Chereads / Akademi Sihir sang Iblis Bunga / Chapter 14 - Chapter 14: Tutorial

Chapter 14 - Chapter 14: Tutorial

Beberapa Minggu berlalu tanpa kejadian apapun terjadi. Marie terus menjalani harinya di Akademi bersama Rose dan Iris. 
.
.
.
Di sebuah ngarai, seekor singa berukuran besar memblokir jalan sebuah konvoi kereta kuda. Semua kereta telah lama hancur. Semua kuda telah mati dipenuhi bekas cakaran. 

Gemilang surai singa ini menyinari kegelapan malam. Di sekitar apa yang tersisa dari kereta ini adalah orang-orang yang mengarahkan apapun yang mereka punya ke arah sang singa. 

Beberapa masih berdiri, beberapa tidak bernafas lagi. Namun satu hal yang pasti, tak lama lagi mereka akan berjumpa lagi.. 

Seolah terpikat oleh sesuatu, singa ini tiba-tiba berbalik arah dan pergi menuruni ngarai. Kilap rambutnya mulai meredam menyatukannya kembali dengan malam. 

Melihat sosok singa yang meninggalkan mereka di kegelapan malam. Orang-orang ini duduk di tanah. Salah seorang pria dari mereka mendatangi reruntuhan kereta yang terlet paling depan. Di Depannya adalah sebuah tangan yang telah terpotong oleh cakar singa tersebut. 


Di jari manis tangan ini adalah sebuah cincin yang sama dengan yang dipakai pria tersebut. 

'Sayang kita akan berjumpa lagi dilain hari'

Aliran air mata jatuh membasahi pipi pria yang memeluk tangan tersebut. 


Pagi itu, Akademi yang biasanya kosong telah dipenuhi oleh puluhan gerobak dari penjual yang menjajakan berbagai barang sihir.


Minggu ini adalah minggu pembuatan katalis sihir. Para penyihir dapat menggunakan katalis berupa tongkat, alat, atau senjata yang dapat membantu mengalirkan sihirnya. 


"Mereka jauh lebih banyak daripada tahun lalu. "

"Pantaslah, seorang anggota keluarga kerajaan kini belajar disini. "

"Tapi mereka menjual barang jelek semua, mahal lagi. "

"Mereka tidak bisa menyembunyikan kerakusan mereka… ha…  pak 1 porsi lagi! "

Perbincangan dua senior ini di dengar oleh Marie dan Rose yang tengah berjalan-jalan di area luar kompleks. 


"Apakah kamu tidak mencari bahan untuk katalismu Marie? "

Marie hanya bisa melihat ke rapier yang terletak di pinggang Rose. Rapier di pinggang Rose adalah salah katalis yang merupakan harta turun temurun keluarganya. 


"Aku tidak mengira kita akan perlu mengeluarkan uang sebanyak ini… "
Ungkapnya murung. 

Pembuatan Katalis merupakan salah satu investasi terbesar seorang penyihir. Karakteristik sebuah katalis akan mempengaruhi sifat sihir yang dimiliki penyihir yang tumbuh bersama dengan katalis tersebut. 


'Katalis yang bagus adalah awal dari penyihir yang bagus (disertai dengan pelatihan yang cukup)'

Pemikiran tersebut menjadi pola pikir masyarakat sihir secara umum. 

Ada beragam cara seorang siswa dapat mendapatkan bahan untuk katalisnya. 

Cara pertama adalah membelinya. 

Akademi Elysium menjual bahannya sendiri, namun kebanyakan bahan ini masih relatif mahal bagi Marie. 

Marie dapat diangkat menjadi murid di bawah bimbingan seorang penyihir dan menerima uang dan bahan untuk membuat katalisnya. Cara kedua ini memerlukan bakat dan komitmen kepada penyihir tersebut. 

Akademi sendiri menyediakan subsidi bahan untuk katalisnya namun kebanyakan bahan itu sebagus-bagusnya adalah bahan berkualitas rendah. 


Cara terakhir yang 'Ada' namun tidak tertulis adalah 'dapatkan sendiri…' 

Marie sempat ingin menemui Iris terkait mendapatkan bahan untuk katalisnya. Namun dia merasa tidak enak mengambil keuntungan dari Iris. 


Marie dan Rose berjalan melewati gerbang depan akademi. Kali ini mereka tidak akan mencari bahan katalis di dalam pelosok hutan.. mereka berencana untuk mengumpulkan uang untuk membeli bahanya.

Terkadang seorang di Akademi sedang sibuk dan tidak bisa mengurus sesuatu akan meminta murid melakukannya dengan biaya uang. Marie telah mengumpulkan uang dari  permintaan komisi.

Marie telah melakukan ini secara Diam-diam selama beberapa hari sebelum ketahuan oleh Rose. Sejak saat itu mereka berdua telah pergi menyelesaikan komisi bersama. 


"Marie, Kali ini kita perlu akar biit beserta daunya 12 batang." 

Rose membuka bukunya yang didalamnya tergambar sebuah tanaman berbatang dan berumbi ungu kemerahan di akarnya. 

"Kita bisa cari tanaman ini di pinggiran sungai, kita mungkin perlu masuk hutan sedikit jika begitu…"

"Ya.. Bagaimana lagi. Ayo kita bisa kembali sebelum makan siang. "


Mereka berdua berjalan di sepanjang lahan bunga yang bukan lagi sesuatu yang luar biasa setelah melewatinya berkali-kali, pemandangan hamparan bunga ini mulai terasa membosankan. 

Melewati sebuah pos penjagaan, pemandangan mereka berganti dari lautan bunga ke lautan pohon. Berjalan melintasi hutan mengikuti jalan setapak. 


Mereka sampai di pinggiran sungai yang tidak jauh dari pos depan Akademi. Di pinggirnya terdapat beberapa tanaman biit yang tumbuh secara liar. 

Melihat bahwa mereka berdua di tengah hutan, Rose mulai menghampiri Marie. 
"Marie... "
" ??? "
"Ah.. Aku menemukan 1, ini."

Jawab Rose yang kemudian menyerahkan 1 umbi yang dia temukan. 

"Terima kasih Rose"
 jawab Marie yang kembali mencari umbi biit yang cukup besar untuk diambil. 


Wajah Rose memerah seperti buah biit yang telah dia berikan. Mereka berdua dapat menyelesaikan komisi mereka dengan damai.. 

Mungkin terlalu damai.. 


Suara gerakkan kaki berbunyi diikuti dengan suara gesekan semak berbunyi. Saat seekor singa sebesar rumah satu tingkat muncul di depan mereka. 

'Kenapa Monster seperti ini ada disini?! '
"Marie, larilah! Biarkan aku menahannya"
Rose menyiapkan rapier di tangannya, bersiap untuk memberikan jalan bagi Marie untuk kabur. namun, sebelum Marie akan menolaknya


'Aku tidak menyarankan itu'

'!!!'

Sebuah suara memasuki pikiran mereka. 

'berbalik arah dari adalah jalan pintas ke dunia kubur'

'Siapakah disana!'

'Aku berasal dari akademi, aku dapat membantu kalian, tapi 'kucing' ini akan membunuhmu sebelum aku sampai'


Seseorang dari akademi?! 
Sebercak harapan muncul pada diri mereka. 

'Apa ada sesuatu yang bisa kami lakukan untuk-''

Marie bertanya ke suara yang muncul di benaknya namun sebelum dia sempat menyelesaikan pikirannya sebuah pesan mengalir ke benaknya. 


'Kau Rambut hitam, ke kiri…  rambut pirang mundur terus jangan berhenti melihatnya' 


Mengikuti perintahnya, Marie dan Rose dapat menghindar dari cakaran sang singa yang datang dalam sekejap dan membentuk sebuah garis yang terus mengalir ke arah mereka. 

cakaran tersebut berhenti sebelum mencapai diri mereka.

'Rambut Hitam kiri lagi…  Rambut pirang maju merunduk, dan berbalik! ''

'Maju?! '
'Lakukan saja Marie! ' 

Marie melihat singa tersebut yang melompat kearahnya mulutnya melebar bersiap untuk menerkamnya.

Suara di benak mereka berbicara seolah mengamati keadaan mereka dari suatu tempat. 


'Rambut hitam.. Kanan 2 langkah…Engkau bisa mempengaruhi air di sekitarmu. 

'Namaku Rosarie, ya aku bisa! '

Rose bergerak ke dua langkah menghindari terkaman sang singa yang kini masuk kedalam sungai. 

'Baik, gunakan [vortex current] sekarang'
"Ugh (Initus [vortex current] terminus)"

'Tetap fokuskan aliran sihirmu ke situ'


Menyelesaikan mantra sihirnya aliran air disekitar telah berubah menjadi pusaran air. Singa tersebut kini terjebak dalam pusaran air yang menjebaknya memberikan mereka waktu untuk mengambil nafas. 

'Oke, Yang bernama Marie.. apa sihir mu? '

'Cahaya! '

'Haha.. Oke kalian akan bersiap melawan balik sekarang'


'Kami bisa mengelahkannya?'

Pikir Marie bersemangat, dia teringat bahwa dia memerlukan sebuah bahan untuk katalis sihirnya. ini mungkin kesempatannya mendapatkannya. 

'Haha.... Tidak. Aku ragu kalian bisa membunuhnya, fokus saja menghindari serangannya sekarang-oh menarik….. 

Suara di benaknya sempat senang mendengar mereka ingin membunuh monster didepannya namun menolak proposal mereka…

yang terperangkap terus menatap ke Rose di depannya.
'Marie gunakan sihir [flash] fokuskan dimatanya'
"Okay (Initus [Flash] Terminus) "

Seketika di depan mata yang meronta ini sebuah bola cahaya meledak melepaskan cahaya yang membuat dia tersentak. 

'Lagi'
"Ugh (Initus [Flash] Terminus)! "

'Lagi'
"Ugh (Initus [Flash] Terminus)! "

'Lagi'
"Ugh (Initus [Flash] Terminus)! "
.
.
.
'Lagi'
"Ugh  [Flash]! "


Marie terus diminta untuk mengeluarkan [Flash] secara terus menerus dia bahkan tidak menyadari bahwa dia tidak perlu menggunakan rantai (Initus-terminus) lagi


[Flash] merupakan suatu sihir yang tidak memakan banyak energi namun menggunakannya berkali-kali masih memiliki dampak pada Marie. Jantungnya kembali berdebar-debar kencang.. 

' ini sekarang tidak dalam keadaan sadar.. Sepertinya dia dalam sebuah pengaruh sihir'

sosok dibenak mereka terdiam sebentar sebelum mengomentari kondisi tersebut. 


'Artinya?! '


Rose yang tidak senang suara di benaknya memaksa Marie untuk mengeluarkan sihir berkali-kali, bertanya maksud celotehan sosok di benaknya. 


'Artinya seseorang juga sedang melakukan apa yang kulakukan pada kalian'

Marie dan Rose menyadari bahwa mereka telah masuk ke dalam semacam permainan 2 orang penyihir. 

'Semua orang pasti benci jika dia terkena stun lock Aku terkejut dia belum melempar pengontrolnya lagi.'

Seolah menjawab rasa ingin tahu Andrian, yang masih terperangkap mengangkat tangannya keatas angin…sebuah bola sihir kental terkumpul di tangannya. 

'Kah.. Kah.. Kah.. Ini adalah sihir Area luas kalian tidak akan bisa keluar dari sana tepat waktu'


'Apa yang harus kita lakukan? !'
Tanya Marie khawatir tidak akan selamat dari serangan ini 

'... '
'Hey, Jawab pertanyaannya!!'
Suara benak Rose kembali menaik saat orang yang menghubungi mereka hanya membalas dengan diam. 


'.. Kalian tidak perlu khawatir… '
'.. Karena, aku telah sampai… '


Bersamaan dengan itu, ledakan cahaya besar meledak di tengah hutan tempat mereka berada. 

Marie dan Rose memblokir dengan tangannya untuk memberikan sebercak kesempatan bagi mereka untuk bertahan hidup. 


Namun mereka tidak merasa bahwa mereka telah mati, tidak.. Mereka tidak merasakan serangan tersebut mengenai mereka. 

Mereka berdua membuka matanya cuma untuk disambut oleh sebuah bunga berukuran manusia telah menyelubungi tubuh mereka. 

Mereka melihat kembali ke arah yang kini meronta-ronta di tanah.. Tubuhnya telah dipenuhi oleh bunga. Disebelahnya adalah sosok berjubah hitam dengan wajah yang ditutupi sebuah kain

"Kamu! "
Teriak Marie menyadari sosok di depannya. 

"Hi.. Kita bertemu lagi"