Ning Qing menekan bibirnya kemudian mengambil langkah kecil ke arahnya.
Tubuhnya dibungkus dengan handuk mandi, memperlihatkan kakinya yang ramping dan proporsional, dia pun berdiri dengan hati-hati di depan Nian Lie.
Tak ada perubahan di mata Nian Lie, masih tetap dingin dan angkuh.
Dia menepuk pahanya, Ning Qing pun menatapnya dengan bingung.
Nian Lie mengangkat matanya, "Berbaringlah."
"..."
"Ning Qing, kesabaranku terbatas."
Dia mengepalkan tangannya, menarik napas dalam-dalam, kemudian berbaring di pangkuannya.
Dari arah yang seperti ini, cahaya mengalir ke bawah hingga mengenainya. Cahaya mengenai matanya, membuat dia tidak bisa membuka matanya. Butuh beberapa saat untuk membiasakan dirinya.
Kemudian, dia bisa dengan jelas melihat dagu pria itu, dengan garis wajah yang jelas.
Nian Lie mengerutkan kening tanpa terlihat. Mata gadis itu jernih dan berkilau oleh cahaya, seolah-olah dia bisa melihat melalui hatinya. Dia mengulurkan tangan kemudian menutup mata Ning Qing.
"Jangan melihatku dengan mata itu."
Leher Ning Qing menegang, sudut bibirnya berkedut.
Orang-orang yang telah melihatnya dan Ning Su mengatakan bahwa mereka terlihat sangat mirip, baik dari segi bentuk wajah dan keseluruhan fisik.
Kecuali mata mereka. Mata Ning Su seperti daun dedalu, dengan ujung lurus, seperti bulan sabit ketika dia tersenyum, lembut serta tenang.
Sementara matanya, ujung matanya sedikit ke atas, dan selalu ada aura dingin dan acuh tak acuh. Saat dia menatap seseorang, dia akan terlihat menawan dan menggoda.
Matanya membuat Nian Lie berpikir bahwa dia tidak terlihat seperti Ning Su, bukan?
Saat Ning Qing memikirkannya, rasa dingin tiba-tiba datang dari lehernya, yang mengejutkannya.
"..."
Nian Lie menurunkan tatapannya, ujung jarinya mengambil salep, dan dia mengoleskannya sedikit di sepanjang luka di lehernya.
Sadar akan gerakannya, Ning Qing membuka tangannya yang menutupi matanya, "Aku tidak perlu bantuanmu utnuk…"
Dia hendak bangun, tapi Nian Lie memegang bahunya.
"Jangan bergerak."
Ning Qing menolak untuk mendengarkan, Nian Lie pun memperingatkan dengan suara rendah, "Ning Qing, kamu tidak ingin tahu apa konsekuensi dari menggosok paha seorang pria."
Seluruh tubuh Ning Qing membeku, tangan yang mencengkeram handuk di dadanya menegang.
Nian Lie meliriknya dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Ruangan itu seketika hening, tidak seperti sebelumnya.
Jantung Ning Qing berdetak seperti guntur, dia hanya bisa mendengar suara detak jantungnya sendiri beserta hembusan nafas yang dengan sengaja coba dia tekan.
Ketegangan ini karena dia tidak pernah begitu dekat dengan lawan jenis.
Dia bahkan tidak bisa bernapas. Ketika dia hampir mati lemas, pria itu akhirnya berhenti.
Dia berbalik, wajahnya yang polos bingung, matanya menghindari tatapan Nian Lie.
Dia lalu berkata, "Terima kasih."
Kehangatan dari ujung jari Nian Lie belum hilang, mata Nian Lie yang gelap menatapnya sejenak.
Wajah Ning Qing sedikit panas. Dia membeku di tempat merasa malu dan bingung karena tidak tahu harus melakukan apa.
Ketika dia sudah sedikit tenang, dia mengangkat matanya lalu berkata dengan halus, "Sudah larut, aku harus istirahat."
Untuk pertama kalinya, Nian Lie menjawabnya, "Oke."
Kemudian, dia mengawasi Nian Lie berdiri, kemudian menyeka tangannya dengan tisu di atas meja. Gerakannya lambat dan teratur, enak untuk dipandang.
Dia mendekat kemudian berjalan melewatinya.
Ketika dia mengira pria itu akan keluar, Nian Lie berjalan langsung ke tempat tidurnya, mengangkat selimut dan berbaring di atasnya.
Ning Qing terkejut, "Apa yang kamu lakukan?"
Suara Nian Lie sangat jelas dan tenang. "Bukannya kamu bilang mau istirahat?"
Ning Qing tidak tahu apakah dia melakukannya dengan sengaja atau tidak. Tetapi dia tidak bisa menahan sarafnya yang sudah tegang semalaman.
Dia menahan diri kemudian mengingatkannya, "Ini kamarku."
"Biar aku ingatkan kamu, rumah ini atas namaku."
"..."
Nian Lie menatap wanita yang tidak bisa berkata-kata itu, kemudian berkata dengan dingin, "Ruangan ini adalah kamar tidur utama, dan kamu adalah istriku."
Wajah Ning Qing berubah dari merah menjadi putih.
Kekeraskepalaannya adalah sebuah perlawanan diam-diam.
Nian Lie berkata, "Mulai sekarang, aku akan selalu tidur di sini."
Kata-kata itu sangat berat, membuat hati Ning Qing kehilangan kekuatan.
Dia menjadi pucat, menarik napas dalam-dalam, menggertakkan giginya lalu berkata, "Kalau begitu aku…"
Sebelum dia bisa menyelesaikan kata-katanya. Pria itu menyelanya.
"Sebagai seorang istri, Ning Qing, kamu tahu apa kewajibanmu. Jangan bilang padaku bahwa kamu masih belum siap secara mental meski sudah empat bulan."