Chereads / SI JANDA CANTIK PERAMAL SAKTI / Chapter 15 - SERANGAN MALAM

Chapter 15 - SERANGAN MALAM

Lela merasakan ada hawa panas yang saat ini menjalar masuk dari setiap celah udara di rumah itu. Perempuan cantik ini sontak berbalik dan mendapati sebuah kepulan asap sedang membentuk menjadi satu. Berkumpul dari berbagai celah. Seperti ventilasi udara, di bawah celah pintu dan sela-sela lubang lain di rumah itu.

"Hem, Raja Hutan," gumam Lela.

"Kupikir kau akan lupa denganku, Lela. Istriku yang durhaka!" Suara ini berasal dari kepulan asap hitam yang kini membentuk sebuah awan. Melayang setinggi setengah meter dari lantai ruang tamu.

"Tidak mungkin aku lupa. Kau telah menghabisi suami pertamaku."

"Apa sekarang kau percaya bahwa aku sungguh-sungguh dengan sumpahku?"

Lela tertawa pelan sambil mengalihkan tatapannya ke arah kiri. Lalu setelah puas mengejek dengan tingkahnya, kemudian ia pun menjawab, "Hidup itu perlu untuk memerbaiki keturunan. Bukan sebaliknya. Apa kamu pikir mataku sudah buta, hingga tidak jijik melihat wajah buruk rupa sepertimu. Apalagi itu setiap hari. Oh, tidak. Jangan dibayangkan, karena aku akan muak melihatmu setiap hari di tempat tidur."

"Bedebah! Kau adalah manusia setengah siluman. Sudah sepantasnya menikah dengan bangsa yang sama. Jangan harap kamu bisa menikahi manusia murni. Apalagi aku masih meletakkan kutukanku padamu."

Lela menyunggingkan senyum remeh. "Lebih bedebah lagi kalau aku memilih ayah yang salah untuk anak-anakku kelak. Mereka akan menyesali pilihan ibunya. Sebab memilih lelaki jelek macam kau!"

"Sial!" bersamaan dengan itu. Asap itu menjulur menyerang Lela.

Lela yang kaget karena tidak mengira akan diserang. Lalu melompat tinggi sambil menghindari asap tadi. Asap membentuk sebuah tangan, yang setiap saat bisa saja menyentuh dirinya. Lela kelabakan untuk menghindarinya. Ia segera berlari menuju kamarnya. Namun, belum sempat ia mencapai lantai kedua. Kakinya kini dibelit oleh asap itu. Lalu ditarik paksa. Hingga membentur anak tangga.

"Awh!" pekik Lela. Ia diseret keluar dari rumah itu, lalu dihempaskan hingga tubuhnya membentur sebuah pohon mangga. Dbuk! Lela terjatuh setelah tubuhnya menghantam pohon.

Anehnya saat ia mengalami hal itu. Tak satu pun dari orang di sekitar itu menyadari kegaduhannya. Itu dikarenakan perkelahian gaib itu telah diredam oleh kesaktian Lela. Perempuan ini membagi kesaktiannya untuk mengamankan suasana. Lalu juga untuk bertahan dari gempuran lawan.

Darah segar kini mengalir dari hidung dan mulutnya. Dadanya terasa sesak dan napas kini sulit ia hela. Lela menekan dada untuk mengurangi rasa sakit. Ia berdiri dan memandangi sekitar. Raja Hutan tak terlihat. Kesaktiannya tak mampu mendeteksi keberadaan lawannya. "Di mana dia?"

Tiba-tiba saja sebuah angin dahsyat bercampur debu dan dedaunan menyerang Lela. Perempuan ini segera menyilangkan kedua tangan. Untuk menahan serangan. Dari pergelangan tangan Lela muncul sebuah cahaya perak yang kini langsung menyebar. Menjadi tameng untuknya. Seketika angin itu mereda. Dedaunan dan debu berjatuhan. Lela yang telah merasa aman. Kini meluruskan kembali tangannya. Ia pandangi sekitarnya. Untuk mendeteksi adanya serangan lagi. Kini sepi, tak ada tanda-tanda akan serangan lagi. Ponselnya tiba-tiba berdering. Itu dari Jimi.

"Ya, halo, Jim?"

"Bisakah kita lakukan secepatnya? Aku khawatir nyawaku tidak akan sampai hingga kasus itu terpecahkan."

Lela menatap tanah yang saat ini ia pijak. Merasakan ada getaran yang cukup mampu membuatnya oleng dalam berdiri. "Jim, lebih baik besok kita ketemuan. Aku sedang sibuk!" Setelah mengakhiri pembicaraan. Lele segera melompat ke atas dahan pohon mangga. "Dia suka sekali main curang," desisnya. Tiba-tiba pohon yang ia tempati kini bergerak naik. Lela terkejut dan menyadari bahwa pohon kini sedang dikendalikan oleh Raja Hutan. Kini pohon itu perlahan tercabut dari tanah. Lela nyaris terjatuh, jika saja tidak berpegangan pada tubuh pohon.

"Bagaimana, Lela? Apa kau sudah takut? Aku masih banyak kejutan untukmu." Bersamaan dengan suara itu, pohon yang kini rantingnya ada di seberang dahan yang kini ditumpangi oleh Lela. Bergerak seperti tangan. Ranting itu akan mengambil Lela.

Lela segera melompat ke dahan lainnya. Ia dengan sigap berlari dari dahan ke dahan lain hingga ke puncak. Seketika itu juga pohon langsung roboh. Lela nyaris terjatuh jika saja tidak menggunakan kesaktiannya untuk melayang di udara. Brak! Suara pohon begitu nyaring. Membuat siapa pun akan terkejut dan segera mendatangi tempat itu. Namun, sekali lagi. Lela masih menahan suaranya agar tidak mengusik pendengaran mereka. Jika tidak maka mereka akan ketakutan setengah mati karena melihat Lela bisa melayang tanpa bantuan alat dan pohon bisa bergerak sendiri.

***

Setelah kejadian malam itu. Lela masih terus waspada. Sebab bisa jadi ia diserang lagi. Hantu Hutan pun tidak menyerang lagi setelah pohon tumbang. Kini Lela yang masih dalam keadaan mengantuk harus rela dijemput oleh seorang pemuda tampan yang selama ini mencintainya. Dialah Kelana, sahabat istimewanya.

"Ada apa?" tanya Lela dengan wajah pucat dan rambut tidak terurus.

"Apa yang terjadi, Lela? Mengapa wajah dan penampilanmu kusut begitu?" tanya Kelana, heran.

Lela memegang pintu, menggelantungkan tubuhnya di daun pintu. Bila pintu bergerak maka tubuhnya pun akan bergerak. Terlihat malas sekali bergerak dan mengantuk. "Aku masih ingin bermimpi."

Kelana menggeleng, penuh rasa iba. "Ayo!"

Lela terkejut saat tubuhnya kini diangkat oleh Kelana. Dibawa menuju ke tangga. "Eh, mau apa?"

"Katanya mau tidur? Aku sedang membawamu kembali ke kamar. Kalau kamu berjalan sendiri aku takut kamu akan terjatuh," jawab Kelana.

Lela tersenyum sayu. Lalu ia justru tertidur. Kelana berhasil tiba di kamar Lela. Ia membaringkan Lela ke tas pembaringan. Perlahan menyelimuti dan merapikan pakaian atas Lela.

"Lela, bagaimana kabarmu?" lirih Kelana. Perlahan akan menciumnya. Namun, Mili tiba di kamar Lela untuk protes sesuatu. Kelana menyadari adanya gadis itu. Jadi ia putuskan untuk berpaling.

"Siapa kau?!" tanya Mili, sinis.

"Aku pacarnya. Kamu siapa?" balas Kelana.

Mili melirik ke arah Lela. Lalu tersenyum licik. "Dia itu gadis tidak baik. Semalam dia habis jalan sama cowok. Aku lihat sendiri."

Kelana tersenyum santai. Ia tak marah atau menanggapi perkataan Mili dengan perasaan cemburu. Sebab ia tahu, tujuan utama Lela.

"Kamu aneh. Padahal dia selingkuh, tapi kamu mala senyum-senyum begitu," sindir Mili.

Kelana sedang menilai Mili. Gadis berpakaian merah itu lumayan cantik, tapi sikapnya sungguh angkuh. Membuat Kelana harus mengesampingkan kecantikan Mili sebagai salah satu yang tidak istimewa baginya.

"Ih, kenapa kamu melihatku begitu?" protes Mili.

"Maaf. Aku hanya sedang membandingkan kamu dan dia. Kamu cantik, tapi bicaramu sepertinya angkuh."

"Hah, suka-suka aku, dong. Urus urusanmu sendiri!" Setelah mengomel. Mili segera meninggalkan tempat itu.

"Jadi dia cantik, ya?" sindir sebuah suara.

Kelana terkejut, ia lalu melihat ke arah Lela yang saat ini telah terbangun akibat pembicaraan Kelana dan Mili tadi. "Kamu katanya mau tidur lagi?"

Lela tersenyum lalu menarik kerah Kelana. Wajah mereka begitu dekat. "Kis me!"

Mendengar permintaan itu, akhirnya Kelana pun melakukannya. Ia dengan penuh semangat menciumi Lela. Padahal saat ini Lela sedang menguap sembari melihatnya dari pintu.

Lela berdecak kesal melihat kelakuan mesum Kelana. Sehingga ia pun berkata pelan. "Sedang apa dia menciumi bantal? Sinting!"