Chereads / DIA GADIS POLOSKU / Chapter 61 - Aku Nggak Terima Penolakan!

Chapter 61 - Aku Nggak Terima Penolakan!

Iris dan Rain menghabiskan waktu bersama di kamar Rain dengan menonton beberapa film. Setelah menghabiskan beberapa waktu bersama-sama, mereka jadi lebih mengenal satu sama lain dengan baik, membuat Rain semakin tertarik lagi dengan kehidupan gadis yang berada di sampingnya itu, yang masih fokus pada layar televisi di depan sana dengan popcorn di pelukannya. Sekarang posisi Rain sudah duduk menyamping, bukan memerhatikan layar televisi, melainkan memerhatikan Iris dari samping.

"Iris." panggil Rain pelan.

"Yesss?" jawab Iris tetapi tidak mengalihkan perhatian sedikit pun dari layar televisi.

"Iris." panggil Rain lagi.

"Yaaa?" akhirnya gadis itu mengalihkan pandangannya ke Rain.

"Mulai besok berangkat sama pulang bareng aku ya."

Iris hanya menatap Rain bingung, "Loh? Ngapain? Ribetin kamu aja Kak."

"Gak ngeribetin."

"Gak usah lah, aku bisa berangkat sendiri." jawab gadis itu.

"Aku gak nerima penolakan."

"Dasar pemaksa!" Iris sudah melipat kedua tangannya di depan dada dengan wajah cemberutnya.

"Dengan kamu berangkat dan pulang bareng aku, itu bisa ngurangin rasa khawatir aku Iris. Aku jadi bisa mastiin sendiri kalau kamu emang gapapa." Rain menjelaskan rasa khawatirnya pada Iris.

"Tapi kan aku gak bakal kenapa-kenapa loh Kak." bantah Iris yang dihadiahi tatapan tajam oleh Rain.

"Gak kenapa-kenapa? Terus kejadian tadi apaan?"

"Y-ya, i-itu kan-, ya aku gak tahu lah!" Iris tergugup.

"Pokoknya kamu berangkat sama aku, balik juga sama aku!" tegas Rain, membuat Iris hanya menghela napasnya malas, berdebat dengan Rain tidak akan ada ujungnya pasti.

"Yaudah lah terserah kamu aja." Iris kembali mengalihkan tatapannya pada layar televisi. Rain mengeluarkan seringainya, akhirnya berhasil membujuk gadis itu walaupun membutuhkan sedikit perdebatan disana.

Rain beranjak dari ranjang yang ia dan Iris duduki, berjalan menuju balkon kamarnya yang menghadap ke lapangan kosong. Mengeluarkan sepuntung rokok dan menyelipkannya di bibir. Menikmati angin sore yang berhembus mengenai wajah tampannya. Masih banyak yang harus ia lakukan besok. Terutama mencari siapa dalang dari pembullyan Iris.

***

Seperti apa yang Rain katakan, sudah lebih dari seminggu ini Iris berangkat dan pulang bersama Rain. Walaupun terkadang Iris harus menunggu Rain karena pria yang notabene sudah menduduki kelas 12 itu diharuskan mengikuti Pendalaman Materi (PM) dan menjalankan Try Out yang biasa diadakan untuk anak kelas 12 yang sebentar lagi akan menjalankan Ujian Nasional serta berbagai ujian-ujian lainnya.

Iris pernah mengabaikan ucapan Rain, ia pulang sendiri tanpa sepengetahuan Rain menggunakan transportasi umum. Apa yang terjadi? Terdapat 50 panggilan tak terjawab di ponselnya karena ia lupa menyalakan notifikasi dan ia juga ketiduran. Semua itu merupakan panggilan dari Rain, dan lebih parahnya pria itu tiba-tiba datang ke kamarnya tanpa izin dengan wajah panik. Mengira bahwa Iris hilang. Bahkan, Rain sudah mengerahkan seluruh anggota Scorpio untuk mencari keberadaan Iris yang ternyata sudah di rumah dan tertidur nyenyak di kamarnya.

Semenjak saat itu, Iris yang merasa lucu saat melihat Rain panik, tetapi di saat bersamaan ia juga tidak enak dengan Rain dan merasa sudah merepotkan para anggota Scorpio pun akhirnya menuruti perintah Rain. Berangkat dan pulang bersamanya.

Seantero Wellington pun sepertinya sudah biasa melihat kedua orang itu. Bahkan, ada yang mulai mendukung hubungan Rain dan Iris walaupun tidak sedikit juga yang masih menatap sinis gadis itu, menganggap bahwa Iris merebut Rain dari mereka.

Pelaku pembullyan Iris masih belum membuahkan hasil apa pun. Tetapi, Reza dan Dion sudah mencurigai beberapa orang walaupun mereka belum melaporkannya kepada Rain. Apabila mereka melaporkan pada Rain, dapat dipastikan Rain akan langsung menyeret pelakunya, mengingat ketua mereka yang terkenal kejam dan tidak kenal ampun itu.

Sore ini Iris kembali menunggu Rain yang sedang melakukan Pendalaman Materi. Iris menunggu di perpustakaan sekolah sembari mengerjakan tugas-tugasnya yang cukup banyak mengingat dirinya juga sebentar lagi akan menjalankan Ujian Tengah Semester (UTS).

Tiba-tiba muncul notifikasi di layar ponselnya, gadis itu mengerutkan dahinya bingung. Rain akan mengirimkan pesan kepadanya apabila pria itu sudah menyelesaikan kelas dimana biasanya selesai pukul 3, sekarang masih pukul setengah 3.

Iris pun memutuskan untuk mengambil ponselnya dan membaca pesan yang masuk tadi. Berasal dari kontak dengan tulisan 'Unknown Number'. Pesan yang beberapa hari ini sering masuk ke ponselnya dengan isi kalimat penuh ancaman tetapi Iris tidak terlalu memerdulikannya. Ia pun tidak menceritakan hal tersebut ke Rain karena tidak ingin pria itu kembali mengkhawatirkannya dan menaruh perhatian penuh lagi padanya, mengingat betapa posesifnya Rain semenjak kejadian yang menimpanya kemarin itu.

"Sebenarnya siapa deh ini?! Unknown number mulu!" omel Iris.

UNKNOWN NUMBER

14.30

Hello bitch, how are u? Kayaknya kamu enjoy-enjoy aja ya nerima pesan-pesan dari aku?

Kayaknya aku harus kasih kamu pelajaran ya, biar kamu sadar diri?

Kamu gak sadar ya, kamu tuh jelek dan murahan?

Kamu tuh udah kayak sampah, makanya aku siram kamu pake air berisi sampah-sampah biar kamu bisa sadar, kamu sama sampah tuh gak ada bedanya!

Aku yakin kamu juga mau tahu kan siapa aku? Kalau kamu mau tahu siapa aku,

datang ke gudang dekat lapangan sekarang juga!

Aku pengen kenalan juga sama jalang kayak kamu yang udah berani-beraninya

ambil Rain dari aku.

Oh dan satu lagi, kalau kamu emang bukan pengecut,

datang sendiri!

See you bitch.

Iris sudah membelalakan kedua matanya melihat kalimat akhir yang penerornya itu kirimkan, "Dih?! Bitch?! Sampah?! Udah gila apa ya ini orang?!" Iris sudah menahan rasa kesalnya sekarang.

"Jual diri aja gak pernah! Sembarangan banget ini mulut ya ck." omel Iris. Gadis itu sudah membereskan buku-bukunya dan memasukkannya kembali ke tas. Tugasnya akan dilanjutkan sepulang sekolah saja, yang terpenting sekarang ia harus mendatangi gudang dekat lapangan seperti apa yang penerornya tadi katakan.

Setelah membereskan buku-bukunya, Iris langsung bergegas menuju gudang yang penerornya tadi maksud.

Sebenarnya Iris hanya penasaran, siapa pelaku yang terus menerus menerornya karena lama-kelamaan pelakunya ini cukup mengganggu dirinya, membuatnya risih.

Sesampainya di depan gudang yang dimaksud, Iris memegang dadanya, jantungnya berdetak tidak karuan, bohong apabila ia bilang ia tidak takut. Iris sangat takut tetapi ia harus tetap menemui pelakunya agar permasalahannya cepat selesai. Ia berharap agar masalah ini dapat ia selesaikan sendiri, tidak perlu melibatkan Rain dan teman-temannya. Karena, apabila Iris melibatkan mereka, pasti permasalahannya akan menjadi panjang.

Setelah itu, Iris memegang knop pintu dan membukanya. Gelap gulita.

"Halo? Ada orang disini?" tanya Iris melihat betapa gelapnya gudang tersebut. Tidak mendapatkan jawaban apa pun.

"Aku udah ikutin apa yang kamu bilang! Jangan-jangan kamu cuma mau bohongin aku ya?!" teriak Iris.