El mengembuskan napas panjang. Ia mencoba tersenyum santun untuk menutupi apa yang ada di hatinya.
"Jenny, aku paham dengan apa yang Kamu rasakan dan pikirkan. Wajar bagi seorang wanita apalagi seorang profesional muda yang mempunyai banyak kesibukan penting menyatakan itu. Tapi, bagi seseorang sepertiku yang ... ya mungkin sedikit banyak Kamu tahu gimana kegiatanku, memutuskan hal yang sangat penting pada pertemuan kedua itu ... sangat ... sangat sulit."
El Thariq berkelit dengan lincah.
"Em," gumam El Thariq sambil mengangguk-angguk.
"Aku tahu, mungkin hubungan kilat antara Malino dan Ayana sedikit banyak mempengaruhi pikiranmu. Mungkin rencana pernikahan mereka yang dilakukan begitu cepat sudah Kamu dengar, apalagi pertemuan antara mereka berdua dan pertemuan kita berdua terjadi dalam waktu yang sama," imbuh El Thariq dengan tenang.
"Begini, Jenny," lanjut El mencari alasan.