"Bagaimana, bu? Apa salah satu keluarga ada yang datang?" tanya seorang pria berseragam gagah. Polisi. Guratan wajah cemas pun terukir di wajah orang itu. Orang yang kukenal. Ambu…
Taklama, kian ku mendekat,. Guratan wajah cemas tadi seolah-olah sirna sedikit demi sedikit. "Ambu! …" panggilku. Sontak, orang yang ku panggil itu pun mengnhela napasnya. Dan memberitahu laki-laki disebelahnya tentang kedatanganku. " aku sampai.." "Syukurlah Tika, Ambu takut kamu teh gak datang… Ah , ini pak. Namanya Rintika, orang yang bapak cari-cari.." Laki-laki ini pun berbalik menghadapku dengan penampilannya yang gagah.
"Selamat pagi, anda adalah Rintika Reyn Rivera, benar begitu?" Aku mengangguk mengiyakan pertanyaan beliau. "Baik, saya akan mulai. Saya akan memberitahukan perihal beberapa kasus yang menimpa adik anda Rinai Areyna Oceana. Itulah alasan mengapa anda kami panggil kesini." Jelas beliau. "Ah, Rinai. Apa yang ia perbuat pak sampai melibatkan aparat kepolisian dan rumah sakit segala? Dan kalau boleh tahu, dimana adik saya sekarang? Jujur saya gak paham dan masih bingung sama situasi ini, pak.." ungkapku dengan wajah yang tak kalah kebingungan.
Beliau dan Ambu berpandangan sejenak sampai akhirnya mereka mengangguk bersamaan seakan telah menyetujui suatu hal. "Saya mohon maaf dan turut berduka akan apa yang menimpa kalian saat ini… terutama pada anda, saudari Rintika.."
Dengan lugu macam kura-kura dalam tempurung yang tak tahu menahu aku menunjukkan ekspresi 'tak paham' di situasi seperti ini. "Kenapa bapak minta maaf?? Erghh, Saya tambah gak paham sama ucapaan bapak.. apa yang terjadi sebenarnya, pak?" tanyaku setelahnya.
"Saya tahu ini sulit, tetapi adik anda telah menjadi korban pemerk*saan dengan banyak luka di tubuhnya dan …."
"A..aa..ppaa.. pa..k..??" Seperti tersengat juta watt listrik, aku tak dapat mengendalikan pikiran dan jiwaku. Tak keruan, tapi semua terasa hampa. Aku terdiam. Aku tak dapat mendengar apapun lagi yang dikatakannya, maupun membalas perkataannya. Tak lama, mataku nanar di banjiri banyak tetes air mata yang bersiap terjun dari bendungannya. Tiba-tiba sebuah angin kencang menabrak tubuhku.
Brukk! Aku terjatuh seketika. Perutku terasa sangat sakit dan serasa di kocok-kocok segala isi yang ada didalamnya. Terutama area lambungku…. Sial.., maaghku kambuh lagi.. namun, kali ini tubuhku terasa sangat lemah. Apa yang terjadi padaku? Bangkitlah, Tika..
Berpasang-pasang tangan berusaha menopang tubuhku. Pada akhirnya aku tumbang. Dan kurasa, orang-orang yang berada disekitarku tadi ikut membantu menyadarkanku. Rinai? apa? Aku masih tidak percaya akan Apa yang terjadi padamu..
Lama-kelamaan tubuhku serasa ringan dan entah apa yang terjadi setelahnya, pandanganku menghitam sempurna. Haha! Lelucon bodoh macam apa ini? Kenapa kau begitu naif Ketika mendengar seluruh berita bodoh ini. Hah! Kau lemah hanya karena dia! Sunggguh menyedihkan!
_..._