Senyuman bahagia tak lepas dari bibir seorang gadis cantik yang sedang duduk di salah satu kursi penumpang kereta malam dari Malang ke Jakarta.
Karena sebentar lagi gadis bernama Bunga itu akan segera bertemu dengan Ibunya yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga keluarga kaya di Ibu kota setelah sekian lama mereka tidak berjumpa. Maklum Ibu Zaenab adalah orang tua tunggal untuk Bunga setelah kepergian suaminya sewaktu Bunga masih berada di dalam kandungan.
Demi menyambung hidup, Ibu Zaenab terpaksa hijrah ke kota besar untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga meninggalkan Bunga yang masih bayi untuk di asuh Neneknya.
Sekarang Nenek sudah tua dan Bunga juga telah lulus dari SMA. Sebulan yang lalu sang Ibu telah menelepon dirinya agar datang ke Jakarta untuk berkunjung sekaligus mencari universitas yang cocok untuk Bunga karena majikan Ibu Zaenab bersedia membiayai kuliah Bunga hingga lulus.
Sepanjang perjalanan menuju Jakarta, Bunga sama sekali tidak dapat memejamkan matanya. Karena ini untuk pertama kali dirinya bepergian jauh setelah bertahun - tahun hidup di desa. Apalagi yang didatanginya saat ini adalah kota besar dengan segala gemerlapnya.
Jika biasanya Bunga hanya bisa melihat pemandangan kota Jakarta hanya melalui layar televisi. Maka sebentar lagi dirinya akan segera menginjakkan kaki di kota yang kata orang tidak pernah tidur itu. Sungguh seperti mimpi yang menjadi nyata.
Bunga berjanji pada dirinya sendiri akan rajin membantu Ibunya bekerja di rumah keluarga Jaya Diningrat sebagai bentuk rasa terima kasihnnya kepada majikan sang Ibu yang sudah berbaik hati menguliahkannya. Bunga pun akan rajin belajar agar menjadi orang sukses dan membuat bangga Ibunya.
Orang tua tunggal yang sudah rela berkorban banyak hal untuk kebahagiaannya. Bahkan sejak kepergian Ayahnya, Ibu Zaenab tidak pernah berniat untuk menikah lagi demi bisa membiayai Bunga hingga dewasa dan menjadi orang sukses.
Sekitar pukul 8 pagi Bunga sudah tiba di stasiun Gambir dan segera mencari keberadaan Ibunya yang telah berjanji datang menjemput.
"Ibuk ...!" panggilnya saat melihat seorang wanita paruh baya menoleh ke sana kemari seperti mencari sesuatu.
"Bunga ...!" balas sang Ibu saat sudah menyadari keberadaannya.
Bunga pun berlari ke arah sang Ibu dan memeluknya erat. Meluapkan segala kerinduannya selama ini akibat jarak yang sempat memisahkan mereka.
"Bunga kangen Bu?!" ucapnya manja kepada wanita yang telah melahirkannya itu.
"Kamu sudah besar, Nak. Dan kamu sangat cantik sekali. Ibu juga sangat merindukanmu!" Ibu Zaenab memberikan kecupan di selebar wajah putrinya.
Bunga pun memeluk kembali sang Ibu karena masih merasa kangen. "Bunga seneng bisa ketemu Ibu!"
Selama ini Bunga hanya bisa bertemu dengan Ibunya setahun sekali saat liburan hari raya karena di waktu itulah Ibu Zaenab bisa pulang kampung karena mendapatkan cuti tahunan dari majikannya.
"Ya sudah Nduk. Kita pulang ya. Ibu akan mengenalkanmu kepada majikan Ibu yang baik hati itu!" ucap Ibu Zaenab sembari menggiring Bunga menuju mobil majikannya.
"Itu mobil siapa Buk? Bagus sekali?!" Mata Bunga berbinar senang melihat kendaraan mewah terparkir di depannya.
"Itu mobil majikan Ibu. Mereka yang meminjamkannya agar bisa Ibu gunakan untuk menjemputmu. Ayo masuk!" ucap Ibu Zaenab.
"Ini toh yang namanya Neng Bunga?!" Suara pria dewasa menginterupsi pendengaran kedua perempuan itu.
"Eh Pak Komar. Iya Pak ini kenalkan Bunga putri saya!" jawab Ibu Zaenab. "Bunga salim sama Pak Komar, Nduk!"
"Pak Komar saya Bunga!" Bunga pun mencium punggung tangan pria bernama Komar itu.
"Neng Bunga cantik banget ya. Saya Komar sopir pribadi keluarga Diningrat!" ucap Pak Komar memperkenalkan diri.
Ketiga orang itupun langsung memasuki mobil dan segera meninggalkan stasiun kereta menuju rumah kediaman keluarga Jaya Diningrat tempat Ibu Zaenab bekerja.
Bunga kembali takjub dengan apa yang dialaminya saat ini karena dirinya masih tak percaya bahwa bisa menaiki mobil mewah yang bahkan belum pernah ia rasakan dalam mimpi sekalipun.
Bokong dan punggungnya merasakan nyamannya duduk di atas jok yang terasa empuk pada mobil milik majikan Ibunya itu. Apalagi saat manik matanya menangkap pemandangan di luar mobil yang menampakkan jejeran gedung - gedung tinggi dan bertingkat yang tidak pernah ada di desanya.
'Ya Tuhan ternyata Jakarta lebih keren dari perkiraan ku!' tuturnya membatin.
Cukup lama mereka berkendara hingga mobil yang dikemudikan Pak Komar memasuki areal perumahan mewah hunian orang - orang kaya pada umumnya.
Mobil Alphard itu berhenti tepat di pelataran rumah megah bercat putih dan emas keluarga Jaya Diningrat.
Tampak kekaguman yang begitu kentara dari gadis yang bernama Bunga itu saat melihat bangunan di hadapannya.
"MasyaAllah rumahnya bagus banget Buk. Gede kayak istana!" decak kagum Bunga. Sedangkan Ibu Zaenab hanya tersenyum maklum melihat tingkah laku putrinya.
"Bagus ya Neng? Bentar lagi Neng Bunga juga tinggal di rumah ini sama Ibuk!" saut Pak Komar.
"Iya Nduk, sekarang kita masuk dulu ya!" ucap Ibu Zaenab.
Bunga pun menganggukkan kepalanya tanda setuju. Namun saat akan mengambil tas besar miliknya, Pak Komar langsung berkata-
"Biar nanti Bapak yang bantu bawa ke dalam Bunga. Kamu masuk dulu saja sama Ibu kamu!" tukas Pak Komar kepada Ibu dan anak itu.
"Makasih Pak Komar!" jawab Bunga dengan raut wajah bahagia.
"Makasih Pak Komar kalo begitu saya ajak Bunga masuk ke dalam dulu!" pamit Ibu Zaenab yang hanya diangguki oleh pria itu.
Ibu Zaenab membimbing Bunga untuk masuk ke dalam rumah keluarga Jaya Diningrat memalui pintu samping yang memang khusus untuk para pekerja.
"Kamu istirahat dulu ya Nduk. Nanti sore Ibu kenalkan sama majikan Ibu. Sekarang Ibu mau ke dapur dulu!" ucap Ibu Zaenab setelah mereka tiba di dalam kamar pembantu.
"Baik Bu!"
Setelah kepergian Ibunya, Bunga segera menata baju - baju miliknya ke dalam lemari dengan cukup rapi. Karena Bunga adalah tipe gadis yang sangat menjaga kebersihan dan kerapihan atas ajaran Nenek di desanya dulu.
"Sekarang Nenek lagi apa ya? Belum lama berpisah sama Nenek aku sudah kangen aja!" menolognya pada diri sendiri.
Malam harinya Bunga membantu menyiapkan sajian makan malam keluarga Jaya Diningrat. Di saat itulah Ibu Zaenab memperkenalkan putri semata wayangnya kepada Tuan dan Nyonya rumah ini.
"Nama kamu siapa Nak?!" tanya wanita anggun yang tak lain adalah Nyonya rumah ini, Nirmala Jaya Diningrat.
"Bunga Bu!" jawab Bunga sopan.
"Bunga umur kamu berapa Nak? Sudah lulus SMA 'kan? Ibumu bilang kau berniat kuliah di sini?!" Kali ini suara berat Pak Anggoro yang terdengar menginterupsi.
"Iya Pak, saya sengaja datang ke kota ini karena ingin melanjutkan pendidikan saya. Saya ingin menjadi orang sukses!" jawab Bunga penuh percaya diri.
"Bagus, masih mudah sudah memiliki cita - cita tinggi. Kau bisa tinggal di sini bersama Ibumu. Dan untuk biaya kuliahmu nanti saya yang akan menanggungnya. Kebetulan sebentar lagi acara pertunangan Angger dilangsungkan. Kau bisa membantu pekerjaan Ibumu di sini," ucap Pak Anggoro.
"Baik Pak terima kasih banyak!" ucap Bunga tulus.
"Terima kasih banyak juragan!" ucap Ibu Zaenab kepada kedua majikannya itu.
Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam saat Bunga sudah selesai membersihkan ruang tengah atas inisiatifnya sendiri. Majikannya sudah masuk kamar sejak tadi dan Ibunya juga sudah tidur. Bunga sengaja membersihkan ruangan malam - malam agar besok bisa meringankan tugas Ibunya. Bahkan Bunga menunggu sampai Ibunya tertidur dulu karena kalau tidak Ibunya pasti akan melarang apa yang dia kerjakan.
Saat melintasi ruang atas, dirinya tidak sengaja melihat ada pintu terbuka dan Bunga pun memberanikan diri untuk masuk ke dalamnya.
Bunga yang tidak mengerti tentang kegunaan ruangan ini hanya bisa melihat - lihat isi dalam ruangan tersebut sebelum manik matanya menangkap figura besar yang tergantung di atas dinding dengan gagahnya.
"Foto siapa itu. Tampan sekali?!"