Chereads / YOUR PERFECT / Chapter 21 - BAB 21 – AKU AKAN MEMBERESKAN KEKACAUAN YANG KAMU LAKUKAN

Chapter 21 - BAB 21 – AKU AKAN MEMBERESKAN KEKACAUAN YANG KAMU LAKUKAN

"Lepaskan, aku paling benci Skinship dan pergilah" kata Yohanna ketus

"Jangan jual mahal, semua orang datang kesini untuk senang-senang bukan hanya duduk diam" sahut pria itu tanpa berniat untuk melepaskan tangannya yang ada di pundak Yohanna malah menurunkan tangannya ke pinggang Yohanna

"Hah…" Yohanna menghela nafas panjang lalu pria muda itu terjatuh dari kursinya

"Aku sudah memperingatkanmu" kata Yohanna dingin yg kini kakinya menginjak tangan pria itu

Suara teriakannya tak terdengar tertutup suara music, beberapa orang melihat kejadian dimana seorang laki-laki di dorong jatuh tapi tidak ada yang berniat membantunya. Itu adalah kejadian yang wajar dan sering terjadi di tempat tersebut.

Pria setengah mabuk itu segera bangkit lalu mencengkeram lengan Yohanna dengan erat dengan wajah merah padam

"Aku bersikap baik padamu tapi kamu membuatku marah" geram dia

"Lepaskan, sebelum kamu jatuh untuk yang kedua kali" ujar Yohanna pelan

"Kamu pikir kamu siapa? Beraninya bersikap Sombong kepadaku!" teriaknya marah tapi dalam hitungan detik dia kembali terjatuh

Melihat kegaduhan yang kembali terulang membuat beberapa orang tertarik untuk melihat apa yang terjadi. Mereka tercengang melihat seorang pria muda berulang kali di jatuhkan oleh seorang gadis.

Saat mendengar ada beberapa temannya menyebutkan nama Yohanna, Jessi dengan segera menerobos masuk dalam kerumunan itu. Yang dia lihat benar-benar di luar bayangannya, Yohanna tengah membanting seorang pria yang memiliki tubuh dua kli lebih besar darinya.

"Astaga" gumamnya setengah tidak percaya, Yohanna yang dia kenal pendiam dan tidak banyak tingkah itu bisa melakukan hal seperti ini? Tidak heran dia bisa bertahan bersama dengan Jonathan selama beberapa tahun. Kemungkinan bukan Yohanna yang di siksa Jonathan, melainkan Jonathan lah yang di siksa Yohanna.

Beberapa petugas keamanan memisah kerumunan dan menangkap pria yang kini bahkan tidak bisa berdiri dengan tegak itu. Pria itu tampak tidak bisa terkendali dan membanting beberapa barang yang ada di meja hingga beberapa pecahan gelas dan botol berserakan di lantai. Yohanna juga di minta mengikuti mereka ke kantor

"Yohanna, kamu tidak apa-apa?" kata Jessi melihat Yohanna duduk sendirian di dalam kantor, dia khawatir karena kaca itu sebagian besar terlempar kearah Yohanna

"Aku baik-baik saja"

"Syukurlah, jika sampai kamu terluka Jonatahn pasti akan membunuhku" kata Jessi lega setelah memastikan Yohanna tidak terluka

"Jika kamu takut aku membunuhmu seharusnya kamu tidak mengajaknya ketempat seperti ini" sahut Jonathan yang kini berjalan kearah mereka berdua

"Kamu disini?" sela Yohanna

"Jika aku tidak disini bagaimana mungkin petugas keamanan datang dan meredakan keributan" ujar Jonathan

"Aku baik-baik saja" gumam Yohanna

"Aku lebih mengkhawatirkan orang itu" sela Jessi melihat betapa kacau pria tadi yang bahkan tidak bisa membalas perlakuan Yohanna sekalipun

"Jika kamu mengkhawatirkannya bukankah lebih baik kamu mengikuti kemana petugas keamanan itu membawanya pergi?" sindir Jonathan

"Apa urusanku?" gerutu Jessi kesal "Tapi sepertinya dia tidak asing" lanjut Jessi yang memang sudah hafal lingkungan itu

"Apakah aku akan terkena masalah?" tanya Yohanna setelah melihat Jessi berpikir keras lalu mengerutkan kening

"Hmmm aku tidak yakin, tapi kupikir dia anak bungsu wali kota yang sering membuat onar" gumam Jessi tidak yakin "Jontahan, kemana mereka membawanya pergi?" tanya Jessi khawatir jika Jonathan melakukan sesuatu pada pria itu tapi tidak di respon oleh Jonathan yang tengah focus menatap Yohanna

"Benarkah? Jika begitu aku sudah membuat kesalahan" keluh Yohanna

"Apa kamu takut?" sela Jonathan "Bukankah aku sudah pernah mengatakannya, jika aku akan membereskan semua kekacauan yang kamu lakukan" lanjut Jonathan

"Pastikan juga jika masalah ini tidak sampai ke telinga Ayahku" timpal Yohanna membuat Jessi yang ada di sampingnya tertawa melihat sisi penurut Jonathan

"Apa yang kamu tertawakan?"

"Ah… akhirnya aku tidak perlu khawatir dengan keadaan Yohanna setelah apa yang tadi aku lihat" sahut Jessi tersenyum lega

"Apa yang kamu khawatirkan?"

"Tentu saja, aku khawatir kamu memperlakukan Yohanna dengan buruk. Tapi sekarang aku yakin kamu tidak akan berani melakukan itu" lanjut Jessi membuat Jonathan terlihat buruk

Mendengar percakapan mereka berdua membuat Yohanna tersenyum kecil, sebenarnya dia pun tidak pernah memberitahu Jonathan bahwa dia bisa melakukan itu. Selama ini Jonathan terlalu memanjakannya, memperlakukan Yohanna seperti seorang gadis rapuh. Membuatnya tak pernah menunjukan sisi lain dirinya.

~~~

Masalah yang terjadi di Club malam itu pun sudah di selesaikan dengan baik oleh Jonathan bahkan Ayahnya tidak mengetahui masalah itu. Setelah wisuda kelulusan membuat Yohanna tidak ada kegiatan di luar rumah, dia terus berada di rumah dan enggan beranjak dari kamarnya.

Beberapa kali Jessi menelpon mengajaknya keluar hanya sekedar nonton di Bioskop ataupun makan siang. Semua kegiatan itupun di lakukan siang hari, karena Jonathan menerapkan Jam malam untuk Yohanna setelah kejadian di Club malam itu.

"Sayang, kamu sudah bangun?" panggil Jonathan sembari masuk ke dalam kamar melihat Yohanna masih terlelap dibalik selimut

Merasakan ada gerakan di ujung tempat tidurnya kesadaran Yohanna sepenuhnya pulih dan dengan kesal melempar sebuah bantal kearah Jonathan.

"Bisakah kamu tidak masuk kamar orang tanpa ijin?"

"Jika itu orang lain aku bahkan tidak akan pernah masuk walaupun di undang"

Yohanna hanya mendengus kesal dan menyelimuti tubuhnya dengan benar

"Hah…" Yohanna menghela nafas kesal, "Ketuklah pintu dulu jika ingin masuk ke kamarku, aku terbiasa tidur tanpa memakai baju" jelas Yohana Kesal

"Oh.. kalau begitu sepertinya aku harus lebih sering masuk setiap malam" goda Jonathan yang hanya mendapat respon sinis dari Yohanna

"Aku akan pergi ke kota B selama beberapa hari, apa kamu ingin ikut denganku?" tanya Jonathan sembari merapikan anak rambut yang ada di kening Yohanna dengan lembut

"Tidak"

"Apa kamu tidak kesepian sendirian di rumah?"

"Tidak"

"Sayang, haruskah aku mengadakan rapat di rumah?"

"Pergilah, aku akan baik-baik saja. Aku juga tidak berada dirumah sendirian" ujar Yohanna menggeser sedikit posisinya lalu duduk masih dengan tangan yang memegang selimut untuk menutupi badannya

"Tapi aku akan sangat merindukanmu"

"Aku akan datang kesana jika kamu mau" sela Yohanna mengalah

"Tidak perlu, aku takut mencongkel mata semua pria yang melihatmu" bantah Jonathan menyentuh pipi halus Yohanna lalu berhenti di bibir

"Berikan aku sebuah ciuman sebelum aku pergi" pinta Jonathan dengan mata focus pada bibir Yohanna "Lebih banyak ciuman untuk pengganti hari-hari berikutnya saat kita tidak bisa bertemu"

"Haruskah kita making love sebelum kamu pergi?" tantang Yohanna lalu melepaskan tangannya dari selimut yang mulai merosot jatuh tapi dengan cepat Jonathan menariknya kembali guna menyelimuti tubuh Yohanna dengan benar.

"Dengarkan aku" ucap Jonathan serius

"Laki-laki berbuat seribu kali, dunia masih bisa tertawa. Tapi wanita melakukannya satu kali, dunia tidak akan mau terima" lanjutnya dengan ekspresi mengerikan

Ada senyum kecil di sudut bibir Yohanna setelah mendengar itu, laki-laki di hadapannya ini tidak seburuk yang orang lain lihat.

Jonathan beranjak pergi setelah mengatakan hal itu tanpa menoleh lagi kearah Yohanna yang kini kembali merebahkan tubuhnya. Sebenarnya dia tidak benar-benar telanjang, masih menggunakan celana dan kaos dalam.

"Bukankah kamu ingin sebuah ciuman??" tanya Yohanna melihat Jonathan pergi begitu saja tapi tidak mendapat respon apapun

Walaupun kini mereka tinggal bersama, tapi batasan itu masih tetap di jaga oleh Jonathan. Area lantai atas tidak bisa sembarang orang boleh naik bahkan dirinya juga karena itu area pribadi yang dia berikan untuk Yohanna.

Walaupun Jonathan tidak segan menciumnya di depan umum tapi saat di rumah dia benar-benar menjaga sopan santunnya.

***

Sebuah pesan masuk ke ponsel Jonathan saat dirinya tengah menghadiri rapat di kantor cabang, ekspresi wajahnya berubah lalu mengangkat salah satu tangannya tanda agar rapat berhenti sejenak.

"Ya sayang" ucapnya melalui ponsel sembari melangkah keluar ruang rapat

"Aku akan ke rumah ayahku selama kamu tidak dirumah"

"Tunggu aku pulang, lalu aku yang akan mengantarmu"

"Itu masih beberapa hari lagi"