Chereads / Slut of QT's / Chapter 8 - 1.6: Jalan-jalan Malam (3)

Chapter 8 - 1.6: Jalan-jalan Malam (3)

Kiel menenggak alkohol di depannya dalam sekali tenggak. Dia butuh alkohol untuk melupakan kekurang ajaran adiknya tadi. Okay, jadi begini … sebelum dia membaca rekap di perpustakaan, dia berpikir mungkin original Kiel melakukan hal yang tak menyenangkan sehingga diperlakukan begitu oleh semua orang. Dia berusaha mengerti awalnya.

Namun setelah menemukan Diary yang dijuduli 'REKAP HARIAN' milik OG Kiel, rasanya perlakuan Leon tadi mengesalkan. Heh, bangsat, Leon bahkan tak tahu seperti apa kondisi kakaknya tapi seenak jidat berbuat begitu? Itu yang ada di hatinya selama ini sementara OG Kiel nangis-nangis ditusbol sana-sini?

Haish. Respect Bima pada Leon turun drastis.

"Haaah, dasar adik sialan!" Kiel membanting gelasnya ke atas meja. Muka putihnya memiliki semburat merah di pipi kini, orang lewat akan langsung menebak dia tengah mabuk berat. Meski sebenarnya Kiel masih waras 100%. Kulitnya cuma sensitif saja, tapi kalau emosinya … ya dia emang lagi kesal berat.

"Bangsat. Salah apa aku hingga main keluar aja dibilang pengangguran? Masa iya harus kerja dua puluh empat jam non stop?!" menggerutu, Kiel menusuk-tusukkan pisau yang ia bawa pada roti. Dalam bayangannya, roti ini adalah Leon, dan dia kini sedang mencincang roti tak bersalah itu. Aliasnya dia ingin pula memutilasi adik kurang ajarnya.

Graaaah!

Yang kurang ajar begitu capture target pula! Bangsaaaaaaat!!

Dan karena emosi tingkat tinggi, Kiel terus menerus menganiaya roti. Orang di sekelilingnya sampai memandangi. Tapi persetan dengan itu, yang Kiel tahu dia harus meluapkan emosinya dahulu.

Cincang, minum, cincang, minum; begitu yang terjadi sampai beberapa waktu. Lalu ketika amarahnya sudah mereda, helaan napas panjang ia buang. Punggungnya pelan-pelan melengkung hingga berujung rebah di atas meja.

"Haaah, nikmatnya hidup nggak ada yang ngatur-ngatur. Lelah aku diomel sana sini," gumam si pirang menikmati waktunya. Dia bersenandung lirih kemudian, lagu 17 Agustus 45. Bima sering menyanyikan ini jika dia merindukan atau sedang merasakan kebebasan.

Namun lagu belum selesai, baru juga sampai 'sekali merdeka, tetap merdeka' senandungnya harus terganggu. Ketukan ringan diberikan oleh seseorang di ujung mejanya, Kiel melirik. Yang pertama kali Kiel lihat adalah tangan kekar tan.

Aish. Kiel mengumpat dalam hati, tapi dia tidak menegakkan tubuh sama sekali. "Mm? Ada yang bisa dibantu?" si pirang hanya bertanya, masih sambil tidur di atas meja, berbantalkan tangan. "Kalau kau mengira aku mabuk berat dan bisa diajak ke kamar dengan mudah, aku beri tahu kau, kau salah," lanjutnya santai beberapa detik setelah bibirnya tertutup. Selepas bicara begitu, ia menguap, lebar sekali. "Aku masih waras 100%," kata Kiel lagi. Di sini, ia baru perlahan menegakkan tubuh. Sambil bertopang dagu, ia memandang sosok yang mengganggunya menikmati malam itu.

Namun begitu pandangan mata mereka bertemu, tiba-tiba saja muncul jendela status di depan Kiel. Seketika Kiel terlonjak.

"Haha, kenapa terkejut begitu? Kau pasti tak mengira akan bertemu orang setampan diriku~"

Bukan, Kiel bukan terkejut atas ketampanan orang di depannya. Dia bahkan belum melihat muka manusia ini. Karena di depan mata Kiel, yang tampak tak lain dan tak bukan adalah jendela status.

[Name: Lucas Peivra]

[Occupation: Mercenary]

[Do you want to add him to your harem list?]

[Yes] [No]

What the hell?

Kiel menganga. Jendela statusnya berbeda dengan milik Leon! Di sini ada pertanyaan apakah dia mau menambahkan target ke harem list sedang saat Leon tadi … dia auto masuk dalam list. Jantung Kiel berdegup kencang, apakah itu karena Leon salah satu Male leads aka capture target? Tapi bukannya Carl juga auto input saja?

"Halo?" orang itu, si Lucas, menggerakkan tangannya di depan Kiel. "Sebegitu tampannya aku kah sampai kau terpukau begini?" ia kembali bertanya seraya mendekatkan wajah. Sedang tangannya, bergerak menuju dagu si pirang dan mengapitnya.

Kiel mengerutkan kening. Dua detik setelah orang itu lancang menyentuh, ia menepiskan tangannya. Sengaja ia menggerakkan lengan lebih tinggi sehingga ia bisa menekan [Yes] yang melayang di udara itu dengan natural. Namun secara bersamaan juga mengingatkan bila pendatang ini kurang ajar.

"Kau terlalu percaya diri," gerutu Kiel sambil memandang culas lelaki itu. Sekilas ia menilik pemuda yang tampak lebih tua darinya. Badannya ok, wajah ... so-so, otot … padat. Terlalu padat.

… Pasti seme. Gong. Topper.

Hanya dengan melihat, Kiel bisa membayangkan dia harus ngangkang di kemudian hari untuk orang ini.

Mendadak dia jadi capek sendiri. Helaan napas pun meluncur dari bibirnya.

Tawa renyah meluncur dari bibir lelaki di depan Kiel. Ia kemudian tanpa permisi, sekali lagi, main sentah-sentuh sembarangan. Kali ini yang menjadi sasaran adalah puncak kepala Kiel. "Kamu menggemaskan deh," tutur lelaki itu sembari terkekeh.

Yang langsung dibalas Kiel dengan cepatm, "Kata seorang playboy kelas kakap."

Dua orang i saling bertatapan kemudian, sebelum akhirnya tertawa bersama. Lucas bahkan langsung menghempaskan pantatnya pada kursi di hadapan Kiel dan memanggil pelayan untuk memesan minuman. Kiel di sini ikut menambah pesanannya pula. Lalu mereka, menghabiskan malam berdua.

Kadang awal mula pertemanan tidak serumit yang orang-orang kira.

***

"Kau serius mau pulang dengan keadaan mabuk begini?"

Dini hari terlewat, kini bahkan lonceng menara tertinggi pada Duchy Vaseo sudah berdentang dua kali; yang mana itu artinya, saat ini pukul 02:00 pagi. Kiel memutuskan untuk pulang, dia sudah cukup melupakan kepenatannya pada hari ini—ah, kemarin—setelah minum-minum bersama Lucas. Dia bahagiaaa~

Well, memang karena hal ini Kiel berujung tidak menyelesaikan misi. Pembicaraannya bersama Lucas hanya tentang hal random, seperti festival yang sedang berlangsung, kejadian-kejadian panas di sekitar sini, kondisi Duchy yang memprihatinkan dan tetek bengek global lainnya. Ah, benar, Lucas mengira Kiel adalah pendatang di sini. Sedang Kiel tak mengiyakan juga tidak menolak. Namun tak masalah. Toh, Kiel membuat sedikit kemajuan!

Apakah itu? Lucas akan mengajaknya ke perumahan kumuh besok malam dan akan memberi tahunya spot minum asik di sana. Yang mana dugaan Kiel, adalah lokasi dalam misinya!

"Sudah kukatakan, wajahku aja yang merah, badan gonjang-ganjing, tapi aku masih waraaas~" dengan suara naik turun, Kiel menjawab. Ia berjalan setengah dipapah oleh Lucas. Lelaki bertubuh gempal dengan rema jabrik itu sepertinya tak yakin membiarkan Kiel untuk pulang sendiri. Mabuknya parah.

"Kau harus melihat dirimu di kaca, Kiel," sabar, Lucas menjawab lelaki yang lebih muda dan sempoyongan itu sembari menyentil jidatnya. Dia menggeleng heran. "Waras apanya? Kamu sekarang nggak waras sama sekali!" tandas si pemilik kelereng kuning itu tegas.

Kiel hanya bisa memajukan bibirnya mendengar hal ini. Jujur, dia tak suka diceramahi.

"Tapi aku masih bisa berhitung! Dengar~" Kiel berpikir sejenak, ingin menunjukkan dia tak mabuk. "Satu ditambah satu sama dengan dua!" lanjutnya sambil tersenyum lima jari. Wajahnya berseri sekali kala mengatakan hal itu. "Benar, kaaan?" lanjut si pirang sebelum cekikian sendiri.

Lucas melengos. Mimpi apa dia bisa menemukan orang seperti kucing begini. Awal bertemmu galaknya minta ampun, sekarang sudah cekikikan macam orang gila.

"Sudah, sudah. Rumahmu dimana, aku antar kamu pulang!" akhirnya, karena tak tahu harus berkata apa lagi, Lucas kembali ke tujuan utamanya malam ini. Mengantarkan manusia super mabuk ini pulang.

"Tapi aku malas pulang, Luuc~"

"Kalau ini tentang adikmu, aku akan menghadapinya nanti. Dan akan kuberitahu dia untuk tak kasar pada kakaknya sendiri!"

Kiel yang mendengar hal ini, menaikkan dua alisnya keatas. Uh? Lucas berhadapan dengan Leon? Aih. Dia tak mau tergencet di antara dua hewan buas. Lebih baik mereka tidak bertemu saja! Dan ayolah, dia tak ingin sakit kepala ketika sudah bisa kembali bahagia!

Menarik tangannya dari bahu Lucas, Kiel kemudian bersendekap. Dengan muka cemberut dia mengatakan pada Lucas, "aku tak mau pulang!"

Teman baru beberapa jam Kiel hanya bisa mengerjapkan mata heran atas kekeras kepalaan Kiel. Ia menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal melihat hal ini, "terus kamu mau gimana?"

"Kita minum lagi?" Senyum lebaaaar tersungging kembali di muka Kiel.

"Tidak."

"Aish! Kok gitu?" Kiel berubah pose. Dia kini berkacak pinggang, tapi mukanya masih sama, cemberut dengan pipi menggelembung.

"Anak kecil harus tid—"

"Aku sudah dua puluh tiga tahun."

"Ya kan masih kec—hah? Aku kira kau masih delapan belas tahunan!" Lucas membelalak, mukanya shock sekali mendengar apa yang lelaki lebih pendek, lebih muda, muka lebih halus seperti bayi, dan badan lebih ramping itu katakan.

Muka lelaki itu seperti meneriakkan kalimat: 'apa?! Kita cuma beda 5 tahun?! aku kira kita berbeda 10 tahun!!'

Sedang Kiel, dia tertawa akan situasi yang terjadi. Gelaknya keras sekali, seru. Namun elegan, ia menutupi bibirnya dengan jari saat melakukan ini—tingkah simpel yang tanpa sadar membuat seluruh orang di sekeliling Kiel terpana.

Kiel memang memiliki wajah terkategori papan atas. Bentuk badannya juga bagus. Tinggi pun lebih dari lelaki dua puluh tiga tahun normalnya. Dan ketiga raga kualitas tinggi begitu tertawa? Bagaimana mungkin orang yang melihat hanya diam saja? Jelas mereka kan terpana.

Termasuk Lucas. Ia pun terdiam, mata membelalak dengan mulut menganga melihat pemandangan indah di hadapannya.

Dan saking terpukau dengan aura lembut yang dipancarkan Kiel, tanpa sadar Lucas melangkah maju. Ia menjulurkan tangannya, menelusupkan jari di sela-sela rema Kiel. Lembut ia kemudian menangkup wajah lelaki itu.

"Boleh aku menciummu?" tanyanya, meminta izin lelaki lebih muda itu.

Tanpa peduli dimana mereka, atau mungkin karena terlalu mabuk, Kiel mengangguk.

Di bawah sorotan rembulan, di sebuah jalanan tak begitu ramai … dua bibir dua orang itu akhirnya bertemu.

[]