Sudah dua tahun berlalu. Tak terasa waktu berlalu secepat ini. Banyak hal sudah berubah namun masih ada hal yang tidak berubah sama sekali. Ibu dan Ayah masih penyayang dan sampai saat dimana Aku merasa Aku terlalu dimanja. Untung saja Aku masih mendapat waktu pribadi agar Aku dapat melakukan kegiatanku.
Setelah meneliti bagaimana cara membuat Mob menjadi Inkarnasi, Aku masih belum mendapat jawaban pasti. Namun Saudara Azure sudah lebih terlatih dan menunjukkan perubahan signifikan. Iris paling penurut diantara yang lain dan sepertinya memiliki Skill Psychic. Scarlet yang paling kuat diantara mereka, Ia pernah kejatuhan lemari namun Ia dengan santai menegakkannya lagi. Lime memiliki kekuatan penyembuhan terbaik dan sangat perhatian dengan makhluk yang terluka disekitarnya. Marine menunjukkan kalau Ia sedikit memahami sihir Air.
Sayang sekali sampai sekarang Aku mengecek status Mereka dengan [Irregular Eye], Mereka masih Mob.
Aku juga mengecek mereka hari ini seperti biasa sambil menemui Azure.
"Hai Azure, selamat pagi."
"Pagi. Master."
"Bagaimana saudara-saudaramu?"
"Mereka baik seperti biasa. Mereka bersikap lebih tenang dibanding 2 tahun lalu."
Memang sih. Dua tahun lalu sangat sulit mendidik mereka. Begitu Mereka keluar dari Subspace, mereka langsung melarikan diri berpencar ke dalam istana. Untung saja Aku dan Azure berhasil menangkap mereka semua tanpa seorangpun menyadari. Aku bersyukur waktu itu Ayah ada pekerjaan diluar.
Aku akan memeriksa Mereka seperti biasa namun Aku menyadari Azure sangat muram.
"Azure. Apa kamu baik-baik saja? Aku tak terlihat seperti biasanya."
Azure yang kukenal sangat periang dan selalu tersenyum. Yah, Aku bukan tak memahami perasaannya. Ia tetap positif selama dua tahun, tekadnya mulai goyah bukanlah hal yang aneh. Entah kenapa Aku menjadi semakin dekat dengan Azure selama dua tahun ini, melihatnya muram membuatku tanpa sadar ingin menghiburnya.
"Tidak. Aku tidak apa-apa. Aku hanya sangat berharap saudaraku bisa menjadi inkarnasi. Kau tahu? Aku hanya...."
"Kamu sudah melakukan yang terbaik."
"Eh?"
"Kamu sudah melakukan yang terbaik. Tak apa jika Kamu merasa sedih, ingatlah kalau ada orang yang selalu bersamamu."
Para Slime lain yang merasakan kemurungan Azure kini berkumpul dan menempel kepadanya. Seperti sebuah pelukan.
Azure menangis meluapkan kegelisahannya. Teriakannya cukup keras hingga Aku harus memasang [Sound Barrier] agar suaranya tak terdengar keluar.
"Kalian semua sangat baik. Kenapa kalian selalu seperti ini. Sama seperti saat kita di gua. Kalian satu-satunya yang mengerti Aku walau Kalian adalah Mob."
Tunggu? Apa Azure bilang gua?
"Azure, gua apa yang Kamu maksud tadi?"
"Gua tempat Kami tinggal dulu. Itu gua tempat Aku lahir."
"Itu dia Azure. Gua itu bisa jadi petunjuk untuk menjadikan mereka Inkarnasi."
"Benarkah? Ayo kita segera kesana."
"Tapi ada satu masalah. Kita sepertinya tak bisa keluar, sedang ada acara yang dipersiapkan."
Azure sedikit kecewa.
"Aku akan coba meminta izin terlebih dahulu."
Azure melompat kesenangan dan memelukku dalam bentuk humanoid nya.
Ughh. Aku masih belum terbiasa sensasi dipeluk dengan tubuh Slime Azure. Bentuk humanoid Azure sudah seperti manusia hanya saja tubuhnya memang seratus persen dari Slime. Dan setiap kali Ia memelukku, tubuhku menjadi basah dan lengket oleh lendirnya.
Aku merasa ada yang aneh. Aku merasa beberapa bagian tubuh Azure berubah menjadi kulit. Aku melepaskan diri dari pelukan Azure dan melihat peningkatan Skill [Transformation] nya. Perlahan-lahan bagian tubuh Azure berubah dan membentuk kulit seperti manusia. Jari dan kuku terbentuk begitu pula dengan rambut kepalanya yang berwarna biru langit.
Azure benar-benar berubah menjadi seperti manusia asli. Aku segera menutupi tubuhnya dengan sebuah kain dan membersihkan pikiranku dari gambaran aneh.
"Eh? Apa ini sungguhan? Aku seperti manusia sungguhan."
Azure menyentuh setiap anggota tubuhnya. Yap, benar. Seluruh anggota tubuhnya melihat mereka memiliki tekstur seperti kulit. Sekarang dia dapat dengan mudah bersosial dengan orang lain tanpa dipandang sebagai slime.
Aku sadar kalau orang hanya peduli dengan penampilan dan pengaruhnya begitu besar. Mereka akan menghina dan mengejek yang penampilannya tak sesuai dengan standar mereka.
"Sudah cukup mengaguminya. Pakailah pakaian ini dan ayo pergi." Aku memberi pakaian biasaku yang sudah kumodel ulang seperti pakaian wanita.
Aku masih menyuruh Azure dan yang lain masuk ke dalam Subspace karena sampai saat ini belum ada yang mengetauhi keberadaan mereka di istana.
Aku keluar dari tempat persembunyian dengan [Mass Teleport] dan berpindah ke kamarku. Tiba-tiba pintu kamarku diketuk dan masuk Zain tepat saat Aku diteleportasi. Zain sangat terkejut bukan main dan melompat ke belakang.
Gawat! Dia melihatku diteleportasi tepat didepan matanya. Identitasku sebagai seorang limited yang belum memiliki Skill bisa terbongkar.
"Zain. Kakak bisa jelaskan."
"Kakak. Bagaimana Kakak melakukannya? Apa Kakak punya kemampuan sihir?"
Huh? Reaksinya tak seperti dugaanku. Aku tak tahu harus menjawab bagaimana?
"Kakak bisa menggunakan sihir tapi rahasiakan dari Ayah dan Ibu. Ya?"
"Kenapa?"
"Kakak ingin buat kejutan. Biar Kakak saja yang beritahu. Oke?"
"Baik Kak."
Tidak kusangka Dia begitu penurut. Kurasa Aku juga belum terlalu mengenal Zain sebagai dirinya sendiri.
"Jadi ada apa? Kenapa Kamu kemari?"
"Ummm... jadi apa Kakak ingin bermain bersamaku?"
Ini tak biasa. Dia mengajakku bermain. Apa yang harus kulakukan? Apa Aku sebaiknya mengajaknya saja?
"Kakak ingin pergi keluar karena ada urusan."
Zain tiba-tiba mulai menangis. Loh? Kenapa? Apa Aku ada mengatakan hal yang salah.
...
Beberapa menit sebelumnya, Zain tengah bermain di kamarnya. Ibu datang dn meminta tolong padanya.
"Zain. Ibu minta tolong Kamu ajak kakak Eideth keluar istana. Ya?"
"Baik Ibu."
...
"Baiklah. Jangan menangis. Kamu boleh ikut dengan Kakak?"
"Benarkah? Aku boleh ikut dengan Kakak?"
"Iya. Ayo."
"Ayo."
"Kak Louis , tolong antarkan Kami."
"Siap. Tuan Zain."
"E-eh. Sejak kapan Kamu disana Louis?" Entah kenapa semua bersemangat hari ini.
Kami diantarkan ke hutan tempatku biasa bermain dan berlatih. Aku dan Zain menyuruh Louis untuk menunggu disini. Tapi Dia bilang Dia hanya akan menunggu selama dua jam. Aku dan Zain pun berlari masuk ke dalam hutan.
Kami hanya punya waktu dua jam tanpa diganggu Louis, ditambah Aku membawa Zain bersamaku saat ini. Tidak ada pilihan lain.
"Zain."
"Iya Kak?"
"Bisa Kamu berjanji untuk tidak memberitahukan kepada siapapun tentang yang kamu lihat dan lakukan hari ini? Kakak akan menunjukkan sebuah rahasia."
Zain terdiam sejenak namun Ia dengan tegas menjawab.
"Iya Kak. Aku janji."
Dia langsung berjanji tanpa begitu saja. Bisa-bisanya anak baik seperti ini menjadi perhitungan seperti orang itu.
"Ayo semua keluarlah."
Aku membuka Subspace seperti portal kecil muncul di udara. Azure dan lainnya melompat keluar. Mereka melompat lompat bahagia dan saat menyadari keberadaan Zain, mereka berlarian bersembunyi.
"Ayo semuanya. Kemarilah. Tidak apa-apa bertemu Zain."
Mereka perlahan keluar dari persembunyian mereka. Mereka perlahan mendekati Kami. Zain begitu takut namun Ia tetap berdiri tegak. Dia merasakan keberadaan Slime itu adalah Mob. Jelas Dia takut, Aku juga merasakannya saat bertemu mereka pertama kali. Indra Kami merasakan ancaman yang bukan Inkarnasi dan secara insting terancam karena takut. Hal ini kan berkurang saat Kamu lebih tinggi levelnya dari Mob tersebut.
Aku memberi dorongan pada Zain untuk menjadi lebih berani.
"Zain. Perkenalkan, ini Azure yang tertua, ini Marine, ini Scarlet, ini Iris dan ini Lime." Mereka melimpat secara bergantian saat nama mereka disebut.
Zain memberanikan dirinya untuk menyentuh mereka. Tangannya sedikit mundur karena ragu tapi Ia tak menunjukkan sedikitpun rasa takut.
"Halo. Aku Zain. Adik dari Kak Eideth."
"Sudah kuduga. Adukku memang pemberani." Aku mengelus kepala Zain.
Para Slime pun sudah tidak waspada lagi dan melompat menempel (memeluk) Zain.
"H-hey. Kalian jangan lakukan i-itu. Geli tahu."
Mereka tampak sudah mulai akrab satu sama lain. Azure kemudian memamerkan bentuk manusianya, untungnya Ia berubah dengan pakaian sekarang.
"Halo Zain. Aku Azure."
Zain sedikit terkejut melihat Azure berubah namun Ia segera kebingungan.
"Kakak berbeda dari mereka." Zain menatap Azure.
Indra Zain memang tajam sekali. Ia bisa merasakan perbedaan Mob dan Inkarnasi sekali lihat. Zain tampak tak terlalu mempedulikan itu dan lanjut bermain dengan para Slime.
"Ehem. Baiklah. Sudah tidak ada waktu lagi. Azure, tunjukkan Kami rumahmu."
Azure mengangguk. Para Slime segera lepas dari Zain dan berkumpul bersama Azure, mereka segera membawa kami masuk semakin dalam kedalam hutan.
Tak lama Kami menemukan sebuah gua yang cukup besar, dari luar mulut gua Kami tak melihat apapun yang spesial tentang gua ini. Kami masuk ke dalam gua tersebut dan mulai memeriksa setiap tempat namun tak menemukan apa-apa. Gua itu kosong seperti gua pada umumnya.
Aku bertanya pada Azure apakah ada sesuatu yang aneh saat Ia tersadar didalam gua.
"Hal Aneh? Aku tidak yakin. Aku tahu bagian dengan mulut gua itu kosong namun Aku merasa ada ruangan yang hilang."
Ruangan hilang? Ruangan tersembunyi! Pasti ada ruangan tersembunyi.
"Kak Eid. Aku menemukan sesuatu."
Kak Eid? Dia membuat nama panggilan untukku? Oh, Adik kecil ku yang imut. Aku takkan membiarkanmu menjadi Pria pelit itu.
"Apa yang Kamu temukan?"
"Dinding gua ini aneh. Didalamnya seperti ada sesuatu."
Aku memastikan dinding gua tersebut, didalamnya berongga.
"[Irregular Eye]."
Aku melihat sesuatu bagian mengeluarkan cahaya hijau di dinding gua. Aku menekan bagian tersebut, dan guanya berguncang. Perlahan dinding gua itu membukakan sebuah jalur gua lain.
Kami masuk lebih dalam dan menemukan sebuah lorong vertikal yang luas dengan sebuah rumah ditengahnya. Di langit-langit gua terdapat sebuah kristal yang memberikan sinar kedalam gua tersebut. Akibatnya ada banyak tumbuhan yang hidup disini.
Kami mendekati rumah itu dan melihat rumah itu tampak pernah dihuni. Tamannya walau sudah tak dirawat tampak masih rapi. Zain dan Azure mencoba masuk ke rumah itu namun ada penghalang yang tak terlihat menutupi rumah itu.
"Ini benar-benar rumah itu. Sudah lama sekali Kami tak melihatnya."
"Yah... Padahal sedikit lagi kita dapat menolong Azure." Zain kecewa. Tampaknya karena kesadarannya belum kembali, Ia menumbuhkan karakter baru yang masih kekanak-kanakan.
Apa Zain selalu seperti itu sebelum Ia mendapat kesadaran dewasanya? Apa Ia tak pernah bisa mengingat sesuatu sebelum kesadaran lamanya kembali? Apa Dia hanya bisa terus tersadar setelah tragedi yang menimpanya tanpa dapat mengubah apapun?
Aku sedikit simpati kepada Zain. Ia sudah melewati banyak hal menyakitkan namun Ia masih mempertahankan kemanusiaannya. Aku mengingat setiap tragedi yang akan datang dimana Ia mengutip setiap penyesalannya.
Apa itu alasan ingatan yang kulihat dalam bentuk visual novel dan CG? Memang ingatan Zain yang ku terima adalah pengetauhannya tentang segala sesuatu dimasa depan. Namun informasi pribadinya dirahasiakan dan sudut pandang dalam novel adalah orang ketiga (bukan pemain utama).
Aku memfokuskan kembali pikiranku ke saat ini. Membuka penghalang itu secara paksa dengan Statku sekarang itu mustahil. Ayo coba mencari petunjuk seperti tadi.
Aku mengelilingi rumah itu sambil mencari petunjuk dengan [Irregular Eye] aktif.
Aku menemukan sebuah cahaya hijau didekat pohon di taman itu. Aku melihat tulang-belulang manusia yang bersandar ke pohon tersebut. Dari pakaiannya yang rusak sepertinya Ia bertarung dengan suatu makhluk dan mati disini.
"Wahai roh terdahulu. Semoga arwahmu tenang." Aku berlutut menghormati tengkorak tersebut.
...
"Apa Kamu bisa keluar sekarang?"
"Kamu menyadariku?"
[Ras: Dryad (Peri Pohon)
Level: 20.]
Sebuah peri pohon muncul dari atas pohon. Ia seorang Dryad. Peri penunggu pohon yang dalam mitologi penolong petualang yang tersesat. Itu jika pohonnya di hutan lebat. Jika pohon itu hanya sendiri, Dryad itu adalah penggoda petualang untuk mengambil energinya. Petualang yang bertemu Dryad seperti itu akan kehilangan ingatan mereka.
"Wah-wah. Apa itu mata seorang anak kecil. Aku ketakutan sekali ditatap seperti itu."
[Mysterious Body merasakan bahaya.]
Sebuah akar pohon keluar dari tanah dan mencoba menusukku. Tubuhku bergerak tiba-tiba melompat kebelakang menghindari serangannya.
[Mysterious Body mengaktifkan Auto Reflex.]
[Auto Reflex
Menggerakan tubuh secara refleks terhadap ancaman.]
"Wah-wah. Mangsaku ini hebat sekali menghindar."
"Cih. Azure lindungi Zain!"
Azure yang mendengar teriakanku langsung melindungi Zain, Ia menebas akar-akar yang hendak muncul dari dalam tanah.
"Aku sedih sekali loh karena Kamu mengabaikanku."
Aku hampir saja tertikam oleh akar tajam dari balik punggungku saat Aku mengkhawatirkan Zain.
Hawa keberadaannya seperti Inkarnasi tapi Aku bisa melihat kalau Ia itu Mob. Aku terus menghindari serangan akar-akarnya dan mencoba menyerang.
"Sihir angin. [Wind Cutter]."
Aku berhasil memotong sebagian akar tersebut tapi mereka langsung tumbuh kembali. Pertarungan ini akan merugikanku jika berlangsung lama.
Aku menyerbu melewati akar-akar tersebut dan menyerang batang pohonnya. Tubuh utama Dryad adalah pohonnya, jika Aku menghancurkan pohonnya Ia akan mati.
Ia mencoba menghalangi dengan akar-akarnya namun dengan mudah ku bersihkan jalanku dengan [Wind Cutter]. Seranganku mengenai batang pohon dan Dryad itu kesakitan. Aku melanjutkan seranganku ke batang pohonnya dan inti pohon itu terlihat.
Dryad yang marah mengeluarkan akar-akar dari tanah dengan menggila dan membuatku menjauh sejenak. Karena jarakku dengan temanku semakin jauh. Ia mencoba mengambil Zain sebagai tawanan untuk mengalihkanku. Untung saja Azure dan Slime lain melindungi Zain dengan baik.
"Hey. Aku sedih sekali loh karena Kamu mengabaikanku."
"Apa!?"
Dryad itu yang tak sadar Aku sudah sampai pohon langsung merintih kesakitan saat Aku mencabut Inti pohonnya. Inti itu masih terikat oleh tumbuhan rambat menandakan Dryad itu belum mati sehingga Aku harus menghancurkan intinya.
"Aku menyerah! Tolong ampuni Aku."
Aku berhenti sejenak. Ia menundukkan tubuhnya bersujud padaku. Akar-akar pohon juga masuk kembali ke dalam tanah. Dia tampak benar-benar meminta ampun.
"[Wind Cutter]." Aku memotong Akar-akar yang hendak menyerangku dari belakang.
Ia seketika ketakuan sekali melihat mataku tahu Aku melihat semua perangkapnya.
[Conqueror Eye menaklukkan target yang dilihatnya.]
Dryad itu ketakutan hingga pingsan tak sadarkan diri.
Aku menggunakan [Retrocognition] untuk melihat ingatan Dryad itu. Dalam ingatannya, begitu Ia terlahir sebagai Peri pohon Ia melihat mayat tubuh seseorang wanita yang penuh luka dan darah disekujur tubuhnya. Secara insting Ia menyerap energi yang tersisa pada mayat yang baru mati tersebut, tanpa tahu itu adalah tubuhnya dulu.
Ini pertama kalinya Aku membaca ingatan dengan Skill [Retrocognition] ini. Aku seperti melihat masa lalu Dryad.
Aku yakin kalau tengkorak ini mati lalu bereinkarnasi menjadi peri pohon disampingnya. Aku yakin Dia tak punya pilihan lain. Kalau seorang Dryad tak menyerap energi makhluk lain, mereka akan semakin lemah. Mereka tidak bisa melindungi tubuh utama (pohon) mereka kalau mereka lemah.
"Dryad, jika Kau memperbolehkan. Izinkan Aku mengembalikan ingatanmu. [Shared Vision] dan [Retrocognition]."
Aku membagikan pengheliatanku kepada Dryad itu sambil menggunakan [Retrocognition] untuk melihat masa lampau. Dryad melihat semua masa lalunya kembali dengan bantuanku.
Dryad itu terbangun setelah pingsan beberapa waktu. Zain dan lainnya sedikit waspad namun perasaan waspada ku padanya menghilang.
"Aduh kepalaku... Eh? Huh? Siapa Kalian?"
"Halo Nona. Perkenalkan, namaku Eideth. Bisakah Kamu memberitahu Kami namamu?"
"Perkenalkan Aku penyihir yang meneliti Inkarnasi. Aku Elequem Rim."
Azure mulai mengingat masa lalunya dengan lebih jelas. Ia mulai menangis. Ia sepertinya mengenal penyihir itu.
"Nyonya Rim. Apa yang terjadi pada Anda?"
"Eh? Kamu mengenalku?"
Ingatan Rim pun mulai kembali. Ia tak dapat membendung air matanya setelah Ia mengetauhi Siapa Azure sebenarnya.
"Biru terang. Itu kamu?"
"Benar ini Aku. Sekarang namaku Azure. Nona Rim."
Rim dan Azure berpelukan dan diikuti Slime lain. Mereka menangis tersedu-sedu. Aku dan Zain membiarkan mereka sejenak. Setelah semua kesedihan mereka terluapkan. Aku meminta izin untuk masuk ke dalam rumah itu.
"Nona Rim. Apakah Kami boleh masuk ke rumah itu?"
Nona Rim memperbolehkan Kami untuk memasuki rumah itu. Kuharap rumah ini memiliki setidaknya petunjuk untuk mengubah Marine dan yang lain menjadi Inkarnasi.
Nona Rim membuka penghalang sihir yang menghalangi rumah dengan mudahnya. Ia masuk terlebih dahulu lalu diikuti Kami. Didalam rumah, terdapat banyak sekali buku-buku dan catatan berserakan dimana-mana. Nona Rim menyuruh Kami menunggu selagi Ia ke ruang sebelah.
Aku tak bisa menghentikannya. Tanganku masih bergetar karena beban fluktuasi energi membebani tanganku. Zain melihat tanganku dengan khawatir.
"Apa Kakak kesakitan?" Apa itu terlalu terlihat di wajahku.
"Zain. Kakak kesakitan seperti ini karena Kakak pura-pura kuat melewati batasan Kakak. Kakak harus melakukan semua ini karena Kakak terlalu lemah untuk melindungi Zain."
"Itu tidak benar. Kakak itu kuat. Zain ingin jadi kuat seperti Kakak."
Adik kecilku yang imut ini sedang mencoba menghibur sekarang?
"Menjadi kuat seperti Kakak itu gak bagus. Kakak akan membantumu agar Kamu menjadi kuat dengan caramu sendiri. Oke?"
"Oke! Aku akan jadi kuat. Kakak, Ayah, Ibu akan bangga padaku."
"Kami selalu bangga padamu. Jadi Kamu harus menjadi kuat dengan benar."
Entah kenapa hubunganku dengan Zain terasa lebih erat sekarang. Aku sudah tak memandangnya seperti orang asing lagi. Dia benar-benar adikku. Tana sadar tanganku sudah tak kesakitan lagi.
Aku cukup penasaran dengan rumah ini. Karena dengan pengetahuan yang kudapat dari ingatan Zain. Tempat ini tak sebanding dengan benda-benda di masa depan itu. Aku menemukan banyak sekali catatan lama yang berusia ribuan tahun, tepatnya catatan dari Old Era.
Aku sedikit melihat-lihat catatan itu, semuanya berisi tentang jurnal penelitian cara mengubah Mob menjadi Inkarnasi. Banyak dari catatannya yang bertuliskan tentang kegagalan namun satu hal yang membuat catatan ini menarik.
Ia tertulis, "Sebuah Mob yang memiliki keterikatan dengan Inkarnasi yang seharusnya saling bertolak belakang. Memiliki gelombang Jiwa yang sama sebagai Inkarnasi namun memiliki tubuh sebuah Mob."
"Hipotesis Elequim Rim: hanya segelintir Mob yang memiliki keterikatan dengan Inkarnasi. Mereka antara lain Inkarnasi yang terjebak dalam tubuh Mob Atau Mob yang memenuhi kriteria khusus dan berevolusi menjadi Inkarnasi. Hal ini sangat mendukung beberapa teori peneliti terdahulu, namun belum ada bukti konkrit terkait hal ini."
Aku pun mengambil sebuah buku yang berjudul Misteri Penciptaan Alam Semesta. Buku ini terdapat banyak sekali catatan sejarah di masa lampau.
...
Dunia ini, Arthen. Telah berganti era sebanyak empat kali. Keempat era tersebut dinamai Forgotten Era, Ancient Era, Old Era atau Era kalender lama, dan yang terakhir Era baru. Tiga Era sebelumnya tercatat selalu diakhiri dengan perang besar 3 unsur.
Arthen memiliki 3 unsur yang membudayakan dan mengafiliasi makhluknya. Magic atau Sihir (Magic), Teknologi (Techno), dan Origin.
Seseorang akan mengetauhi Afiliasinya begitu menginjak 10 tahun. Afiliasi ini tidaklah acak karena dipengaruhi berbagai faktor seperti orang tua, lingkungan, dan diri sendiri.
Dalam buku ini mengatakan bahwa saat tiga unsur semakin berkembang menjadi kuat. Mereka akan berlawan hingga hancur dan membangun ulang kembali. Itulah jalur alam.
...
Membaca buku ini membuatku memiliki banyak hal yang harus Aku cerna dengan baik.
Ada banyak sekali jalan untuk menjadi kuat didunia ini. Skill setiap orang dikategorikan apa beratribut magic, techno, atau origin. Jika tak termasuk semua itu maka klasifikasinya adalah non-atribut. Kebanyakan Skill yang Aku kugunakan adalah Magic karena Einzel termasuk dalam kekaisaran sihir. Aku juga pernah baca lewat buku ada Techno Citadel dan Land Of Origin.
Masih banyak yang belum kuketahui tentang dunia ini walau lewat ingatan Zain. Itu artinya Aku masih bisa berkembang lebih jauh lagi dengan tubuh limitedku ini.
Aku ingin sekali memiliki rumah ini untukku sendiri, agar dapat membantuku dalam penelitian dan juga informasi berharga lainnya.
Berhenti! Aku tak boleh serakah. Aku pun sudah beruntung memiliki pengetauhan tentang masa depan yang sama berharganya. Kau tak bisa menguyah yang kau gigit terlalu banyak.
Eh? T-tunggu? Itu!?
Rim keluar setelah Ia mengenakan pakaian yang lebih menutup, jujur saja Aku tak terlalu melihatnya tapi pakaiannya saat masih Dryad hampir tak menutupi apapun.
Kami duduk di sebuah sofa dan disediakan beberapa minuman.
"Maaf karena menyambut kalian seperti ini. Aku hanya bisa menyajikan beberapa minuman." {Rim}.
"Tak apa Nona Rim. Terima kasih sudah menerima Kami." {Eideth}.
"Iya. Terima kasih Kak." {Zain}.
"Owww... Adik kecil ini imut sekali." {Rim}
Sama terkejutnya seperti Rim, Aku tak menyangka Ia akan tebar pesona seperti ini. Zain yang sekarang sama sekali tidak mirip dengan masa lalu.
"Kalau begitu Saya langsung saja. Nona Rim. Apakah ada cara untuk merubah Iris, Scarlet, Marine, dan Lime menjadi Inkarnasi seperti Azure?"
"Oh...." Nona Rim sedikit gundah.
"Pertama. Aku akan ceritakan dulu pada mu kisah Azure lahir."
"Beberapa tahun lalu. Kami memulai penelitian tentang teori "Evolusi Mob Menjadi Inkarnasi". Setelah penelitian panjang Kami menyadari bahwa hanya segelintir Mob yang terpilih yang dapat berubah menjadi Inkarnasi." {Rim}.
"Maaf menyela. Tapi apa perbedaan Mob dan Inkarnasi?" Zain yang penasaran bertanya.
Rasa penasaran anak ini cukup besar untuk anak berumur 4 tahun.
"Ada banyak perbedaan namun beberapa dari mereka yang mencolok adalah. Pertama, mereka memiliki sedikit kecerdasan dan kebanyakan menggunakan Insting tak seperti kita Inkarnasi. Kedua, ada insting Inkarnasi yang otomatis merasa terancam saat bertemu Mob. Ketiga, Mob tak selalu dilahirkan. Jika populasi mereka menurun dan habis, mereka akan Respawn (muncul) dengan sendirinya." {Eideth}.
"Wow. Kamu punya pengetahuan yang luas untuk anak seusiamu. Itu benar. Karena itulah Kami menemukan tanda-tanda saat Mob akan berevolusi menjadi Inkarnasi." {Rim}.
"Benarkah? Apa tanda-tanda yang kutunjukkan saat itu." {Azure}.
"Azure saat itu... Ia sering mengendalikan. Maaf, lebih tepatnya menegur Saudaranya yang lain saat mereka membuat masalah. Seperti Ia memiliki kesadaran." {Rim}.
"Aku tebak. Saat Ia dalam bentuk Slime nya. Ia berguncang-guncang seperti memarahi Saudaranya. Dia sering melakukan itu saat Scarlet merusak barang."
"Benar. Azure memang sering memarahi Scarlet saat Ia membuat masalah."
"Ahahahahaha." {Rim & Eideth} Aku dan Rim tertawa karena bisa membayangkannya.
"Huh! Jangan meledekku! Aku bukan anak kecil lagi." {Azure}.
"Ya. Azure sudah menjadi wanita dewasa sekarang." {Rim}.
Aku bisa melihat pandangan mata orang tua yang menyayangi anaknya pada Rim seperti Ayah dan Ibu.
"Jadi. Apa tidak bisa membuat mereka menjadi Inkarasi seperti Azure?"
"Kita bisa melakukannya. Hanya saja...."
"Hanya saja akan berbahaya jika kekaisaran sampai tahu."
"A-apa? Bagaimana Kamu tahu?"
Rim terkejut bukan main karena Aku mengetahui situasinya. Alasan kenapa Ia ragu untuk melakukannya adalah kekhawatirannya akan kekaisaran. Alasan Rim mati dan hidup kembali menjadi Dryad, Azure dan lainnya berkeliaran di hutan, dan Azure yang tidak dapat mengingat masa lalunya adalah campur tangan kekaisaran.
"Apa Aku benar? Elequim Rim. Kepala peneliti sihir Kekaisaran Sihir."
Aku membeberkan informasi yang Rim coba sembunyikan. Aku menunjukkan foto dan lencana penyihir Kekaisaran milik Rim pada semuanya.
"Alasan tersembunyi proyek ini adalah membangun pasukan khusus Kaisar yang akan dipakai untuk berperang melawan benua lain. Aku yakin Anda mempercayai mereka karena mengatakan pasukan ini dibuat untuk melindungi Kekaisaran." {Eideth}.
"Itu benar. Karena itulah Aku tidak bisa melakukannya. Jika Kekaisaran tahu, mereka akan menggunakan Azure dan lainnya sebagai senjata perang. Tolong jangan paksa Aku melakukannya." {Rim}.
"Aku mohon Nona Rim. Bisakah Kamu mengubah yang lain menjadi Inkarnasi sepertiku? Aku yakin Kamu bisa melakukannya seperti waktu itu. Itu tidak sulit bukan?" {Azure}.
"Benar. Itu tidak akan sulit untuk Nona Rim. Masalahnya adalah kekaisaran akan langsung kemari begitu prosesnya dimulai. Ritualnya akan menghasilkan petir besar menyambar dari atas langit. Kekaisaran akan langsung kemari dengan pasukan mereka seperti saat Kau lahir." {Eideth}.
"Jadi alasan Nona Rim meninggal adalah karena Aku?" {Azure}. Azure mulai menangis hebat
Inilah alasan Nona Rim tidak ingin banyak cerita, agar tidak menyakiti Azure. Azure akan menyalahkan dirinya jika tahu orang yang disayanginya mati karenanya. Aku sengaja membeberkannya sekarang agar Azure dapat lebih dewasa dan realistis dalam melihat dunia.
"Tidak, Azure. Ini bukan salahmu." {Rim}.
"T-tapi... K-karena Ak-ku Nona Rim matiii... Andai saja Aku tidak lahir... Paman dan Bibi Peneliti lain tidak akan mati... Huuwaaahaha...!" {Azure}. Azure menangis menutup wajahnya dipangkuan Nona Rim.
Aku bisa melihat kalau Nona Rim memperlakukan Azure seperti anak kecil. Yah. Akupun juga begitu. Tapi Aku akan menjalankan tugasku mendidiknya.
"Berhentilah menangis Azure!"
"Huuuuh...."
"Apa Kau bilang kalau kematian Peneliti lain itu sia-sia karena melindungimu?"
"Tidak. Aku tidak bilang..."
"Jadi sampai kapan Kamu akan menangis seperti itu!? Mereka mengorbankan nyawa mereka begitu tahu Kamu akan dijadikan senjata perang. Mereka ingin Kamu bahagia menjadi Inkarnasi normal dan hidup bahagia."
"Master benar."
"Jadi angkat kepalamu dan berhentilah menangis."
"Ya Master! Perkataan Master benar. Aku akan bahagia karena itu Aku harus membalas kebaikan mereka."
"Hemm. Bagus."
"Aku akan balas dendam pada Kekaisar. Owh... Kenapa Master memukul kepalaku?"
Aku memukul kepala Azure karena Ia melewati batas.
"Siapa yang menyuruhmu membalas dendam!? Apa para Peneliti itu menyuruhmu?"
"Jadi apa yang harus kulakukan?"
"Tujuan Kita itu membuat Marine dan yang lain menjadi Inkarnasi. Apa Kamu sudah lupa hal itu?"
"Buwahahahaha...." Nona Rim tertawa lepas melihat kelakuan Kami.
Sepertinya Aku berhasil mengurangi stressnya. Aku yakin meyakinkannya bukan hal mudah, apalagi Ia pernah mati bisa menimbulkan trauma untuknya. Aku masih ingat Aku stress hingga demam saat masih bayi. Suhu tubuhku sangat tinggi dan tak menunjukkan tanda akan turun, namun Ibu terus memelukku erat di pelukannya.
Setelah suasana tegang berlalu, Zain memutuskan ingin bermain diluar bersama Azure dan yang lain. Ia seperti tahu pikiranku dan membuat kesempatan untukku bicara empat mata dengan Rim.
Kami berdua duduk di halaman teras sambil melihat anak-anak bermain. Tunggu? Aku juga masih anak-anak.
Aku melihat wajah Rim tersenyum bahagia hanya karna dapat melihat Azure dan Slime lain bermain.
"Jadi. Apa Nona Rim sudah mempertimbangkan permintaan Azure?"
"Aku tahu Kamu berjanji ada mereka. Tapi Aku tak bisa membuat kesalahan itu lagi. Aku beruntung dapat hidup kembali. Namun kalau Aku mengulang kesalahan itu lagi. Bukan hanya Aku, Azure dan yang lain akan dalam masalah."
"Memang tak bisa di pungkiri kalau Nona Rim menyesali saat itu. Tapi bukan berarti ritualnya tak bisa dilakukan ke tempat lain."
"Apa Kamu bilang?"
"Apa yang Nona Rim tahu tentang [Subspace]."
Nona Rim mengobservasi Subspace mikikku dengan seksama. Ruang Subspace ku saat ini memiliki volume 2 meter kubik. Cukup luas untuk melakukan ritualnya. Kami masuk untuk menginspeksi dalamnya, namun karena beberapa aturan Aku tak bisa masuk.
"Subspace ini terhubung dengan dimensi lain. Secara teori, ini bisa dilakukan."
"Walau cukup sempit, Aku yakin bisa dilakukan di dalam sini. Apa Kamu tidak masuk?"
"Aku tak bisa masuk. Levelku terlalu rendah.
"Statmu cukup tinggi. Berapa levelmu?"
"Masih level 1. Aku belum sempat menaikkan level."
"Apa!? Level 1!? Kamu tidak bercanda kan?"
"Ya? Hehehe...." Nona Rim melihat wajah murungku jadi Dia tak menanyai lebih jauh.
Agak sulit hidup berada dalam level rendah. Karena beberapa Item penting di masa depan, memiliki persyaratan level 100 keatas untuk dapat digunakan. Artinya, Aku takkan pernah dapat menggunakannya dengan diriku sekarang.
"Baiklah. Persiapan selesai. Tuan Eideth. Tolong panggil Azure dan yang lain."
"Baik. Az...! Azure lindungi Zain!" Aku segera berlari ketika merasakan seseorang yang berkekuatan besar melaju kemari. Aku menggunakan sihir percepatan semaksimalku.
Sebuah sosok hitam yang menyeramkan berada tepat dibelakang Zain.
"Zain! Dibelakangmu!!!" Aku berlari sambil menyiapkan mantra.
Azure yang seketika menyadarinya mencoba menyelamatkan Zain. Namun, sosok itu menangkapnya duluan.
Sebelumnya, Aku sama sekali tak merasakan kehadirannya. Dan tiba-tiba Dia sudah berada di belakang Zain.
Seorang pria dengan jubah hitam yang menutupi seluruh tubuhnya. Dia memakai pakaian ringan dengan armor seperlunya untuk memperbolehkannya bergerak bebas. Memiliki setidaknya dua belati dipinggang mereka.
"Kenapa yang muncul harus Dia!"
Aku tak bisa menyalahkan situasi bagaimanapun kelihatannya.
Yang menangkap Zain saat ini adalah Inquisitor Kekaisaran.
Ada Dua pasukan penegak keadilan di Kekaisaran, Knight dan Inquisitor. Knight dibangun untuk melindungi rakyat dan menegakkan keadilan, dan Inquisitor adalah kebalikan mereka. Inquisitor dapat dengan mudah menggunakan hak mereka sebagai pasukan khusus milik Kaisar, menyelesaikan permasalahan dibalik layar tanpa tersorot publik. Mereka juga dikenal dengan kekejaman mereka untuk menyelesaikan misi.
"Adik. Apa yang Kamu lakukan disini. Ini bukanlah tempat bermain. Lihat ada banyak Mob berbahaya disekitar sini."
Zain ketakutan hingga kakinya gemetar.
"Ups! Maaf. Kakak mengeluarkan niat membunuh ya."
"Hey! Lepaskan Adikku penjahat!"
Inquisitor itu memandangku, Dia memperhatikan bahwa Kami bersaudara.
"Kamu Kakak Adik ini ya? Kemarilah Kakak tidak jahat. Kakak ini menyelamatkan Adikmu dari Mob jahat itu."
Sesuai perintahku. Dengan telepati, Rim dan Azure tak mengeluarkan suara.
Walau mereka Inkarnasi, kecuali Aku. Mereka terasa seperti Mob berlevel tinggi itu saja.
Aku masih siaga diposisiku dan tampaknya Ia sudah tidak sabaran. Tangannya mulai meraih dagger di pinggangnya.
"Sekarang!" Azure dan Nona Rim melaju menyelamatkan Zain. Dia tersentak dan mengambil daggernya dan merapal mantra. Aku bisa melihat lingkran sihir yang terbentuk.
"[Analyze]" Aku menggunakan Skillku untuk menganalisa dan membatalkan sihir tersebut. Nona Rim menyerang menggunakan akar didalam tanah dan membuat pegangannya kepada Zain terlepas. Seketika Azure menyelamatkan Zain sekaligus mencoba menyerang Inquisitor.
"Kenapa Kalian membuat ini sulit sekali bagiku?... Prioritize Subjugation."
Dia akan membunuh semua yang ada disini dan membersihkan tempat kejadian. Kami harus membunuhnya yang mana hampir mustahil atau membuatnya menyerah.
"Azure. Rim. Ikuti komandoku. Azure lindungi Zain dan yang lain. Rim, Gunakan Wood Armor."
Seolah Seorang Tamer, Aku memberi perintah kepada Azure dan Rim. Setidaknya ini akan mengurangi kecurigaan dipikirannya.
"Monster Tamer ya? Kamu punya bakat menarik namun? Apa Monster Tamer bisa menganalisa Sihir?"
Maksudmu Aku harus membiarkan begitu saja Kamu membunuh Azure?
Rim menyerang Inquisitor itu dengan cepat namun Ia dapat menghindarinya dengqn mudah. Azure dengan Wood Armor nya, melindungi tubuh dan menjadi senjata melawan Inquisitor. Ia juga menyerang dengan akar-akar untuk memperlambat gerakan dan membuat celah.
'Ini tidak bagus. Dryad ini (Rim) cukup terampil dalam pertarungan walau levelnya rendah. Namun yang menyebalkan adalah anak itu yang membatalkan setiap mantra yang kurapal.' {Inquisitor}.
"Ini mulai menyebalkan." {Inquisitor}.
Inquisitor itu menyerang balik. Dengan dua dagger, Ia menyerang dengan kecepatan luar biasa merusak Wood Armor dengan mudahnya.
Aku tak sangka levelnya jauh diatas kami.
[~Inquisitor~
Level: 90.]
"Asal Kamu tahu Dik? Untuk melawan Tamer, Kamu harus menyerang Tuannya!" {Inquisitor}.
Dia langsung menyerbu ke arahku secepat kilat. Tanpa sadar, Ia sudah berada di depanku sambil melayangkan daggernya.
Bagaimana ini? Rim terluka cukup parah. Aku tak bisa memanggil Azure yang melindungi Zain dan yang lain. Aku tak bisa menakhlukkan Inquisitor dengan Conqueror Eye dengan mudah karena levelnya yang tinggi.
Sebuah ide terlintas dikepalaku. Yah cuma ini jalannya.
"[Explosion]!" Aku merapal mantra tingkat lanjut tepat didepannya.
'Anak ini gila! Dia ingin meledakkanku yang tepat didepannya. Apa Dia mengira takkan terkena ledakan nya?' {Inquisitor}.
Inquisitor itu mundur. Ia termakan tipuanku. Ini dapat berhasil karena lingkaran sihir [Explosion] asli yang kubuat namun Aku tak ada energi untuk mengaktifkannya.
Unquisitor itu segera menyadari namun Rim segera menggunakan akarnya untuk menangkap Inquisitor itu. Akar-akar itu cukup berbahaya karena kemampuannya menyerap energi. Inquisitor yang energinya diserap menjadi lemas dan tak bis melepaskan diri.
[Conqueror Eye diaktifkan. Menaklukkan Target. Target ditaklukkan.]
Fiuhh... Kami berhasil menangkap Inquisitor. Aku mengamankan daggernya yang merupakan peralatan sihir yang bagus.
[+5 Dagger
Memiliki racun yang dapat melumpuhkan lawan.]
[+5 Dagger
Memiliki kesempatan untuk mengabaikan armor.]
Dagger ini luar biasa. Memiliki racun dan menembus armor. Apalagi enhancement nya +5. Untung saja Rim tidak langsung mati karena melindungi tubuhnya.
Racun? Racun?!
Aku segera menggunakan [Purification] pada Rim yang mulai lemas. Untung Aku tepat waktu sebelum Rim pingsan dan melepaskan Inquisitor.
Itulah yang setidaknya kupikirkan sebelum kepalaku terbentur ditanah. Aku gagal menetralkan racun Rim dan Inquisitor berhasil membalikkan keadaan. Dia melumpuhkan Azure dan Rim dalam sekejap mata. Aku dengan mudahnya terjatuh setelah kepalaku terpukul dari belakang.
Aku terbaring lemas di tanah saat adikku dan yang lain hendak di habisi oleh Inquisitor. Sialan! Aku takkan membiarkan ini!
[Momen kritis telah terlewati. Mengaktifkan Survival Fittest Instinct.]
Pandanganku hitam putih, namun seluruh indraku terasa terbuka begitu luas. Nafasku semakin cepat dan berat. Aku melihat sebuah sosok berwarna merah yang mengangkat Zain.
[Survival Fittest Instinct mengaktifkan paksa Skill.]
[Aura Sword (beginner) diaktifkan.]
[Extreme Physical Enhancement diaktifkan.]
[Killing Aura diaktifkan.]
[Survival Fittest Instinct merasakan mental lemah dari pengguna. Memasuki tahap "Auto Hunting".]
...
Ughh... Pandanganku kabur perlahan mulai kembali.
"Kakak! Berhenti Kakak. Sudah cukup. Kami baik-baik saja!" {Zain}.
"Iya Master. Master bisa berhenti." {Azure}.
"Tolong sadarlah Eideth!" {Rim}.
Aku memegang kerah baju seseorang dan memukul wajahnya tanpa henti. Tanganku bergerak sendiri dan saat Aku sadar yang lain memelukku dengan erat memohon padaku untuk mensadarkan diri dan berhenti. Tanah di sekitarku sudah luluh lantah tak beraturan.
Aku melepas kerah Inquisitor itu dan mundur kebelakang. Semuanya terlihat lega karena suara mereka berhasil mencapaiku. Aku hanya dapat terbaring lemas setelah bertarung dengan brutal. Aku masih memiliki sedikit kesadaran saat memasuki [Survival Fittest Instinct], namun Aku terkena fluktuasi energi ditengah jalan dan pingsan.
Aku seperti bertarung tanpa sadar berkatnya. Untung saja Inquisitor itu terkejut dan lengah ditengah pertarungan, kalau berlangsung lebih lama tubuhku akan terkena dampak yang lebih besar.
"Kalian semua baik-baik saja kan? Berapa banyak Ia memukul kalian?"
"Tenang Kak. Kami baik-baik saja. Kakak lebih banyak memukulinya daripada Ia menyentuh Kami."
"Dia beruntung. Kalau Dia menggores kalian sedikit saja. Aku takkan menyesal menghajarnya lebih brutal lagi."
"Huh?" Inquisitor itu menatap wajahku yang tepat didepannya.
"Tolong berhenti!" Ia seketika mundur ketakutan melihatku.
"Kumohon ampuni Aku. Jangan sakiti Aku lagi. Kumohon."
Wow. Apakah Aku terlalu berlebihan menghajarnya? Lukanya sudah pulih total berkat penyembuhan dari Nona Rim dan para Slime. Dia jadi sedikit trauma terhadapku. Akan kugunakan ini dengan baik
"Dengar sini baik-baik! Sebutkan nama dan angka mu!"
"N? Ap-apa?" Dia menjawab dengan gagap.
"APA KAU TULI!? KUBILANG SEBUTKAN NAMA DAN ANGKA MU! Panggil Aku Pak."
"RAUND. NOMOR 14. PAK!"
"SIAPA YANG MENYURUHMU BERTERIAK!" Aku sedikit memukul kepala Raund.
Aku menyuruh Zain pergi agar tak mendengarku seperti ini. Bisa gawat kalau Ia tak sengaja cerita hal yang tak kuinginkan.
"Dengar Raund. Bilang pada Kaisar kalau gubuk Rim menghilang. Dan Seseorang menitipkan pesan pada Kaisar. Regressor telah datang. Kalau Kaisar ingin bertemu dengannya, Ia akan datang sendiri menemui Kaisar. Tunggu saja kedatangannya."
"Apa itu saja?"
"Ya. Itu saja Kau boleh pergi."
Raund segera pergi secepat yang Ia bisa. Merasa situasi aman, Aku membuka Subspace untuk memulai ritual kembali. Walau Raund sudah pergi, Kaisar akan langsung mengirimkan pasukan kemari dalam sekejap mata begitu melihat petir dari ritual.
Saat ritual dimulai, yang berada diluar menonton lewat portal hanya Aku dan Zain. Kami duduk bersebelahan dengan canggung tak bisa membuka pembicaraan.
"Zain."
"Iya. Kak?"
"Maaf Kamu melihat Kakak seperti tadi. Apa Kamu takut melihat Kakak?"
"Tidak mungkin. Kakak menyelamatkanku dari orang jahat. Tapi...."
Benar. Tak mungkin Ia tidak takut.
"Zain. Kakak memukul orang jahat untuk menghentikannya memang salah. Dan Kakak juga tidak cukup kuat untuk melakukannya baik-baik. Tapi Kakak tidak menyesal. Bahkan kalau Kamu jadi takut pada Kakak."
"Apa... Itu tidak benar."
"Tapi Kamu tahu? Kakak lebih memilih menyesal setelahnya. Daripada menyesal karena tak berbuat apa-apa." Aku mengeluarkan senyum terlebar dan paling ramah milikku.
"Menurutku Kakak hebat. Aku ingin menjadi Kakak."
"Tenang saja. Kakak rasa Kamu bisa dengan mudah melampaui Kakak."
"Tidak. Kakak yang paling hebat."
"Jadi. Kalau Ayah dan Ibu bagaimana?"
"Umm... Ayah dan Ibu nomor satu. Setelah itu Kakak."
"Hey!? Kamu cepat sekali berubah pikiran. Rasakan ini!" Aku menggelitik Zain.
"Apa!? Huaahh... Hahahaha... Kakak. Hentikan... Hahaha... Geli!"
Sekarang Aku merasa lebih dekat dengan Zain. Aku benar-benar menyayangi seperti Ia menyayangiku. Aku selalu merasa kalau Zain adalah pengingat kalau Aku dari dunia lain dan bukan bagian dari keluarga. Namun, ternyata itu hanya perasaanku.
Nona Rim keluar dan memperkenalkan para Slime yang sudah berubah menjadi Inkarnasi.
"Anak-anak kenalkan diri kalian."
"Aku Scarlet. Salam kenal." Scarlet menyilangkan tangannya.
"Aku Marine. Saudara kembar Azure. Salam kenal." Bentuk manusianya mirip Azure.
"Aku Lime. Tolong rawat Aku." Lime menundukkan kepalanya.
"Aku Iris. Kuharap Kita bisa Akrab." Iris sngat ramah melambaikan tangan.
Aku bisa merasakan kalau mereka telah menjadi Inkarnasi sepenuhnya. Begitu pula Zain.
Dan lihat kepribadian mereka itu. Scarlet memiliki sifat tomboy yang ingin terlihat keren tapi ceroboh. Marine ceria namun lebih tenang dibanding Azure. Lime punya sifat polos pemalu. Dan Iris perhatian dan mudah bergaul.
"Ayo semuanya kita berpelukkan!" {Iris}.
Iris memelukku diikuti Zain yang tak mau kalah. Azure dan Marine ikut nimbrung diikuti Lime yang sopan meminta izin. Nona Rim mengajak Scarlet yang malu-malu ikut berpelukan.
Haaaaah... Ini sangat nyaman. Seperti tubuhku yang kelelahan dipijat dengan tubub Slime. Tunggu!
"Zain. Sepertinya Kita melupakan sesuatu?"
"Louis !" Aku dan Zain teringat bersamaan.
Louis yang tengah berkeliling hutan mencari Kami hingga lelah.
"Tuan muda. Kalian dimana?"
...
"Sebelum kita pulang kita harus mandi dulu. Ayo sini lepas pakaianmu. Kalian para wanita menjauhlah dari sini." Kami mandi dan mencuci seadanya dengan Sihir Air, lalu mengeringkannya dengan Sihir Angin.