Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Good Stepmother

🇮🇩FaaQueen
--
chs / week
--
NOT RATINGS
4.5k
Views
Synopsis
Perjuangan Fatma yang berperan sebagai ibu sambung dari Vina dan juga Tian, kedua anak kandung dari Satya itu beranggapan jika ibu sambung adalah orang yang paling jahat di dunia. Meskipun berbagai cara sudah dilakukan oleh Fatma, supaya Vina dan juga Tian itu mengubah sikap kepadanya. Namun, hal itu seakan sia-sia saja. Karena pada kenyataannya semakin Fatma berusaha, maka baik Vina dan juga Tian semakin menaruh rasa benci pada Fatma. Satya tahu apa yang dialami oleh sang istri, ia juga sudah berusaha untuk memberi keyakinan pada Vina dan juga Tian, tetapi tetap tak ada hasil apa pun. Hingga akhirnya, Fatma mengandung buah hati antara dirinya dan juga Satya. Masalahnya, kehamilan Fatma justru memancing ide-ide jahil dari pikiran Vina dan juga Tian. Banyak sekali gangguan dari sifat usil Vina dan juga Tian, yang bahkan hampir membuat Fatma kehilangan nyawa calon anak di dalam kandungannya. Berkali-kali Fatma selamat, tetapi tidak dengan hari itu. Di mana Fatma langsung dibawa ke rumah sakit dan koma selama beberapa Minggu.
VIEW MORE

Chapter 1 - Part 1. Permulaan

"Bismillahirrahmanirrahim, saya nikah dan kawinkan engkau Satya Putra Wibowo bin Arman dengan Fatma Azzahra binti Firman, dengan mas kawin seperangkat alat salat dan mas kawin sebesar 500.000.000 rupiah dibayar tunai!" seru Firman--ayah dari calon pengantin yang tengah duduk di depannya.

"Saya terima nikah dan kawinnya Fatma Azzahra binti Firman dengan mas kawin seperangkat alat salat dan mas kawin sebesar 500.000.000 dibayar tunai!" balas mempelai laki-laki dengan satu tarikan napas.

"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya wali nasab, pada hadirin yang hadir di situ.

"Sah!" sahut semuanya dengan sangat kompak.

Pasangan yang kini sudah resmi menjadi suami istri itu bernapas dengan lega, setelah mengucapkan doa, Fatma meraih tangan kanan milik Satya, lalu mencium telapak tangan cukup lama.

Sedangkan Satya mencium puncak kepala perempuan yang kini resmi menjadi istrinya itu, sambil mengucapkan doa.

Tak ada yang lebih bahagia, selain bersanding dengan seseorang yang sangat disayangi. Sama halnya dengan Satya dan juga Fatma. Keduanya sama-sama menunjukkan raut wajah yang benar-benar bahagia.

Senyuman yang belum juga luntur dari pipi keduanya, mata yang saling melempar tatapan, tangan yang sama-sama menggenggam.

Namun, di balik kebahagiaan itu ada juga yang tak ikut bahagia. Kakak beradik yang berstatus sebagai anak dari Satya, keduanya memancarkan sorot mata sangat tak suka dengan kehadiran wanita di tengah-tengah kehidupan mereka.

"Kak, kenapa Ayah wajahnya senang banget ya?" tanya Vina pada Tian--kakak laki-lakinya.

"Hust! Itu semua gara-gara perempuan yang ada di samping ayah itu, Dek," bisik Tian pada adiknya yang masih berumur 12 tahun.

Vina yang memang masih polos, hanya menganggukkan kepala, tanpa mengeluarkan kata apa pun.

"Tian! Vina! Sini, Nak!" panggil Satya pada kedua anaknya itu.

Merasa namanya dipanggil, Tian segera menggenggam tangan kanan Vina, lalu berjalan mendekat ke arah Satya dan juga Fatma yang masih menampakkan wajah sangat senang.

"Kenapa, Yah?" tanya Tian, sambil melirik tak suka pada Fatma.

"Kita foto-foto bareng, yuk!" ajak Satya, lalu menempatkan kedua anaknya di posisi tengah, dengan Satya dan juga Fatma di samping.

Fotografer pun sudah siap dengan tugasnya, dengan sangat cermat dan teliti memotret action yang ditunjukkan oleh objek yang akan difoto.

-

Keluarga kecil yang sangat indah. Namun, perlu diketahui, hal itu hanya terlihat dari luarnya saja. Fera sangat lihai menutupi perbuatan menyimpang pada kedua anak dan suaminya itu.

Ia menjalin hubungan lebih dengan laki-laki dari masa lalunya, mereka sepakat untuk melakukan hubungan dengan cara backstreet.

Tak ada yang mengetahuinya, tetapi takdir memutuskan hal yang berbeda dari apa yang sudah direncanakan matang-matang oleh Fera.

Hubungan keduanya berhasil diketahui oleh Satya, saat tak sengaja makan siang di restoran yang sama. Detik itu juga, Satya langsung menjatuhkan talak pada Fera.

Bahkan, saat itu Fera sama sekali tak menyesal atas apa yang sudah diperbuatnya. Seakan, selingkuh adalah hal yang sangat biasa, sampai-sampai Fera tak meminta maaf atau apa pun pada Ferdi.

Sesampainya di rumah, Fera langsung mengemasi baju-baju miliknya dan berniat untuk meninggalkan kedua anaknya.

"Loh! Mama mau ke mana?" tanya Vina dan juga Tian, yang kebetulan mereka sudah pulang dari sekolah.

"Ayah kalian tuh! Dia malah lebih milih cewek lain!" jawab Fera, dengan nada bicara yang sangat tinggi. Apalagi, apa yang dikatakannya itu adalah kebohongan besar.

Fera lebih memilih untuk memutar balikkan fakta, dari pada ia yang dicap jelek oleh kedua anaknya.

"Maksud Mama apa?" tanya Tian, yang masih bingung dengan ucapan Fera. Tangannya mencekal lengan Fera, karena sudah bersiap untuk meninggalkan rumah.

"Lepasin, Nak! Mama udah enggak tahan lagi buat tinggal serumah sama Ayah kalian. Izinin Mama pergi ya, kalian jaga diri baik-baik di sini," ucap Fera, lalu mencium kedua pipi anaknya secara bergantian.

Tak ada yang mampu Tian ucapkan, selain berseru, "Mama juga hati-hati!"

Meskipun suaranya itu sudah pasti tak terdengar oleh Fera, karena langkah kakinya yang sudah terlebih dulu keluar dari rumah.

Bertepatan dengan itu, Satya memang tengah suka terhadap seorang wanita. Sedari dulu, ia hanya menahan perasaan tersebut, karena kesadarannya masih berfungsi.

Satya sangatlah sadar jika dirinya sudah memiliki seorang istri, maka dari itu setiap ia bertemu dengan Fatma, selalu saja memalingkan muka.

Bukan sombong, tetapi lebih merujuk untuk menjaga hati dan mendindingi iman dari godaan syaitan yang sewaktu-waktu bisa saja datang.

Namun, dengan statusnya yang sekarang, Satya akan lebih leluasa untuk dapat mendapatkan hati wanita yang sudah ia kagumi sejak dulu. Tepatnya setelah sikap Fera berubah drastis.

Ini adalah keputusan salah yang diambil oleh Satya, karena dengan menikahi Fatma dalam jangka waktu yang sangat dekat, membuat opini yang diberikan oleh Fera pada kedua anaknya justru bertumbuh menjadi keyakinan.

Kedua anak Satya sangat yakin. Jika, keluarga mereka hancur karena kehadiran Fatma, di dalam ingatan mereka terus berputar tentang ucapan yang pernah diutarakan waktu itu oleh Fera.

-

"Tian, kamu enggak makan, Nak?" tanya Fatma yang masih saja berusaha untuk mendekati anak dari laki-laki yang kini sudah resmi menjadi suaminya.

Yang diberi pertanyaan justru sama sekali tak menjawab, malah ia membuang pandangan ke arah lain. Sakit? Tentu saja iya.

Namun, Fatma tak kehabisan akal. Ia berdiri, lalu mengambil piring yang sudah terlebih dulu diisi nasi beserta lauk pauk olehnya, lalu kembali menghampiri Tian yang masih duduk di tempat tadi.

"Ini, Nak. Dimakan ya, Ibu dipanggil sama Ayah dulu," ucap Fatma, sambil mengusap lembut kepala Tian, lalu melangkahkan kakinya berbalik menuju ke kursi yang di sampingnya sudah duduk pasangan hidup Fatma.

"Perhatian banget sih kamu," puji Satya, sambil tersenyum penuh arti. Jujur saja, hari ini adalah hari yang penuh dengan kebahagiaan, karena pada saat ini ia dapat menikmati wajah cantik perempuan yang ada di depannya ini dengan sangat lama. Sesuka hati.

"Ngeliatnya enggak biasa aja deh kamu, Mas!" tegur Fatma yang langsung tersipu malu.

Melihat istrinya yang seperti itu, Satya hanya mengeluarkan senyuman gelinya. Namun, pandangannya tak luput dari wajah Fatma.

"Sikap Tian gimana? Udah welcome belum sama kamu?" tanya Satya untuk memastikan, karena ia sangat tahu bagaimana perjuangan Fatma untuk meyakinkan Tian dan Vina, bahwa dirinya berbeda dengan apa yang diopinikan.

"Enggak ada yang berubah, Mas. Masih sama," jawab Fatma, lalu menundukkan pandangannya.

Mendengar jawaban yang seperti itu, Satya buru-buru menggenggam tangan Fatma, lalu berucap, "Sabar ya, Sayang. Semuanya tentang waktu kok." Fatma hanya menjawab dengan anggukan dan senyuman yang sangat tipis terukir di wajahnya.

"Aku akan selalu sabar, Mas, kalau tentang hal yang kek gini. Apalagi, membuat kedua anak dari kamu baik sama aku, kan impian aku banget," tutur Fatma, seraya memejamkan kedua mata.

Sangat tak tega sama sekali melihat sang istri yang seperti itu, seakan menahan beban di pundak. Sehingga Satya memilih untuk menarik Fatma masuk ke dalam pelukannya.

"Jangan menyerah untuk membuat mereka berdua luluh ya, Sayang," ucap Satya, sembari mengecup pelan puncak kepala sang istri dengan sangat lembut. Tak ada hal lain yang bisa ia lakukan, selain seperti itu.