Chereads / Salah Kami / Chapter 3 - mimpi

Chapter 3 - mimpi

Akhirnya, aku terbangun dari kegelapan yang sedari tadi mneyelimutiku. Dan sekarang, aku berdiri di depan Rumah kami dahulu. Rumah yang selalu kurindukan, walau dengan wujudnya yang sederhana dan bisa dibilang umurnya lumayan tua. Disana, aku melihat sesesorang yang mirip dengan 'aku kecil' . Kurasa itu diriku..

Aku bermain-main di depan halaman rumah kami. Anak kecil berambut Dora yang bermain-main dengan anak yang terlihat sedikit lebih kecil darinya. Mereka terlihat sangat Bahagia, sampai seorang pria dan wanita yang wajahnya sudah mulai dimakan usia mendatangi mereka berdua dan mulai main bersama-sama. Sang pria juga sesekali menggendong kedua anak itu bergantian. Terlihat sangat damai di pandanganku. Nyaman. Mereka berlari-lari melewatiku dan kadang-kadang menembus tubuhku seakan-akan aku merupakan seorang hantu tak diundang disini.

Namun entah apa yang terjadi, semua hal membahagiakan tadi berubah menghilang begitu saja. Tak berbekas. Melainkan, semuanya sekarang berubah menjadi langit yang penuh dengan kepulan asap pekat, cahaya merah menyala berkobar-kobar melahap seluruh rumah mereka. Dengan satu kedipan mata, tempat ini tiba-tiba dikerumuni banyak orang ynag mundar-mandir tidak jelas di sekitar sini, tidak melakukan apa-apa.

Aku meneriaki mereka satu persatu dari tempatku sekarang. Aku bukannya tidak ingin menolong. Namun entah apa yang terjadi pada tubuhku, aku membeku sempurna. Seperti patung. Teriakan minta tolong, isak tangis, dan jeritan lainnya menyatu padu memenuhi gendang telingaku. Pilu, menyayat, dan sangat menyeramkan...

Aaaahhhh!!! Kedua anak itu, menangis tak henti-hentinya memanggil kedua orang tua mereka yang mungkin saja sudah menjadi abu di dalam sana. Sungguh malang memang. Namuun aku tak bisa berbuat apa-apa. Air mata masih terjun dengan bebasnya. Sebenarnya aku tak ingin merasakan momen ini lagi. Tapi entah mengapa mimpi ini terasa sangat nyata olehku.

Selang beberapa saat kemudian, semua kekacauan ini lenyap, tak berbekas. Entah apa lagi yang akan alam bawah sadarku tampilkan setelah ini. Semuanya berubah lagi. Aku mohon…. Jangan kejadian aneh lagi.. Sret! Aww!Astaga! Apa lagi sekarang? Tiba-tiba saja, pinggang, kedua pergelangan tangan dan kakiku dililit rantai besi yang terlihat berwarna merah menyala. Kulitku terbakar hangus seketika. Aneh sekali, aku merasakan rasa sakit yang sangat berat saat ini? Tunggu dulu, bukankah ini mimpi? Atau mungkin memang kenyataan? Tidak, ini adalah mimpi terkutuk… kurasa? Namun rasanya begitu nyata. Ah, apapun itu aku harus segera terbangun dari tidurku! Bangunlah! Ayo bangun!

Swusshh~ Seketika, bulu kudukku merinding. Kurasakan sesuatu lewat dengan cepat dibelakangku. "Riin..ti..k..aa…" sebuah suara rintih memanggilku dari belakang. "Riinn..tik….aaa…"kali ini terdengar lebih dekat sampai bisa kurasakan napasnya di pundakku. Tercium aroma busuk seperti bangkai.

"Si..siapa..kau?" tanyaku tergagu. "Hihihi jangan bangun dulu dong..Adikmu ini baru saja ingin mengajakmu berbicara, kakak.." kata sebuah suara yang terdengar mirip seperti suara.. Rinai! Tidak! Tidak mungkin!... "R..in..ai?" tanyaku heran

"Hai kakak! Sluuurrrp.." makhluk ini menjilat pipiku dengan lidahnya yang terlihat sangat panjang dan berbentuk seperti lidah ular, namun penuh dengan duri-duri kecil nan tajam. Seketika, pipiku meneteskan banyak cairan merah kental yang mengalir seperti air keran dari luka yang dibuatnya.

"Ah!! Apa yang kau lakukan?!!" hardikku. "Hihihi, itu salam pertemuan. Ayolah, Ini aku! Apa kakak sudah puas melihat semua yang kutontonkan tadi?.. hehehe, menarik'kan?" jemari tangannya mulai menyentuh leherku dari belakang. Jemari seorang gadis yang terlihat sangat menakutkan. Kurus, panjang, dingin dan terlihat sangat pucat. Jemari milik Rinai tidak mungkin sekurus dan sepanjang ini. Ini bukan dirimu, Naia! Batinku.

"Hah? Ini aku kak.. kau tak percaya kalau aku ini adikmu Rinai? Hihihi.." "Adikku tidak sepertimu! Ia sudah tenang di sana! Jangan pernah mengaku yang tidak-tidak! Dasar iblis terkutuk!!" teriakku lantang. "Hihihih boleh juga, kak.."

Akhirnya, makhluk ini menunjukkan wujudnya. Walau dari arah samping, ekor mataku dapat menangkap wujud kepalanya yang tengah berputar 360 derajat diatas pundakku. Demi apapun, wajah dan rambutnya saja terlihat seperti adonan semen yang tengah diaduk-aduk dengan campuran batu aspal. Terlihat sangat menyeramkan dengan banyak luka yang telah membusuk, bau. Kuakui, memang ada beberapa kemiripan di antara mereka. Model rambut kurasa? Tapi tentunya Rinai tidak terlihat seperti-nya..

Tubuhnya merangkak patah-patah bak hantu kayako legenda jepang. Ia berpindah ke hadapanku saat ini, menyeringai sangat lebar, seperti pennywise. Lama-kelamaan seringai itu menunjukkan puluhan bahkan ratusan gigi-gigi tajamnya yang sangat tidak beraturan. Kurasa, jika ia bersiap-siap akan menggigit kepalaku, maka kepalaku akan putus dengan sempurna. Aku meronta-ronta sekuat tenaga melepaskan diriku dari rantai panas yang membelengguku namun hasilnya nihil, justru rantai sialan ini membelengguku lebih kuat lagi. Aku semakin terbakar perlahan.

"BWAHAHAHAHAHA!!! AKU TAHU AKU BUKANLAH ADIKMU YANG CANTIK ITU!! NAMUN SANGAT DISAYANGKAN, AKU MASIH BAGIAN DARI ADIKMU JUGA WALAU SAAT INI IA TELAH TIADA! KINI SEGALANYA ADA DI TANGANKU. TERMASUK ADIKMU!! SALAH BESAR KALAU KAU BILANG IA TENANG DI ALAMNYA, KENYATAANNYA IA KUTAHAN DI KEGELAPAN DAN TERSESAT DISANA!!" "JANGAN MEMBUAL! APA URUSANMU SAMPAI BISA BERKATA SEPERTI INI? SIAPA DIRIMU SEBENARNYA, HAH?!! LEPASKAN AKUU!!!" balasku emosi. Kini makhluk ini terdiam, pandangannya kosong seketika. Tak lama, ia menyunggingkan sebelah seringainya.

Keringatku kini mengalir lima kali lebih cepat dari segala penjuru. Sungguh, makhluk ini terlihat lebih menyeramkan dari sebelumnya. Aku takut… Ingin rasanya ku menutup mataku, tapi seakan-akan ada sesuatu yang mengganjal kelopak mataku sehingga aku tak dapat menutupnya dan masih melihat makhluk ini.

Deg-deg.. deg-deg…deg..deg.. Kini kurasa aku dapat mendengar detak jantungku sendiri. Kini garis mulutnya yang terlihat sobek namun tertutup tadi, akhirnya terbuka lebih lebar dari dugaanku. Astaga… ia menatapku dalam-dalam dengan matanya yang hitam sempurna seluruhnya. Bagai sebuah kegelapan yang berada di dalam sebuah sumur tak berujung, sehingga jika memandangnya saja membuatku takut terjatuh kedalamnya dan tak dapat keluar dari sana selamanya.

"GROAAAAAAAAA!!!!!!!" "AAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!" teriakanku memekakkan telingaku sendiri. Sesaat, mataku masih membelalak setelah ia berusaha menggitku. Setelahnya, aku tak dapat melihat wujudnya lagi. Semuanya menggelap.