Kiel mungkin gila. Atau saking bahagianya karena bisa me-time tanpa harus terlibat keributan keluarga, dia jadi gila?
Samar, Kiel masih ingat dia mengatakan sesuatu seperti dia bukan lelaki gampangan, yang bisa diajak ngamar hanya karena mabuk. Iya, dia yakin kemarin berkata demikian. Lalu ... lalu kenapa sekarang dia telanjang di atas ranjang sama orang yang baru dikenal dalam hitungan jam?!
Ya. Dia pasti gila.
"Anjirlah. Mana bokongku sakit bet," gedumal si pirang dengan 'bahasanya' seraya menurunkan kaki dari ranjang. Ia melirik ke sisi kasur yang lain sembari melakukan ini, pandangnya dapati lelaki berema coklat jabrik yang melewati malam panas bersamanya, masih memejamkan mata. Wajah lelaki itu tenang sekali.
Ketenangan ini membuat entah bagaimana hati Kiel berdebar. Deg deg deg. Apalagi ketika lekat Kiel mengamati, dia menemukan fakta bila bulu mata lelaki itu ... lentik. Seulas senyum merekah di wajah Kiel. Meski lelaki ini ganas, tapi Kiel tahu dia berusaha tak menyakitinya semalam. Memperlakukannya lembut, seolah dia masih perawan.
Kiel mengapresiasi usahanya. Ia bahkan tersentuh.
"Semoga tak ada saling memanfaatkan di antara kita," gumamnya dengan senyuman merekah di bibir tipisnya. Ia menunduk kemudian, memperpendek jarak. Tangan kanan terjulur perlahan, meraih muka pria yang masih terlelap di sana. Lembut, usapan ia berikan pada dagu lelaki itu. Pandangan sayang terpancar dari dua kelereng tosca. Dia merasa Lucas adalah orang pertama yang berusaha memperlakukannya lembut semenjak dia datang di dunia ini.
Kecupan Kiel berikan pada kelopak lelaki yang sedang tidur itu. Tak lama tapi juga tak sebentar. Senyum kecil mengurva di bibir Kiel menyadari lelaki di bawahnya sedikit menggeliat atas apa yang ia lakukan. Menggemaskan sekali. Dan entah menagapa ... rasa gemas yang mulai merambat naik di dada Kiel membuatnya ingin—
"... ups."
—mencabut satu bulu mata lentik Lucas.
"Aaaaaakh!" erangan keras auto meluncur dari bibir lelaki yang sedetik lalu masih lelap. Gara-gara apa yang Kiel lakukan, ia kontan jenggirat bangun dan langsung mengusap kelopak yang teraniaya.
Panas. Kelopaknya panas sekali. Rasanya cenat-cenut tak karuan!
Muka kokoh di sana pun langsung tertekuk. Tajam, ia pandang sang pelaku penganiayaan. Ia bisa melihat lelaki pirang tak berbusana berusaha menyingkir sambil tertawa kikuk. Dia juga bisa memperbesar apa yang ada di antara ibu jari dan telunjuk orang itu—bulu matanya.
"Kieeeeeel!" kesal dia menggeram, badan ia posisikan sedemikian rupa sebelum melompat ke arah si pirang, dengan gerakan menerkam.
Namun alih-alih mendapatkannya, Kiel berhasil kabur dari kasur.
Dan berujung suara 'JDUAAK' menggaung di kamar, Lucas terjengkang dengan kepala di lantai.
"Ahahaha," tawa renyah mengikuti benturan keras di sana. "Cinta tanah air sekali kau. Fufufu~" godaan meluncur. Siapa pelakunya? Kiel, siapa lagi?
Lucas mengerang seraya mengusap-usap kepalanya yang panas. Dari ujung mata, ia melihat Kiel kini tengah memakai celananya. Entah kapan ia berlari, si jabrik tak mengetahui, tapi kini pemuda pirang itu sedang berbenah dan sudah hampir selesai. Atasan pun sudah ia pakai, tinggal dia kancingkan saja.
Lucas berdecak di sini. Dia berikan tatapan membunuh.
Dia sudah disalahi dua kali. Pagi hari pula! Kalian sendiri tahu bagaimana badmoodnya kalian jika baru bangun tidur sudah diusik saja, kan? Sama, Lucas pun demikian.
Kiel menyadari hal ini pula. Karenanya, ia menjaga jarak aman sembari mengamati lelaki di bawah ranjang itu berusaha berdiri.
Untung saja, saat Lucas berhasil bangun dan berdiri ketika Kiel selesai berbenah. Dia sedang mengancingkan benik di bagian depan saat Lucas berdiri dan meregangkan badan.
"Berhenti di situ, kau bocah," sembari menggeretakkan tulang leher, pemilik tubuh kekar itu bergerak pelan ke arah Kiel. Mukanya gelap dan seringai merekah di wajah kokoh itu. Kiel hanya bisa menelan ludahnya sendiri melihat hal ini. Kinky sekali. Bikin horny.
Tapi tidak! Dia tak mau olah raga ranjang di pagi hari!
Karenanya, seraya tersenyum dan berdendang, "jangan begitu dong, aku sudah dua puluh tiga tahun, om~" sembari menekankan kata terakhir. Diam-diam, meski bibir terus mencari gara-gara, Kiel mengumpulkan raynen di tangannya. Sengaja ia membuat intensitas raynen yang ia kumpulkan tak begitu kuat sehingga tiada warna mencolok di sekelilingnya. Namun di saat bersamaan, jumlah yang ada cukup besar untuk mengaktifkan satu mantra tingkat tinggi.
Lucas menggerang mendengar kalimat ini. Siapa yang mengira lelaki yang super sulit ia dapatkan semalam sangat suka bermain begini, kan?
Dia jadi ingin memakannya sekarang.
"Kau benar-benar minta di pelint—"
"Sampai jumpa nanti malam~"
Tapi sebelum lelaki itu bisa melakukan sesuatu, dalam satu jentikan jari, Kiel menghilang. Dan sebagai jejak, hanya ada kabut tipis berwarna kekuningan.
Lucas hanya bisa menganga.
***
Kiel merasa dirinya makin lama makin ahli dalam melakukan sihir, terutama teleportasi. Dia pun semakin mengerti prinsip di dunia ini. Reynen, bensinnya seluruh sihir, memang dapat terisi dengan sendirinya—auto charging. Tetapi persentase meningkatnya tak banyak. Pengisian Raynen dapat dilakukan dengan cepat dengan 'memakan' Flaira. Di alam bebas, sangat banyak terdapat flaira, oleh karena itu lah alam masih terjaga di dunia ini.
Dan selepas menggunakan banyak raynen tadi pagi, Kiel memutuskan untuk berleyeh-leyeh di pinggir kolam sambil membaca. Dia sengaja tidak mengerjakan tumpukan dokumen yang seharusnya ia kerjakan sebagai penerus Dukedom. Entah mengapa, melihat tumpukan kertas di sana saja membuat ia teringat kejadian semalam dan berujung tidak mood.
Lebih baik bersantai sambil menikmati cemilan dan teh di tempat yang dikerukupi pepohonan rindang.
"Ah, terima kasih," Kiel berkata pada salah satu maid yang meletakkan minumannya. Dia bisa melihat sang maid menegang dan mundur takut-takut selepas apa yang ia katakan, tapi Kiel memilih tak peduli. Dia menyadari bila selama ia tidak menjatuhkan kewibawaannya di depan yang sudah original Kiel kenal, dia tidak akan OOC. Dan semakin ia mengkhawatirkan 'bagaimana agar tak OOC', semakin tubuhnya tak bisa dikendalikan—karena tanpa sadar ia sudah OOC—jadi ya sudahlah ... Kiel memilih tak peduli.
"Kalian bisa pergi, aku ingin sendiri," adalah apa yang Kiel utarakan kemudian setelah satu sesapan teh mengalir turun dalam tenggorok. Hangat pun manis yang pas membuatnya tersenyum kecil. Tanpa mengurangi keeleganan, ia menyisihkan cangkirnya dan mulai membuka buku.
Buku yang ia usung kemari tak lain dan tak bukan adalah buku terkait teritorinya. Mulai dari wilayah, keuangan dan politik. Bukan buku laporan, melainkan kumpulan koran yang telah dipotong dan dijajarkan dengan apik di dalam buku. Kalau di Indonesia, namanya 'kliping'.
Heh, Kiel yang asli ini memiliki hobi uwu juga rupanya.
Sambil membaca, Kiel diam-diam mengamati sekelilingnya. Ia melihat bagaimana para maid perlahan undur diri dan meninggalkannya. Di awal, mereka sedikit enggan pergi, takut kalau sebenarnya ucapan Kiel adalah sebuah tes dadakan; apalagi Kiel tidak menekankan atau marah saat mengusir mereka. Dari ingatan Kiel, selama dia 'terkurung' di rumah karena rasa paranoidnya, ia selalu melampiaskan pada maid.
Haha, Kiel jadi semakin sadar mengapa banyak orang takut padanya dan menganggapnya buruk. Dia bisa dikatakan mirip sekali dengan cannon fodder villain di setiap cerita. Minusnya, sendirinya tak tahu main character dunia ini siapa.
Setelah sekelilingnya sepi, Kiel menghela napas. Dia langsung membuang facade yang ia pasang dan berselonjor di atas meja. "Anjirlah, main peran itu sulit! Pantas saja artis kaya raya, ya?"
Menggedumal sendiri, sambil mengistirahatkan kepalanya di atas meja, Kiel memutuskan untuk membuka jendela status. Ia ingin melihat misi-misi yang ada dan melakukan cross check. Seingat Kiel, saat ia dibawa masuk ke 'rumah' Lucas, ada satu misi yang berhasil diselesaikan. Ada pemberitahuan [Mission completed] begitu. Hanya saja tidak dijelaskan misi yang mana.
Dengan malas, Kiel melakukan scroll-scroll layar di hadapannya. Setelah diamati lebih lanjut, rupanya banyak juga misi terkait teritorial yang bisa dia lakukan, tidak hanya di perumahan kumuh saja. Kiel memang terlalu fokus di perumahan kumuh karena ia pikir misi di sana lebih mudah dari yang lain.
Hanya saja, ketika ia melihat suatu misi lebih bersinar dari yang lainnya dan artinya sudah ia selesaikan ... Kiel langsung terduduk tegak. Matanya membelalak, bibirnya menganga. [Flirting with foe's squad ... 1000].
Hah? Hah?! Lucas itu ... Masuk kategori musuh?!
Dengan napas memburu dan tangannya mulai tremor. Ia buru-buru kembali menggulirkan layar. Dan betapa matanya hampir lepas dari ceruk ketika misi lain dinyatakan selesai oleh sistem dan misi itu adalah:
[Increase intimacy percentage with one of the assassination team ... 9000]
"Hah?! Dia pembunuh bayaran?!" Kiel membeku. Dia tahu jika pekerjaan Lucas adalah mercenary, tapi sumpah, ia kira hanya sebatas ikut perang kemana atau sebatas freelancer melakukan apa saja, jadi bodyguard, masak di restaurant atau apa lah—hanya saja ia tidak pernah berpikir ranah mercenary sampai ke pembunuh bayaran.
Hal lain membuat Kiel lebih terkejut. Misi ini belum selesai, tapi jelas-jelas di sana berbunyi [Finding clue of human trafficker: 2/10].
Kiel seperti ditampar godam besar.
Jadi semalam ... dia mendapatkan petunjuk atas kejahatan besar di areanya.
Masalahnya adalah ... DIA SAMA SEKALI TAK INGAT PETUNJUKNYA ITU APA, DEWI!
[]