"Dasar, kau ini membuang-buang waktuku saja," ucap lelaki itu sembari melirik jam tangannya. Lalu dengan cepat ia berjalan menuju arah pintu keluar.
"Kau mau ke mana?"
"Pulang."
"Tapi kau belum mengkonfimasi peminjaman buku itu 'kan?"
"Payah, kau bisa mencatatkannya untukku atau—"
"Mana bisa begitu!" kilah Ery jengkel, "hey kembali, kau akan dituduh mencuri jika pergi begitu saja."
Namun lelaki itu tak menghiraukan ucapan darinya. dan ia tetap melangkah pergi menuju daun pintu. Sesaat kemudian sesuatu yang tak terduga terjadi. Suara peringatan terdengar menggema di setiap penjuru ruangan. Tiba-tiba saja sebuah pilar di sebelah barat perlahan bergerak memutar mengarah pada Ery dan lelaki itu, lalu diikuti oleh pilar-pilar yang lainnya. Pintu perpustakaan pun otomatis terkunci.
"Lariii," teriak lelaki itu sembari menghindari serangan otomatis dari pilar pengeksekusi yang mengarah padanya.
Ery berusaha menghindari kekacauan, namun tetap saja pilar itu seperti dapat mendeteksi keberadaannya sehingga mau tak mau ia harus mempertahankan dirinya dari serangan sang pilar, ditambah ruangan ini terasa seperti berputar-putar membuat Ery kesulitan untuk menyeimbangkan kedua kakinya. Tiba-tiba saja lantai yang di pijak olehnya bergerak menyamping. Benar saja kini yang dirasakan Ery saat itu seperti orang yang akan terjatuh dan...
"Kyaaaa," Ery berteriak saat menyadari bahwa dirinya benar-benar akan terjatuh. Namun tiba-tiba saja sebuah tangan berhasil memegang lengannya. Rupanya lelaki itu yang berhasil mencegahnya terjatuh. Tapi masalahnya kenapa dia duduk di atas rak buku.
Lelaki itu memamerkan gigi rapinya, "Kau tak apa?" ucapnya santai, sesantai dirinya.
"Pegang tanganku dan naiklah ke atas sini."
"Aku tak mau, lepaskan tanganku."
"Kau mau aku menjatuhkanmu dari sini?" lelaki itu mendekatkan wajahnya pada Ery yang saat itu masih tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, "yang benar saja, kau mau mati ya? Ini 10 meter lho Nona, kau tahu itu 'kan?"
Kedua pipi Ery seketika memerah saat menyadari apa yang sebenarnya terjadi. "B.. Baiklah," ucapnya sembari membuang muka.
"Nah, selanjutnya ayo kita susun rencana pelarian kita."
"Maaf tapi aku tak mau terlibat lagi dalam masalahmu itu," dengus Ery kesal, lalu ia bangkit berdiri di atas rak buku bermaksud untuk melompat turun, meskipun dalam hati Ery merasa takut jika harus melompat dari atas rak buku yang sangat tinggi itu.
"Tunggu kau tak boleh turun dari sini."
"Kenapa?"
"Dengar, ruangan ini berputar 360° saat kau menyentuh lantainya, karena di lantai itu ada sebuah sensor otomatis. Itulah sebabnya mengapa ruangan ini terasa berputar-putar tak tentu."
"Itu bukan urusanku 'kan? Lagi pula aku ini bukan pencuri." tegas Ery yang tak mau dilibatkan dalam masalah konyol seperti ini.
"Sekarang kau juga sudah terlibat,"
"Apanya yang terlibat, kau yang mengacaukannya kenapa aku ikut kena imbasnya." geram Ery.
"Ck, gadis keras kepala."
"Kenapa aku harus bertemu dengan lelaki bodoh sepertimu."
"Dengar Nona namaku Elais, dan aku tidak sebodoh yang kau pikirkan. Aku lebih jenius dari yang kau duga." ucap lelaki yang bernama Elais itu panjang lebar.
Ery menatap Elais dengan jengkel, tak pernah terpikir sedikit pun sebelumnya bahwa dia akan mengalami kejadian buruk seperti ini dan bertemu dengan lelaki aneh macam Elais. Di sisi lain, Elais tetap terlihat tenang tanpa terusik sedikit pun oleh keresahan Ery.
Tiba-tiba saja rak buku itu bergoyang dan hampir saja Ery ikut ambruk ke dasar lantai bersamaan dengan ambruknya rak buku tersebut, tapi untungnya sesuatu yang tak terduga terjadi sebelum dirinya benar-benar akan menyentuh lantai, ia merasa ada sesuatu yang menahannya dan itu menyebabkan dirinya tidak ikut terjatuh dari atas rak buku tersebut. Sekilas Ery melihat sebuah akar pohon melintang di pinggangnya. Namun sebelum sempat memastikan, tubuhnya sudah tertarik ke belakang dan suara debuman rak buku serta hamburan buku-buku yang berjatuhan membuatnya kehilangan fokus. Seketika itu juga Ery sudah ada di dalam ruangan mesin peminjam buku lagi.
"Hi," ucap seseorang yang sudah tak asing lagi di telinga Ery.
"K..kau," gagap Ery, "Kenapa kau sudah ada di sini?" lanjutnya kaget.
Dirinya tak percaya jika lelaki itu sudah ada di tempat ini secepat itu. Tapi melihatnya duduk sesantai itu di atas kursi membuat Ery menjadi jengkel sendiri. Ekspresi lelaki itu menjelaskan keangkuhan yang begitu tampak jelas di wajahnya. Senyuman mengejeknya itu benar-benar membuat Ery sebal.
"Kenapa? Kau terkejut?" seringainya senang melihat ekspresi wajah terkejut gadis dihadapannya itu.
"Siapa yang terkejut." kilah Ery tak mau kalah,
"Yeah." ucap Elais singkat karena tak ingin memperpanjang masalah dengan gadis di hadapannya itu.
Ery benar-benar muak, dan baru saja ia hendak melangkah keluar ruangan sebelum sebuah mesin berbentuk seperti tangan manusia menyergap dirinya. Sayangnya kali ini ia tak bisa bergerak.
"Target pertama berhasil tertangkap." Terdengar suara mesin yang mengulangi kalimat tersebut sesaat setelah berhasil menangkap Ery.
"Apa yang sudah terjadi?" Ery panik, dirinya benar-benar sudah terperangkap.
Elais yang melihat itu segera melompat dari tempat duduknya menjauhi bahaya yang mengancam dirinya. Tentu saja salah satu tangan dari mesin itu berusaha menggapainya.
"Tunggu sebentar," ucap Elais, kali ini nada bicaranya terdengar lebih serius.
Dalam keadaan terdesak seperti ini Ery mencoba berpikir, kemudian ia mencoba menganalisis pergerakan mesin tersebut, dan baru saja Ery menyadari bahwa mesin berbentuk tangan itu rupanya tersambung pada kotak mesin peminjam. kemudian ia dapat mengambil kesimpulan yang brilian.
"Hey bisakah kau mematikan kotak mesin peminjam itu?" teriak Ery pada Elais yang terus saja berusaha menghindar dari kejaran mesin perangkap. Meskipun sedikit ragu pada lelaki aneh itu, Ery tetap berusaha berpikiran positif.
"Apa? mesin peminjam?" ulang Elais sedikit kebingungan, tapi kemudian ia melanjutkan kalimatnya. "Baiklah,"
Elais menyeringai penuh misteri dan perlahan ia mulai berlari menerjang ke arah kotak mesin peminjam, Ery khawatir sebenarnya apa yang akan lelaki itu lakukan.
"Hey sebenarnya apa yang—" sebelum Ery berhasil menyelesaikan kalimatnya sebuah jaket sudah mendarat tepat di wajahnya dan menghalangi penglihatannya.
Dari sepersekian detik kemudian terdengar suara dentuman yang keras dan membuat telinga Ery berdengung kesakitan. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi, dan perlahan mesin yang melilit tubuhnya pun mulai melonggar.
Buru-buru ia menyingkirkan jaket itu dari wajahnya dan betapa terkejutnya saat itu Ery melihat kotak mesin peminjam itu sudah hancur dengan pemandangan yang mengerikan, tapi lihatlah lagi-lagi lelaki itu hanya menyunggingkan senyuman tanpa beban kepadanya.
"Selesai," tanpa berkomentar apa pun lagi Elais menghampiri Ery yang hanya bisa diam mematung karena kehabisan kata-kata.