Rachel sedikit pun nggak mengalihkan pandangannya dari wajah Anyelir. Gadis itu mencoba menelisik latar belakang ucapan teman barunya itu.
"Banyak orang yang berada di situasi seperti itu, Rachel. Merasa sangat marah, tapi nggak bisa berbuat apa-apa. Aku sangat tahu sekali rasanya itu. Tapi, dengan terus mendekam di masalah itu, keadaan tidak begitu saja menjadi berubah sesuai dengan keinginannya, kemarahan itu nggak begitu saja terhapus," tutur Anyelir runut.
Rachel mendesah lelah.
"Itu lebih seperti menjabarkan perasaanku daripada menjelaskan jawabanmu," gerutu Rachel lirih.
Anyelir tersenyum.
"Untuk itu kita hanya bisa bertahan dengan mencoba sediki hal yang masih bisa dilakukan. Bertahan!" seru Anyelir antusias.
Rachel mendesah lelah, kedua bahunya turun dengan lemah.
"Sudah! Ayo!" ajak Anyelir sambil kembali menarik tangan Rachel.
Rachel tersenyum.