Chereads / DIA GADIS POLOSKU / Chapter 62 - Itu Belum Ada Apa-Apanya!

Chapter 62 - Itu Belum Ada Apa-Apanya!

Tiba-tiba terdengar suara perempuan yang berasal dari dalam gudang, "Aku di dalam, masuk lah kalau berani." ucapan gadis itu terkesan menantang Iris. Membuat Iris memasuki gudang mencoba mencari keberadaan gadis itu.

Disaat Iris sibuk menatap sekelilingnya, tiba-tiba terdengar bunyi yang berasal dari pintu masuknya tadi. Diiringi dengan bunyi pintu yang dikunci.

Jantungnya semakin berdetak tidak karuan. Pelakunya tadi pun masih belum terlihat sama sekali.

Iris berusaha menyembunyikan rasa takutnya, "Mau kamu apa deh?! Kasih lihat diri kamu kalau kamu bukan pengecut!" tantang Iris.

Ketika Iris masih mengelilingi gudang, tiba-tiba ia merasakan rambutnya ditarik dari belakang dengan cukup keras.

"AWW! Sshh-, apaan sih jambak-jambak gini?!" Iris sudah memegang lengan pelaku yang menjambaknya tadi, mencoba melepaskannya tetapi tidak berhasil.

Pelakunya itu memutar paksa kepala Iris, membuat gadis itu mau tidak mau menurutinya. Sekarang Iris dapat melihat wajah penerornya selama ini. Wajah yang sungguh tidak familiar baginya.

'Bukan Andin ini mah.' ucap gadis itu dalam hati karena kemarin itu teman-temannya sempat mengira yang meneror Iris itu Andin, kakak kelas mereka yang pernah melabrak Iris di kelas.

Gadis itu mendekatkan wajahnya pada Iris, menatap Iris intens, "Oh ini jalang yang berani ambil Rain dari aku?" Iris hanya menatap sinis gadis di hadapannya itu.

"Kenapa? Iri kamu?"

Sepertinya gadis itu emosi mendengar perkataan Iris barusan. Dapat Iris rasakan, tarikan pada rambutnya semakin kencang dan,

PLAK!

Iris dapat merasakan pipi kanannya memanas. Gadis itu menamparnya.

"Kamu! Jangan sok cantik deh! Jalang kayak kamu, gak pantes buat Rain!" gadis itu sudah menatap Iris dengan tajam.

Iris yang cukup tersulut karena tamparan tadi langsung memukul perut gadis itu, membuat gadis itu menyingkirkan tangannya dari rambut Iris.

"Sshhh-, ANJING KAMU YA! ADIK KELAS GAK TAU DIRI!" tunjuk gadis itu pada Iris, tangan gadis itu masih memegangi perutnya yang habis dipukul oleh Iris, ternyata tenaga Iris cukup kuat, berhasil membuatnya meringis kesakitan.

"Kamu sebelum ngatain orang mending ngaca ya! Aku awalnya gak mau pakai kekerasan kayak gini kalau gak kamu duluan yang mulai! Dan apa tadi? Oh kamu kakak kelas aku? Tapi kok tingkah kamu gak menunjukkan kalau kamu itu anak yang berpendidikan ya?" balas Iris dengan kalimat-kalimat pedasnya.

Gadis itu sudah mengepalkan kedua tangannya dengan cukup keras sampai kuku-kukunya memutih, semakin murka setelah mendengar ucapan Iris tadi. Karena ruangan yang sangat gelap, Iris tidak menyadari, dari tadi sudah ada dua orang lainnya yang berdiri tidak jauh di belakangnya.

"WOI MIRA! CHRISTIE! KAMU PEGANG DIA!" perintah gadis itu.

Ketika Iris ingin membalikkan tubuhnya, tiba-tiba kedua tangannya sudah digenggam erat oleh dua orang tadi. Ia langsung memberontak tetapi percuma, kedua orang ini mencengkram lengannya dengan kencang.

'SHIT! Kok keroyokan gini sih?!' umpat Iris dalam hati. Iris tidak menyangka bahwa penerornya tadi akan membawa teman-temannya.

"Kamu nyuruh aku datang sendiri, tapi kamu sendiri bawa orang? Yang pengecut mah kamu!" Iris sudah menatap tajam gadis yang tidak ia kenal di hadapannya.

Gadis itu langsung menangkup dagu Iris dengan kencang, membuat tatapan mereka bertemu, "Jaga mulut kamu ya!"

PLAK! PLAK!

Gadis itu kembali menamparnya dengan cukup keras. Bukan hanya pipi kanannya saja, tetapi pipi kirinya pun kena. Iris dapat merasakan ada cairan yang mengalir di pinggir bibirnya.

Iris mengeluarkan seringainya, "Apa masalah kamu sekarang sama aku?" tanya gadis itu santai, "Rain? Kamu pikir dengan kamu giniin aku, Rain bakal menjauh dari aku?" Iris tertawa pelan, "How stupid...." ucap Iris gamblang.

"Berani kamu ya ngatain aku?! Mulut kamu perlu aku didik kayaknya ya biar gak kurang ajar?!" teriak gadis itu tepat didepan wajah Iris.

PLAK!

Kembali terdengar bunyi tamparan bertubi-tubi. Iris sudah merasakan nyeri yang sangat amat parah pada wajahnya. Gadis gila di hadapannya ini menamparnya berkali-kali. Dapat ia pastikan wajahnya akan merah dimana-mana.

"Kamu nampar aku juga gak ada gunanya." ucap Iris santai yang malah semakin menyulut emosi gadis di hadapannya itu.

Ketika gadis itu sudah melayangkan tangannya, ingin memukul Iris, tiba-tiba terdengar bunyi telepon yang berasal dari tas Iris.

Iris langsung membelalakan kedua matanya, 'Anjir, jangan-jangan Kak Rain...'

Gadis itu mengurungkan niatnya untuk memukul Iris, ia beralih ke tas Iris dan mengobrak-abrik tas tersebut, mencari keberadaan ponsel Iris yang terus berdering.

Ketika ketemu, deringan ponsel itu sudah mati. Tidak lama kemudian ponsel itu kembali berdering, terpampang nama 'Rain' disana, "Oh wow... Rain aja bisa sampai nelponin kamu kayak gini? Kamu apain dia sih?!"

Sesuai perkiraan Iris. Rain lah yang meneleponnya.

Gadis itu sudah mendekati Iris dan mendekatkan ponsel tersebut ke depan wajah Iris dan menggeser tombol merah yang artinya ia menolak panggilan dari Rain. Dapat terlihat di layar ponselnya terdapat 3 panggilan tidak terjawab dari Rain, 'Aduh mampus, panjang juga ini urusannya.' ucap Iris dalam hati.

Iris mulai memberontak, "Sekarang mending kamu bilang mau kamu pada apa deh? Biar urusannya gak jadi panjang!" Iris masih mencoba melepaskan pegangan kedua orang disampingnya ini, tetapi percuma, tenaga dua orang dengan satu orang akan dimenangkan oleh dua orang.

Gadis penerornya tadi membuang ponsel Iris ke sembarang arah, lalu kembali menangkup wajah Iris dan mencengkramnya dengan kencang, menghadapkannya secara paksa menatap wajahnya, "Kamu pikir aku bakal semudah itu ngelepasin kamu? Setelah kamu udah berani-beraninya mukul perut aku,-"

DUG-

Gadis itu memukul perut Iris cukup keras, membalas perbuatan Iris tadi, membuat Iris meringis kesakitan, "Akh! Sshh-"

"-dan kamu berani-beraninya ngatain aku? Ck, gak akan semudah itu Iris!"

Gadis itu menendang Iris, membuat Iris jatuh tersungkur, pegangan kedua orang tadi pun sudah terlepas dari lengannya. Iris memegangi perutnya, menahan rasa sakit yang berasal dari sana, yang sedari tadi menjadi incaran dari gadis gila di hadapannya ini.

Tiba-tiba gadis itu berjongkok di hadapan Iris dan tanpa ragu kembali menjambak rambut Iris, "Jadi adik kelas gak usah kurang ajar kayak gitu!"

PLAK!

Gadis itu kembali menampar Iris dengan sangat keras, kali ini berhasil membuat kepala Iris membentur lantai gudang. Iris langsung merasakan pusing di kepalanya.

"Kamu perlu aku apain sih biar sadar diri?" gadis itu masih mendorong-dorong kepala Iris menggunakan telunjuknya berkali-kali, membuat kepala Iris terantuk di lantai berkali-kali juga akibat dorongan yang cukup keras itu. Sedangkan dua teman penerornya ini hanya memperhatikannya dengan tatapan kasihan.

"Kelly, udah cukup kali? Kalau sampai dia kenapa-kenapa gimana?" gadis yang tadi sempat disebutkan namanya itu, Mira, mencoba menahan lengan peneror Iris yang ternyata bernama Kelly.

Kelly segera mengalihkan pandangannya menatap Mira, "Kenapa? Kamu mau belain dia? Kamu mau aku buat keluar dari sekolah ini?!" ucapan Kelly berhasil membuat Mira menelan ludahnya, gugup sekaligus takut dengan pertanyaan- ah bukan pertanyaan lagi, ini lebih ke ancaman dari Kelly.

Tiba-tiba Kelly berdiri dan menatap Iris dengan tatapan meremehkan, "Kamu tuh gak ada bagus-bagusnya buat Rain! NGACA!"

DUG!

Kelly menendang tubuh Iris dengan kencang, membuat tubuh Iris langsung berguling di lantai sembari meringis kesakitan, "AKH! Aww- ssshhh-,"

Rasanya ia ingin berteriak meminta pertolongan tetapi Iris sudah tidak bisa berpikir jernih, karena rasa nyeri di seluruh bagian tubuhnya, tendangan tadi berhasil membuatnya meringis kesakitan. Perempuan ini sudah gila. Benar-benar ingin membuatnya mati sekarang juga.

"Kenapa? Kesakitan kamu? Itu belum ada apa-apanya ya jalang!"

Ketika Kelly ingin menginjak kaki Iris, tiba-tiba terdengar gedoran pintu serta knop pintu yang berusaha dibuka dari luar. Membuat Kelly, Mira, dan Christie langsung saling bertatapan, panik.

"Kel?!"

"Gimana ini Kel?!"

Mira dan Christie sudah panik, langsung mendekati Kelly yang berdiri tidak jauh dari Iris yang masih meringis kesakitan.

Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang sangat familiar di kuping Iris.

"Iris?!"

Iris tersenyum mendengar suara itu. Iris ingin menjawabnya tetapi gadis itu sudah tidak sanggup. Ketika pintu tersebut berhasil dibuka secara paksa, ia dapat melihat ada beberapa orang berada di depan pintu. Iris kembali tersenyum melihat seseorang yang memanggilnya tadi langsung berlari mendekatinya. Ketika Iris merasakan ada lengan yang merengkuh tubuhnya sembari memeriksa kondisinya itu, tiba-tiba seluruh pandangannya menjadi buram dan semuanya menjadi gelap.