Chapter 2 - Bab 1

Part satu ini berisi gambaran rumah tua yang dijadikan tempat kost ya.

Prolog

Indi dan teman-teman menempati satu rumah tua yang dijadikat tempat kost oleh pemiliknya, namun siapa yang sangka jika rumah tua itu menyimpan misteri yang menakutkan. Akankah Indi dan teman-temannya bertahan dirumah yang penuh misteri itu?

Hari ini adalah hari kelulusanku di Sekolah Menengah Pertama, aku dan teman-teman satu geng-ku akan melanjutkan Sekolah Menengah Atas disalah satu SMA Negeri di lain kecamatan.

Jarak tempuh dari rumahku cukup jauh, sekitar dua jam perjalanan menggunakan motor. Sekitar tahun 2007, waktu itu tidak banyak angkutan umum, jadi aku dan teman-temanku memutuskan untuk Kost di dekat sekolahan.

Semua perlengkapan untuk tinggal di tempat kost sudah siap, tinggal angkut saja, tak banyak yang ku bawa, hanya baju, peralatan masak seperti kompor, wajan, beberapa piring dan buku-buku pelajaran.

Sampai didepan rumah tua yang dijadikan tempat kost, aku berdiri menelisik seluruh sudut bangunan rumah. Hawa dingin menyeruak membelai tengkukku, ada sedikit keraguan ketikanaku hendak menapaki tangga penghubung rumah ini.

Rumah kost ini berada di pinggir sungai dan jembatan, sekeliling rumah dtumbuhi beberapa pohon mangga yang ssangat rindang, hingga beberapa rantingnya menyentuh atap dapur serta dibelakang rumahnya ada kebun yang ditumbuhi semak belukar.

Rumah ini berbentuk rumah panggung, terdiri dari lima kamar, satu kamar berada diluar rumah, bisa dikatakan berada diteras rumah, kamar ini ditempati Bhekti dan Lia, didepan kamar ada satu meja dan satu sofa usang, tempat kami kumpul-kumpul atau sekedar mengerjakan tugas. Sedangkam didalam bangunan utama ada 4 kamar, kamar pertama aku tempati bersama Sari teman satu geng-ku, kamar kedua berhadapan langsung dengan kamarku, ditempati Arum, teman satu SMP cuma kami tidak begitu dekat.

Kamar ketiga ditempati kakak kelas dari lain daerah bernama mbak Nia dan mbak Ria. Sedangkan kamar keempat ditempati Mala.

Bagian belakang ada dapur bersama, ada WC menyatu dengan dapur, sedangkan kamar mandi berada diluar, jika menoleh kebelakang langsung dihadapkan dengan kebun yang dtembuhi semak belukar yang mencekam.

Didepan bangunan rumah yang kami tempati, ada rumah ibu kost yang dihuni bersama suami dan ketiga anaknya.

Hawa didalam kost ini sangat dingin, terlebih bangunan rumah sepenuhnya dari kayu, begitu juga dengan lantainya. Malam pertama aku tidur disini, aku sudah merasa tidak nyaman.

Oiya hampir saja aku melupakan sungai yang berada dipinggir rumah ini. Jadi suangi ini sangat besar dan lebar bahkan sangat dalam, tampak dari arus sungai yang tenang dan warna airnya yang hitam, padahal jika ditimba air sungai itu jernih, ya karena air untuk mandi kami itu disedot dari sungai tersebut menggunakan Sanyo.

Jadi didapur umum ada pintu yang jika dibuka langsung menghadap kesungai, jarak dari pintu belakang kesungai sekira lima puluh meret.

Kami sering duduk dibawah pohon mangga sambil memandangi riak sungai, namun dari tempat kami duduk dipesahkan dengan semacam jurang setinggi sekitar sepuluh meter, baru air sungai, di jurang itu dipenuhi dengan tumbuhan waru dan juga temoat kami membuang sampah. Jadi jika terperosok makan akan terun kesungai.

Diseberang rumah kost kami ada semacam dermaga peninggalan entah Belanda atau siapa, yang pastinya peninggalan jaman penjajahan.

Malam semakin larut, kulirik Sari telah tertidur pulas, sedangkan aku sama sekali belum diserang rasa kantuk, kamar-kamar lain juga sudah pada sepi, hanya terdengar suara MP3 dari kamar Arum. Besok acara MOS atau masa orientasi siswa baru, seharusnya aku tidur lebih awal, tapi entah kenapa hingga pukul 23.00 aku masih terjaga.

Akupun berusaha memjamkan mata, hingga akhirnya aku mulai terlelap, namun tiba-tiba nafasku terasa sesak, badanku tidak bisa digerakkan, seperti ada sesuatu yang menghimpit tubuhku. Sekuat tenaga aku membuka mata, namun tak kunjung bisa. Berbagai doa kubaca sebisa mungkin, hingga akhirnya aku terjaga denga peluh membasahi tubuh.

Kuraba botol minum yang kuletak disebelah sebelum tidur. Setelah berhasil meraih botol tersebut, na'as ternyata kosong. Dengan terpaksa aku beranjak dari kasur lantai tempat kami tidur dan membuka pintu perlahan, aku edarkan pandanganku ke ujung lorong, gelap.

Kurungkan niatku mengambil air minum didapur, aku langsung menarik selimut putih bergaris hijau dan masuk kedalamnya. Aku membenamkan wajahku kedakam bantal. Peluh dingin membanjiri tubuhku. Aku benar-benar dilanda ketakutan yang luar biasa.

Tak selang berapa lama aku mendengar seseorang tengah menyapu halaman menggunakan sapu lidi.

Sreekk...sreeekk...sreekkk...

"Siapa yang nyapu malam-malam begini." Batinku.

Suara itu makin mendekat seperti ada dibawah jendela kamarku. Jelndela kamarku jika dibuka langsung mengarah kesungai. Jadi berapa horornya ketika malam buka jendela.

Aku menangis dalam diam, hingga aku tertidur dengan sendirinya karena menahan takut.

Adzan subuh berkumandang, sayup kudengar suara Sari membangunkanku.

"Indi bangun udah subuh, ayo mandi terus sholat."

"Heemmm." Aku mengeliat. Kepalaku terasa berdenyut karena semalam tidak bisa tidur.

"Ayo bangun." Ucap sari lagi sembari menyoyangkan tubuhku.

"Masih gelap, aku takut mandi sendiri."

"Ayo serempak aku, aku juga takut, kan ada basahan dibelakang, temen-temen juga udah pada mandi, kita harus cepat, soalnya kan harus kucir rambut banyak-banyak." Sambungnya.

"Yaa Allah, aku lupa kalau hari ini MOS, yuudah ayuk." Akupun bergegar menyambar handuk dan mandi bersama sari.

Kulihat di kamar masing-masing temen-temen sudah pada mengikat rambut, setiap siswi diwajibkan mengikat rambutnya menggunakan pelepah daun pisang sebanyak tujuh ikat, dihari kedua bertambah dan selanjutnya.

Selesai mandi aku dan Sari saling bantu mengikat rambut.

"Indi, kok kamu aneh sih tadi pagi, kayak nginggau gitu?"

"Ah yang bener?" Tanyaku tak percaya.

"Iya, kamu teriak-teriak, makanya aku goyangin badan kamu tadi kenceng 'kan?" Sambil terus mengikat rmabutku.

"Aku gak ingat mimpi apa." Aku memilih untuk tidak menceritakan kejadian semalam.

Kami melanjutkan aktifitas dan siap-siap untuk berangkat sekolah.

***