Anyelir terkejut ketika menyadari suara letusan pistol itu bukan dari pistol Amana, juga bukan dari pistolnya. Ia sama sekali belum menarik pelatuk untuk melontarkan peluru.
Ia yang menunduk melihat satu peluru menembus dada Amana.
"Bruk!"
Bagian tubuh atasnya roboh ke lantai kabin.
Suara itu juga dibarengi dengan jeritan dari mulut Rachel.
Amana menoleh ke arah El.
Ia melihat laki-laki itu masih memegang pistol, sedangkan dalam sekilas lihat, Amana melihat Rachel yang sedang memejamkan mata sambil menutup kedua telinganya.
"Kecepatan yang luar biasa!" puji Anyelir kagum.
"Aku nggak mungkin membiarkan dia mendahului menembak dadaku, bukan?" balas El dengan cepat.
Anyelir sedikit bersiul.
"Aku tinggalkan urusan di sini untukmu," ujar Anyelir sambil bergegas keluar.
Gadis ramping berwajah khas Asia itu bergegas dari pintu. Ia berjalan sambil sekilas mengusap bahu Rachel yang masih dalam posisi semula.