlebih dahulu ke bagian pengawas ruangan dimana mereka yang selalu menyimpan kunci ruangan-ruangan yang terdapat di Wellington.
Dewa bersandar pada meja yang membatasi dirinya dengan petugas tersebut, "Halo Pak Budi ganteng!" Dewa sudah mengeluarkan cengirannya.
"Eh Nak Dewa, ada apa ya Nak?"
"Biasa Pak, mau pinjam cewek- eh maksudnya pinjam kunci gudang Pak!" ucapan Dewa berhasil membuat Pak Budi tersenyum sembari menggelengkan kepalanya pelan. Memang Dewa selalu ada saja tingkahnya.
"Tapi kunci gudang tadi dipinjam, ada tiga perempuan tadi datang kesini ingin mengambil barang katanya, jadi Bapak kasih. Kamu kesana aja, belum mereka balikin kuncinya Nak." ucap Pak Budi, Dewa menaikkan sebelah alisnya, bingung. Tumben-tumbenan sekali ada cewek yang mau ke gudang yang selalu terlihat gelap dan menyeramkan?
"Yaudah deh Pak, terima kasih ya Pak! Dewa pamit undur diri..." lalu Dewa langsung berjalan meninggalkan Pak Budi menuju gudang.
Sesampainya Dewa di depan gudang, pria itu hanya menatap bingung pintu dihadapannya.
"Katanya ada orang? Kok ditutup begini dah? Kan gelap tuh di dalam kalau pintunya ditutup." ucap Dewa pada dirinya sendiri.
Ketika dirinya sudah memegang knop pintu dan hendak membukanya, tiba-tiba terdengar bunyi seperti ada yang jatuh di dalam. Dewa langsung mencoba membuka pintu tersebut, tetapi tidak berhasil. Sepertinya pintu gudang dikunci dari dalam.
Ia menempelkan telinganya ke pintu, takutnya ia salah dengar. Tetapi tiba-tiba terdengar teriakan perempuan seperti sedang memaki dari dalam dan bunyi tamparan yang cukup kencang sampai dapat terdengar olehnya.
"Gila-gila, ada yang digebukin gitu anjir!" Dewa langsung buru-buru lari, meninggalkan gudang, hendak menuju kembali ke Pak Budi, karena di pikirannya sekarang hanya, "Pasti Pak Budi ada kunci cadangan sih." ucap pria itu pada dirinya sendiri.
Sesampainya di tempat Pak Budi, Dewa langsung memanggil Pak Budi, "PAK! PAK! MINTA KUNCI CADANGAN GUDANG PAK! URGENT!!!" ucap Dewa dengan panik.
Pak Budi hanya memandang Dewa dengan bingung, "Loh? Kenapa toh Nak? Katanya pamit undur diri tapi malah balik lagi."
"CEPAT PAK! ADA YANG DIPUKULIN DI GUDANG!!!" Dewa sudah mengetuk-ngetukkan tangannya pada meja, meminta Pak Budi memberikan kunci tersebut sesegera mungkin.