Sebuah kedai yang berhasil kami sewa, berantakan, berdebu serta begitu usang, sarang laba-laba dan banyaknya hewan-hewan kecil yang mengganggu, membuat aku dan Melva harus membersihkan itu semua, membuatnya tampak rapih kembali.
Terdapat dua lantai dengan ukuran yang cukup luas, membuat kami bisa menggunakan kedua lantai tersebut untuk berjualan makanan, dengan membuatnya memiliki luas yang cukup untuk bisa menaruh kursi dan meja makan dengan ukuran sederhana, kami dapat membuatnya dengan konsep yang begitu unik dengan semua hal yang bisa kami lakukan.
Aku dan Melva merapihkan ini semua dengan waktu yang cukup panjang, bahkan setelah seharian kami bekerja, hanya sebagian saja yang baru bisa kami bersihkan dan rapihkan, karena masih ada lantai dua yang cukup berantakan, serta rooftop yang masih banyak barang-barang tidak terpakai, aku pun harus merapihkan itu semua bersama dengan Melva esok harinya.
Di malam hari, ketika kami berdua menutup kedai kami, terlihat seorang nenek tua yang cukup kelelahan, dengan pakaian yang lusut dan compang-camping, membuatnya terlihat sangat kelaparan, kami yang berinisiatif untuk membantu dia memberikan makanan yang bisa kami berikan, serta mencoba untuk memberikannya tempat untuk tinggal.
Aku dan Melva yang tidak tega melihat seorang nenek tua yang cukup kelelehan, membuatnya begitu sangat antusias ketika dapat membantu seorang nenek yang sudah cukup tua, setelah itu kami berdua membawa nenek tersebut kedalam, cuaca di luar begitu dingin, bahkan sebuah baju yang tebal masih dapat di tembus hembusan angin yang menusuk, pintu yang tertutup rapat dengan kunci dan gembok yang menggantung.
Membukanya kembali dengan perlahan, memutar kunci dan membukanya "Tidak usah nak, nenek sudah cukup tua dan akan merepotkan bila membantu nenek ini," Sebuah kata-kata yang keluar dari mulut sang nenek, membuat hatiku menjadi tambah tidak tega, ketika melihat dirinya yang begitu lemah dan sangat tidak berdaya dengan keadaan, lemas dengan pakaian tipis, di pinggir jalan.
"Tidak apa-apa, ini tidak merepotkan untuk kami" Ucapku tersenyum sambil memeluknya dari samping.
"Kalau begitu terima kasih" Tatapan matanya yang sudah mulai kosong, sambil mendekap dirinya sendiri, dengan nafas yang cukup berat, di karenakan angin yang menusuk hingga menembus kulit, membuat kami melakukan sebuah hal yang sangat membuat kami ingin untuk membantu sang nenek tersebut.
"Silahkan masuk nenek" Melva membukakan pintu untuk nenek, dengan tangan yang menunjuk ke arah dalam, penuh kelembutan dan senyum yang menyapa.
Ku nyalakan lampu yang sempat ku matikan, kemudian aku dan Melva membuat suasana ruangan yang cukup nyaman untuk sang nenek, membuatnya merasa begitu di hargai dan sangat ingin untuk bisa berada di dalam, dalam sebuah ruangan yang cukup hangat dan membuatnya begitu tersenyum serta senang ketika ada di ruangan.
Matanya yang sudah sayu dan badannya yang memegang sebuah jaket yang cukup tipis, terlihat kedinginan sambil memegangnya begitu erat, ku rasa mungkin dirinya sangat sering berada di pinggir jalan terutama di depan rumah kami, aku pun berfikir untuk bisa membantunya, mungkin memperkerjakannya yang ringan-ringan saja, dengan begitu dia tidak akan sungkan untuk berada di dalam tempat kami.
"Sebentar ya nek, kami akan membuatkan makanan, nenek berbincang dulu saja dengan Verona ya" Sambil mengatakan kepada sang nenek, Melva pergi kebelakang untuk mengambil sebuah makanan, memasaknya dan mencoba untuk menyiapkan kepada nenek tersebut.
"Nenek bersama denganku saja ya, aku akan menemani nenek sambil menunggu makanan yang akan di masakkan oleh Melva" Kataku tersenyum kepada nenek tersebut.
"Kenapa kalian baik sekali kepadaku?" Tanya nenek tersebut.
"Bukankah untuk menolong seseorang kita tidak butuh alasan" Jawabku tersenyum kembali kepada dirinya.
"Iya kamu benar juga, mungkin saling tolong menolong adalah sebuah sifat alami dan naluri manusia itu sendiri" Ucap nenek tersebut yang sedikit terbata-bata karena dinginnya udara di luar yang masih melekat di tubuhnya hingga saat ini.
"Aku akan menutup pintunya terlebih dahulu ya nek" Ucapku kepada nenek tua yang kami bawa kemari.
"Kalau boleh tahu, nama nenek siapa?" Tanyaku yang sedikit penasaran karena kami belum mengetahui nama nenek tersebut.
"Panggil saja aku Chio" Kata nenek itu sambil memegang jaketnya dengan sangat ketat.
"Baiklah nenek Chio anggap saja ini rumah sendiri" Ucapku kepada sang nenek yang masih terlihat begitu kaku.
Aku pun mencari pakaian yang tidak terpakai di gudang, dimana sebelumnya aku sempat melihat beberapa pakaian tebal ada di sana, sudah begitu usang dan tidak terpakai lagi, namun sepertinya masih layak dan juga dapat untuk di gunakan.
"Sebentar ya nenek Chio" Ucapku sambil berlalu dan mengarah ke belakang untuk mencari pakaian yang sudah lama tersimpan, dimana diriku pergi ke gudang lalu aku kemudian mencari beberapa pakaian yang masih layak dan dapat digunakan untuk nenek Chio.
"Oh dimana ya aku menyimpan jaket tebal itu?" Gumamku sendiri sambil membongkar beberapa pakaian yang sudah sangat berantakan, kemudian aku pun mencari-cari pakaian yang sudah tidak terpakai lagi sambil melihat-lihat jaket yang ada di dekat sana.
"Verona, ayo cepat, makanannya sudah siap" Melva yang teriak dari arah bawah tangga sambil menghidangkan makanan tersebut untuk sang nenek, aku pun dengan segera mencari dan mencari barang yang sudah lama untuk bisa aku cari sendiri.
"Ah akhirnya ketemu" Kataku sambil tersenyum ketika melihat dan mendapatkan jaket yang aku cari.
Cukup memakan waktu untuk mencarinya, karena benar-benar berada pada sebuah tumpukan yang cukup dalam dan membuatku berada pada sebuah rasa penasaran untuk terus mengoreknya dan mencari hingga ke dalam sekali, dan untung saja aku masih dapat menemukan jaket tersebut, karena aku bisa memakaikannya ke nenek Chio yang terlihat sangat kedinginan, mungkin dia tidak bisa untuk menahan rasa dingin dari cuaca akhir-akhir ini.
"Ini nek coba pakailah agar lebih hangat dan dapat membuat rasa nyaman ketika di pakai" Ucapku sambil memberikan kepada nenek Chio.
"wah terima kasih banyak" Nenek Chio memakainya, wajahnya berseri-seri dan terlihat dirinya yang begitu sangat antusias ketika berada di dalam sebuah ruangan yang hangat dan memakai jaket yang begitu hangatnya, membuatnya terasa lebih baik di banding yang sebelumnya hanya mendekap badannya dan melihat-lihat ke arah sekitar, terlihat perbedaan yang begitu mencolok sehingga membuatnya begitu sangat senang dengan apa yang ada di sekitarnya, dirinya yang begitu terlihat ramah dan sangat kesepian, membuatnya berjalan ke arah yang tidak menentu, akan kemana dia selanjutnya dan apa yang akan dia lakukan, apakah dirinya hidup sendiri, atau juga memiliki keluarga yang harus di kasihi, aku juga masih belum mengetahui apapun, dan semoga saja dia bisa menceritakan banyak hal untuk mengurangi rasa penasaran ini.