Chereads / Perjalanan Cinta Gadis Mualaf / Chapter 2 - Rencana Diana

Chapter 2 - Rencana Diana

Bab 2. Bujukan Delia

Di dalam sebuah taxi Clara menangis tersedu- sedu. Dia tidak menyangka Rico tega menghianati dirinya. Padahal dia begitu mencintai Rico. Bahkan dia rela tidak menerima perjodohan yang di rencanakan mama tirinya.

"Puji Tuhan, yang  melindungi Aku malam ini, andai saja ibu kos tidak membeberkan rahasia Rico mungkin aku sudah tidak suci lagi, pasti aku mau saja di ajak tidur sama lelaki mata keranjang seperti dia. Ya Tuhan! Apa mesti aku lakukan. Pulang malas jumpa mama," lirih Clara.

Sopir taxi sepertinya mengetahui kalau penumpangnya sedang ada masalah.

"Maaf nona saya antar kemana ya?" tanya pak sopir.

Clara yang kebingungan akhirnya memutuskan untuk pulang saja ke rumahnya. Malam pun sudah mulai larut.

" Jalan anggrek aja pak di simpang aja turunkan saya" pinta Clara. Pak sopir pun menuruti perintah Clara. Selang beberapa saat mereka pun sampai di persimpangan. Clara segera membayar ongkos taxi dan keluar berjalan menuju rumahnya.

" Semoga aja mama sudah tidur, malas kali mendengar omelannya," batin Clara.

Dia mengambil kunci cadangan di tas selempangnya dan membuka pintu dengan hati-hati, agar tidak bersuara. Kembali dia menutup pintu, dan langsung menuju ke kamarnya.

Dia menghempaskan tubuhnya di Kasur empuknya, memeluk bantal guling dan menangis lagi. Sekitar setengah jam menangis, Clara menuju ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya dan mencuci kakinya karena dia mau istirahat.

Clara mengantikan pakaiannya dengan baju piayama.

"Besok aku temui Rico aku mau putusin dia, terus aku akan susul bang Fero ke Jakarta," guman Clara. Hingga tak terasa matanya pun terlelap, hingga dia melayang ke negeri mimpi.

Pagi pun menyapa, di rumah Clara ada seorang asisten rumah tangga yang bernama Ani usianya sekitar empat puluh tahun. Anii sudah lama sekali bekerja di rumah Clara dari semenjak ada mendiang ibu Clara. Ani seorang muslim, keluarga Clara semua menyukai Ani.

Clara pun sangat menyayangi Ani, dia menganggap Ani sebagai adik ibunya.

Aktivitas Ani di pagi hari sangat lah padat, mulai dari memasak sampai membereskan seluruh rumah. Ani tidak menyetrika dan mencuci baju keluarga Clara, mereka selalu membawa pakaian kotor ke laudry.

Clara memiliki abang, bernama Fero dan seorang adik tiri bernama Delia. Keluarga mereka sangat harmonis, namun sang mama tiri selalu ikut campur akan kehidupan Clara, makanya Clara tidak begitu menyukai mama tirinya Diana.

"Bibi Ani aku mau roti bakar aja pagi ini dengan teh hangat aja" pinta Clara.

"Siap non, sepuluh menit ya?" kata Ani, dia berlalu dari hadapan Clara untuk menyiapkan sarapan Clara.

Dari kamar utama keluar sepasang suami isteri, Diana dan Martin. Keduanya menuju meja makan untuk sarapan. Sang ayah melihat putri kesayangannya lansung mendekati Clara dan mencium keningnya.

"Jam berapa kamu pulang tadi malam nak?" tanya Martin sambil tersenyum memandang wajah polos Clara yang tidak mampu menjawab pertanyaan sang papa.

Clara hanya bisa menundukkan wajahnya.

"Maafin Clara Papa, besok nggak aku ulangin lagi," kata Clara, hanya itu yang bisa dia katakan.

"Sudahlah Pa, yang pentingkan Clara sudah pulang," Diana mencoba merayu suaaminya agar tidak memarahi Clara.

Clara melirik sekilas ke arah mama tirinya yang sok baik membelanya.

"Pasti dia ada maunya,"gumam Clara.

Mereka pun sarapan pagi bersama, tanpa ada lagi yang berbicara.

"Clara, kamu hari ini jangan keluar ya? Ada Alex, keponakan jauh mama mau kenalan sama kamu, mana tau cocok. Langsung aja nikah ya kan Pa, " kata Diana setelah mereka sarapan.

"Maaf ma, aku lagi gak mau dekat dengan cowok dulu, mama kan tau aku sudah berulang kali kecewa, Aku mau fokus bantu Papa aja di percetakan, ya Pa?" ujar Clara.

"Sudahlah Ma, jangan paksakan Clara dia sudah dewasa pasti tau mana yang terbaik untuk diri dia, Papa mau berangkat dulu," jawab Martin.

" Kamu susul Papa jam Sembilan ya Clara ada beberapa undangan pernikahan yang belum siap di cetak, dan belum di kemas.nanti tolong kamu bantu karyawan kita ya?" Martin berbicara dengan Clara.

Clara hanya menganggukkan kepalanya kemudian dia masuk ke kamarnya untuk mandi.

Sementara itu Diana sedang menyusun rencana untuk tetap menjodohkan Clara dengan keponakannya.

Dia  harus cari cara agar Clara mau di jodohkan dengan Alex, dia tidak mau Clara menikah dengan orang lain. Karena seluruh harta milik Martin sudah di wariskan pada Clara. Dia tidak sengaja mendengar pembicaraan Martin dengan pengacara keluarga mereka.

"Apa aku masukkan aja obat tidur ke minuman Clara terus aku suruh Alex ke rumah? Tapi si Ani gimana ya? Delia mau gak bantu aku bujuk Clara" gumam Diana.

Dia menuju ke kamar putrinya yang masih tertidur. Delia sangat berbeda dengan Clara yang selalu bangun awal bangun pagi. Delia masih kuliah, tapi sering kali dia tidak masuk. Kedua orang tuanya tidak pernah tau.

"Del, bangun sayang…ada yang mau Mama bicarakan" kata Diana sambil mengoyangkan badan Delia.

"hum,..apa sih Ma, Aku masih ngantuk!"kata Delia, dia mencoba untuk duduk dan mendengarkan apa yang akan mamanya bicarakan.

"Sayang, kamu mau kan bujuk Clara agar mau menikah dengan Alex? Biar harta Papa Martin gak jatuh ke tangan orang lain, kamu tau gak siapa pacar Clara sekarang?"tanya Diana.

Delia yang masih antara sadar dan tidak menganggukkan kepalanya.

"Namanya Rico Ma. Ganteng banget, pengacara lagi. Mana mau Kak Clara menikahi Bang Alex yang pengangguran."ucap Delia.

Diana menjadi kesal mendengar perkataan Diana.

"Bukan membantu malah bela lagi si Rico itu, Kamu piker gimana caranya agar mereka iti putus Sayang."kata Diana kesal.

Dia memutar otaknya untuk memikirkan rencana menghancurkan hubungan Rico dan Clara, namun lagi-lagi otaknya menemukan jalan buntu.

"Apa yang mesti Aku lakukan? Jika Clara menikahi Rico otomatis Aku akan miskin.oohh tidak."

Pikiran Diana mengembara entah kemana-mana.

Delia yang melihat Mamanya termenung dan memegang kepalanya menjadi sangat heran.

"Mama. Kenapa sih udah kayak orang bodoh?" Delia mengguncang bahu Diana dengan sangat kuat hingga dia hampir terjatuh dari atas ranjang.

"Iiih Kamu. Coba pikirkan jika nanti harta Papa Kamu jatuh ke tangan Clara, kita nggak bisa pakai lagi uang itu sesuka hati kita. Nggak bisa jalan-jalan, terus apa kata kawan-kawan Mama? Kalau kita jatuh miskin?"ujar Diana.

"Mama. Kenapa bicaranya ngelantur gitu? Kak Clara nggak mukin jahat dengan kita, kan Aku masih adik kandung dia,"kata Delia. Dia berusaha menyadarkan Mamanya agar tidak salah memilih jodoh untuk Clara.

"Kamu ini susah diajak bicara, Mama nyesal punya anak bodoh kayak kamu. Delia kamu itu hanya adik tiri Clara, mana mungkin dia akan membagi hartanya pada kamu? Sedangkan itu harta dari Mamanya yang sudah mati."

Diana meninggalkan Delia yang masih bingung dengan sikap Mamanya.

"Aku akan telpon Alex, dia pasti punya acara untuk membantuku memisahkan Clara dan Rico."gumam Diana.