Sylvia mengembuskan napas panjang. Lalu, ia menatap Rachel dengan tatapan keprihatinan palsu.
"Rachel ...," panggilnya ala orang bijak dan dewasa.
"Kondisimu belum memungkinkan untuk berteriak, melawan dan bertindak kurang ajar seperti biasanya," ujarnya datar.
Ia berhenti sejenak.
"Tahan! Sabar!" sarannya dengan suara yang dalam. Lalu, ia mengerling untuk menegaskan ejekannya.
Rachel merapatkan gigi, dengan samar mengepalkan tangan untuk menyalurkan kegeramannya.
"Apa maumu?" tanya Rachel kesal.
Sylvia pura-pura terkejut.
Ia dengan sengaja membelalakan mata, membuka mulutnya, lalu menutup mulut itu dengan tangannya. Kemudian ia tertawa terbahak.
Tapi, mendadak raut wajahnya berubah kesal ketika tawanya selesai.
"Bodoh!" serunya kesal.
Ia menatap Rachel dengan tatapan kejam, kesal dan sinis.
"Kenapa masih juga ditanya apa mauku?" protes Sylvia dengan penuh penekanan.
Lalu, ia mengembuskan napas untuk sedikit mengusir rasa kesalnya.