Seketika wanita paro baya itu tertawa terbahak.
"Jati diri?" serunya dengan geli.
"Aku yang membentukmu, hanya aku yang pantas membicarakan tentang kata yang Kamu sebut dengan jati diri itu, MI17. Sadarlah!" serunya tegas. Ekspresi gelinya sirna, berganti dengan raut wajah dingin.
Anyelir tersenyum penuh arti.
"Aku tidak akan mendebatmu, Madam," jawab Anyelir mulai mengikis rasa hormatnya.
Sesaat wanita paro baya itu tertegun. Tapi, ia tetap diam menunggu apa yang hendak diucapkan gadis yang berada di depannya.
"Aku memang lama berada dalam tempat ini, tapi aku sudah memutuskan untuk tidak lagi berada di tempat ini. Dan jika hari ini, aku ditakdirkan untuk menginjakkan kaki di tempat ini, itu hanya agar aku bisa menyampaikan pesan yang selama ini ku simpan," papar Anyelir runut. Wajahnya memancarkan kepuasan.
Wanita paro baya itu sedikit terkejut, ia mencoba menyembunyikan keingintahuannya, tapi ia gagal.