Chereads / Akademi Sihir sang Iblis Bunga / Chapter 19 - Chapter 19: Seorang penggemar ilmu pedang

Chapter 19 - Chapter 19: Seorang penggemar ilmu pedang

Marie dan Rose Bergegas menuju ke ruang makan. Sejak hari ini tidak ada periode pembelajaran setelah makan siang, banyak murid memilih untuk makan diluar meninggalkan gedung utama akademi.

Mereka Mencapai tempat mereka biasa makan cuma untuk ditemui oleh 2 orang yang sedang makan di meja makan yang biasa mereka duduki.

"Kalian… apa yang kalian lakukan disini? "

Menyadari kedatangan Marie mereka dia berbalik arah menemui mereka.

"Hai Marie.. dan Rose, kita bertemu lagi.. "

"Hai Rimus, apa yang kamu lakukan di meja kami"

Rumus dan Travis yang tengah makan membalikkan mejanya.

"Iris memberikan tempat ini kepada kami sebelum dia pergi.. "

"Iris telah berada disini?! "

Travis meletakkan peralatan makannya dan membantu

"Ya.. Dia sempat duduk disini selama beberapa menit saat kami berasa di sini. Namun dia berdiri saat kami mendekatinya dan bilang 'kalian duduklah disini aku akan kembali ke kamar'... Aku tidak tahu kenapa Iris mengatakannya kepada kami, tapi kurasa itu untuk kalian."

"Baiklah, terima kasih atas infonya Travis.. Engkau juga Rimus. "

Marie dan Rose berbalik meninggalkan Travis dan Rimus dan bergegas keluar dari gedung akademi. Namun sesaat mereka menuruni tangga, Marie menghentikan Rose dengan tangannya.

"Iris tinggal di asrama kan? "

.

.

.

"Ah iya, aku lupa memberitahukan mereka dimana aku tinggal! "

Di dalam sebuah kamar yang terbuat dari kayu Iris yang berbaring telah menatap ke arah jam yang terletak digantungkan di ruangannya. Jam tersebut menunjukkan 1 jam telah berlalu.

"Ini bukan maksudku untuk mengisolasikan diriku dari mereka…"

" aku sudah memberikan mereka waktu untuk bertemu di kafetaria selama setengah jam tapi mereka tidak muncul juga.."

Bergumam Iris berpindah ke atas tempat tidur. Tangannya mengenggam sebuah boneka yang dimodelkan menyerupai sebuah domba berambut hitam.

" Apa maksudmu pada akhirnya aku meninggalkan mereka… lagipula Aku akan bertemu lagi dengan mereka besok."

"... "

Iris berkeluh ke boneka ditangannya, namun apalah sebuah boneka dapat lakukan kecuali diam dan menatap Iris dengan matanya bewarna hitam.

"Hah… Apa yang mesti kulakukan Tuan Cornfluffle II ?. "

"... "

Memeluk 'Tuan Cornfluffle II' Iris terdiam sejenak. Bermenung selama beberapa menit, Marie keluar berdiri dari tempat tidurnya.

"Ya kurasa jalan satu-satunya adalah keluar dan mencari mereka, Henrietta bisakah anda keluar untuk sebentar?."

"Apa yang bisa hamba bantu Yang Mulia Putri Iris Apatura?"

Sosok yang mengenakan pakaian pembantu keluar dari kegelapan di ruangan. Dia adalah pengawal yang ditunjuk untuk mengawasi Iris langsung oleh Raja Metis Apatura.

"Aku akan keluar sebentar. Tolong jaga rumah"

"Tentu saja nona muda. "

Sosok Henrietta menghilang dalam sekejap.

"Fufufu Terimakasih.. "

Iris merapikan pakaian yang dia kenalan dan bergerak keluar dari rumahnya. Orang-orang sekitar melirik ke Iris namun tidak lama memaksakan diri mereka untuk kembali mengerjakan keperluan mereka seperti biasa.

Mereka telah melihat Iris selama beberapa kali, namun kehadiran seorang dari keluarga kerajaan bahkan dengan penampilan yang biasa-biasa saja masih bukanlah sesuatu yang dapat dibiasakan begitu saja.

Berjalan melawati jalanan yang telah dia lewati tiap harinya, Iris sampai di bundaran yang berada di area depan akademi. Bundaran ini dipadati oleh pedagang dan siswa-siswi penyihir melihat barang yang dijajakan.

Di tengah kerumunan ini, Iris menemukan Marie dan Rose yang tengah menghampiri orang-orang di sekitarnya.

"Bingo"

Iris datang mendekati mereka berdua secara berdiam-diam, menatap tajam ke orang-orang yang melihatnya.

.

.

.

Marie dan Rose memulai pencarian mereka bertanya ke orang-orang yang berada di depan gedung sekolah. Namun untuk kekesalan mereka, kebanyakan dari mereka tidak tahu atau justru menolak untuk memberitahukan keberadaannya Iris.

"Apakah ada dari mereka yang tahu dimana Iris berada. Marie ? "

"Ha… tidak juga.."

"Kenapa mereka tidak tahu dimana Iris tinggal"

"Entahlah Rose, Iris sudah selalu muncul di ruang makan saat kita sampai."

"Mungkin dia tinggal di bawah akademi-"

Saat mereka mengeluh, sebuah tangan menggapai pundak mereka.

"" Ahh!! ""

"Kudengar kalian berdua mencariku"

"Iris!? "

"... "

"..Ya halo."

"Kurasa kita tidak bisa berbicara disini ayo ikutlah denganku. "

Menarik tangan mereka berdua Iris menarik mereka berdua menjauhi kerumunan menuju ke sebuah lorong kecil.

"Kudengar kalian mencariku. Ada apa? "

"Ah.. Yang mu- maksudku Iris apa kabar? "

"Aku baik Rorie.."

Iris dan Rose melirik satu sama lain.. Setelah beberapa saat diam. Marie akhirnya membuka mulutnya.

"....Hai Iris, ini sungguh hari yang cerah bukan, Aku berpikir kita semua bisa pergi mencari sesuatu untuk dimakan atau minum? "

"Kurasa anda benar. Baiklah, tunjukkan jalannya. "

.

.

.

Marie mengajak mereka semua ke kedai minuman yang terletak tidak jauh dari Akademi.

"Jadi Aku dan Iris jus Apel. sementara Rose maunya air limun?"

"Ya kurasa itu benar"

"Oke akan ku pesan, kalian cari tempat kita duduk. "

Mendekati kounter penjual tersebut…

"Selamat datang di Orchard Barrel, jika anda seorang siswa kami menyediakan pilihan non-alkohol. "

"Ya, saya akan memesan 2 Sari Apel dan 1 Sari Limun-... "

"Baiklah totalnya menjadi 20 Molare"

"Oh iya ini.. "

Marie memberikan 3 keping uang dengan jumlah pas yang telah dia persiapkan sebelumnya.

"Oke pesanan anda akan saya ambil sebentar. "

"Ya.. "

"…-Apa yang kamu lakukan disini Andrian? "

Di samping Marie adalah Andrian yang juga tengah memesan pesanannya. Andrian yang dia temui kini tidak mengenakan penutup wajah seperti saat mereka kembali bertemu tapi kini sebuah .

"Keren bukan? Aku baru saja mendapatkannya tadi pagi… dan kenapa aku kesini, Aku sedang mengawasi Iris. Dia meninggalkan pengawalnya di rumahnya sehingga Bianca memaksaku untuk menjadi pengawal penggantinya. "

"Begitu kah? "

"Ya.. Oh iya Bianca masih memberikanmu waktu hingga akhir hari ini sebaiknya engkau dapat memutuskan segera Marie."

"Aku akan menemuinya segera… "

"Baiklah aku sudah menerima pesananku, aku sudah menyampaikan pesanku. Aku akan menunggu tidak jauh dari sini da.. "

"Ya.. Da Andrian.. "

Andrian pergi meninggalkan Marie dan pergi menunggu disebuah meja yang tidak jauh dari mereka.

adalah murid-murid sekelas dengannya yang tengah berkumpul di sebuah Meja.

"Terus bagaimana, Seperti apa wujud mereka? "

"Senior itu bilang iblis itu beragam bentuknya ada yang berbadan besar sepasang tanduk, dengan gigi yang seperti taring… Ada yang kayak manusia..Ada yang kayak binatang buas. "

"Ooh.. "

"Aku ingin mengalahkan Iblis itu"

"Bermimpilah, kamu masih kelas 1."

Melewati gerombolan ini, Marie tertarik dengan topik yang mereka bicarakan. Memesan minumannya masing-masing, mereka saling duduk di meja di pojok bangunan.

"Apakah yang mereka bicarakan? "

"Oh… ah… Kurasa ceritanya belum tersebar ke kelasmu ya?"

"Cerita apa? "

"Tadi pagi seseorang di kelasku mendengarkan rumor dari kakak kelas bahwa serangan-serangan kemarin disebabkan oleh seorang Iblis. "

"Iblis? "

"Iya Iblis, dan mereka juga bilang Iblis itu akan menyerang lagi. "

"Hah, terus bagaimana dengan kita…"

"Kudengar biasanya beberapa kesatria sihir akan dikirimkan untuk perlindungan. Sementara kita, mungkin dikumpulkan di asrama."

Mengingat kesatria sihir mengingatkan Marie pada Pria besar yang dia temui sebelumnya. Apakah dia seorang kesatria sihir?

"Bagaimana dengan mu Iris? Kamu kan tidak tinggal di sekitar Asrama.. "

"Hm.. Ya itu sangat disayangkan tapi engkau tidak perlu memikirkan itu Marie. Aku punya caraku yang lain."

"Ya bisa kubayangkan.. "

Marie teringat Andrian yang kini menunggu di sisi lain ruangan.

Mereka bertiga lanjut berbicara satu sama lain selama nyaris satu jam, Marie mencoba untuk pembicaraan terkait pertikaian mereka tadi dan membuat pertemuan tadi menjadi canggung.

"Kurasa aku harus kembali ke rumahku.. Terima kasih telah mengajakku Marie. Jika kalian berdua ingin menemuiku masuklah ke persimpangan kiri kedua dari bundaran dimana aku menemukan kalian tadi. Kalian akan tahu dimana aku tinggal dari sana. "

"Baiklah Iris sampai jumpa.. "

"Hum.. Ya sampai jumpa.. "

.

.

.

Mereka semua berpisah tidak lama setelah Iris kembali. Marie kembali ke gedung sekolah memasuki ruang Bianca.

"Halo Marie, saya telah mengharapkan kedatanganmu. "

"Selamat siang-.. Sore Buk Bianca."

"Jadi Apakah kamu sudah memiliki jawaban atas proposalku.. "

"Ya buk saya telah memiliki jawabannya. "

.

.

.

ditengah malam Rose keluar dari area asrama. Dia berjalan selama beberapa saat hingga mencapai sebuah lapangan. Tidak banyak siswa yang melewati Lapangan ini menyebabkannya terbiarkan dalam kondisi terbengkalai.

Ditengah lapangan sepi ini, Rose mengeluarkan pedang yang tersimpan di genggamannya. Rose mengayunkan pedangnya di tengah lapangan. Ayunan pedangnya diikuti oleh rerumputan yang terpotong oleh setiap ayunannya.

.Mengayunkan pedangnya mengikuti ilmu pedang yang telah dipelajari memberikan kesempatan bagi Rose untuk berpikir dan merefleksikan dirinya. Kemarin dia tidak sempat mendatangi lapangan ini karena dia harus melihat kondisi Marie.

Setelah berlatih selama beberapa saat, Rose Mendengar suara yang datang mendekatinya.

"Siapa disana? "

Sebuah tangan muncul dari belakang sebuah kerumunan rerumputan tinggi diikuti dengan seseorang yang keluar dari rerumputan..

"Maaf jika saya telah membuatmu khawatir aku sedang berjalan-jalan ketika melihatmu berlatih pedang di malam hari seperti ini. "

"Oh.. Ah tidak apa, hanya saja tidak banyak orang melewati Lapangan ini. "

Seseorang yang muncul mengenakan sebuah helm yang menyerupai kepala burung hantu. Karakteristik Tubuhnya ditutupi oleh mantel Namun suara yang keluar dari helmnya adalah suara yang feminin.

"Tidak dipungkiri lagi, lapangan ini telah diberi sebuah sihir yang mana orang biasa akan secara tidak sadar menghindari mencapai tempat ini. "

"Apakah Aku tidak seharusnya disini? "

"Tidak juga, kurasa seseorang lupa mematikannya saat dia mengaktifkan tempat ini. Aku bisa menghilangkan efeknya tapi kamu mungkin akan kehilangan tempat untukmu berlatih. "

Mereka berdua kini duduk diatas sebuah bonggol kayu yang terletak

"Kamu melihat aku berlatih? "

"Yap, teknikmu lumayan bagus untuk dapat mengikuti gerakan dasar dengan baik. Belajar sejak kecil kah?"

"Ya Ibuku yang telah mengajarkannya. "

"Apakah Ibumu seorang kesatria sihir? "

"Ibuku tidak mengikuti rumah kekesatriaan apapun tapi dia telah melindungi kota asalku dari serangan monster dengan pedang ini. "

"Oh seseorang pahlawan kota.. Bagaimana dia sekarang masih melindungi kota asalmu? "

"Tidak dia sudah meninggal beberapa tahun lalu."

"Oh..aku turut berduka. "

"Ya… terimakasih "

Wanita tersebut tidak melanjutkan topiknya

" Namaku Cynthia f- ah.. Setidaknya namaku Cynthia bagaimana denganmu?. "

"Namaku Rosarie, ya setidaknya namaku Rosarie. "

"Ha.. Bagaimana denganmu Cynthia, apakah kamu juga seorang kesatria sihir? "

"Aku sempat menjadi seorang kesatria sihir hingga suatu hari aku tidak ideal untuk menjadi seorang kesatria sihir lagi. Sekarang aku hanyalah seorang penggemar ilmu pedang. "

"Apakah itu sebabnya helm-mu seperti itu? "

Helm Cynthia menutupi setidaknya 3/4 wajahnya dengan cuma satu lubang pada mata kanannya.

"Ya bisa dikatakan demikian.."

"Kenapa kamu ingin memasuki akademi ini jika

" Awalnya aku ingin menjadi lebih kuat karena ada seseorang yang ku incar, tapi tidak lama disini aku ingin menjadi lebih kuat untuk teman-temanku. "

"Begitu ya? Baiklah aku sudah memutuskan! Rosarie angkat senjatamu!. "

"O-oke."

Rose dan Cynthia berdiri dan berpindah ke tengah lapangan.

"Rosarie Dasar-dasarmu sudah bagus, tapi dasar saja tidak cukup! pertarungan itu adalah tentang improvisasi setiap saat, selalu mengalami perkembangan diri! Bersiaplah Rosarie. "

Dengan deklarasi tersebut, Cynthia berlari menuju Rosarie.

.

.

.

Keesokan paginya di Akademi.

"Apa yang terjadi pada kalian? "

Ucap Iris tercengang dengan Marie dan Rose yang tergeletak lemas di meja depan akademi.

Ketika mereka sampai di depan Iris mereka langsung tergeletak begitu saja.

Iris bahkan bisa mendengarkan Marie bergumam kecil. ("ˢᶦʰᶦʳ ᶜᵃʰᵃʸᵃ ᵐᵉᵐᵃⁿᶠᵃᵃᵗᵏᵃⁿ ᵖᵉʳᵍᵉʳᵃᵏᵃⁿ ᵉⁿᵉʳᵍᶦ ʸᵃⁿᵍ ᵇᵉʳʲᵃˡᵃⁿ ᵇᵉʳˢᵃᵐᵃ ᵉˡ-..") sepertinya dia telah bekerja keras.

"Diam Iris… izinkanku tidur hingga kita masuk kelas. "

"maafkan hamba atas tampilan yang menyedihkan ini, aku tidak ingin menggerakkan tubuhku."

"Huh, kalian seperti jiwa kalian telah diserap dari tubuh kalian.. Minum ini kalian akan baikan. "

Iris menawarkan mereka masing-masing segelas yang telah diisi oleh Nektar.

"Aku tidak bisa meminumnya Iris"

"Maaf Iris, aku mencoba untuk menghindari penggunaan ramuan apapun untuk mengobati lukaku. "

"Terserah kalian-.. "

Iris akhirnya membiarkan mereka untuk beristirahat di atas mejanya pada saat itulah rombongan yang setidaknya berjumlah lebih dari 10 orang bermantel biru indigo memasuki ruangan.

"""!!!! """

Salah seorang diantara mereka adalah orang yang telah menemui Rose di malam sebelumnya. Dia kini berdiri ditengah barisan.

"Perhatian murid-murid"

Salah seorang guru yang ikut bersama mereka mengaktifkan sihirnya yang memunculkan Beberapa lingkaran yang mengeraskan suaranya. Guru tersebut kemudian mengeluarkan sebuah surat yang di genggaman tangannya dan mulai membacanya didepan para murid.

"Selamat pagi murid-murid Mengingat kejadian beberapa hari yang dulu, kami dari akademi sangat memikirkan keamanan dan kenyamanan murid yang belajar sihir akademi maka hingga kondisinya kembali seperti semula (dan diharapkan hingga seterusnya) , akademi ini akan dijaga oleh beberapa pengawas keamanan yang dikirim dari Ordo kekesatriaan Feltros. Dengan keberadaan mereka tidak hanya akan menjaga keamanan akademi tapi juga akan menjadi panutan dan diharapkan murid dapat belajar dari mereka.

Sekian pemberitahuan ini disampaikan tanggal 28, siklus bulan ke-2, tahun 560. Kepala sekolah Bianca Vilhelmina Elysium. "

"Baiklah selanjutnya kami akan mendapatkan sepatah kata dari ketua pengawas kita: kepada Nona Cynthia Feltros dipersilahkan. "

"Oh… jadi dia ya.. "

"Iris, kamu mengenalnya? "

"Iya seperti yang kamu tahu dari namanya dia adalah-"

Sebelum Iris melanjutkan pembicaraan, Cynthia telah berdiri di atas podium dan menciptakan sihir pengeras suaranya sendiri.

"Selamat Pagi Murid Semuanya!!! Senang bertemu dengan kalian, namaku Cynthia Feltros! Kami sebagai tim pengawasan bertugas menjaga keamanan Sekolah kalian tidak hanya diluar ruangan tapi juga di dalam area akademi…"

"Kami juga akan bekerja sama dengan tim disiplin untuk menegakkan kedisiplinan sesuai dengan buku… . ᵀᵘⁿᵍᵍᵘ, ᵐᵉʳᵉᵏᵃ ᵐᵉᵐᶦˡᶦᵏᶦ ᵇᵘᵏᵘ ᵃᵗᵘʳᵃⁿ ᵇᵘᵏᵃⁿˀ...ʸᵃ.. ᴮᵃᶦᵏˡᵃʰ… Buku Aturan. Kami akan menjaga akademi setiap hari, pastinya jumlah kami sekarang ini bukanlah semuanya akan ada beberapa pengawas lagi yang akan bergantian dengan kami. Baiklah sekian sepatah kata dari saya terimakasih. "

Tidak lama setelah Cynthia menyelesaikan penyampaiannya, lonceng menunjukkan periode untuk masuk kelas mulai berbunyi.

Setiap murid mulai berdiri dan pergi ke kelasnya masing-masing.

"Apa yang kamu tahu tentang Cynthia Feltros Iris? "

Bisik Rose kepada Iris.

"Seperti namanya dia adalah putri pertama dari Duke Volpa Feltros, seorang kesatria sihir dari generasi sebelumnya. Pada masanya dia adalah salah satu penyihir terkuat di kerajaan. Namun, 20 tahun lalu Cynthia melawan seekor iblis yang telah mengkonsumsi jiwa seorang penyihir tinggi. Meskipun menang, Cynthia menerima luka yang parah dan 10 tahun setelah itu dia berhenti menjadi kesatria sihir. "

Rose melihat ke Cynthia dan saat itu kedua pandangan mereka bertemu. Cynthia yang mengedipkan matanya ke arah Rose saat dia keluar dari ruangan .