Hiroshi terhenyak. Tanpa sadar mulutnya sedikit terbuka. Tapi, segera ia menyadari sikapnya yang sesaat tadi lepas kontrol.
Laki-laki paro baya itu berdehem pelan. Kemudian, ia menegakkan posisi duduk dan satu telapak tangannya mengusap bagian depan kemejanya yang tak kotor.
Satu tangan Hiroshi menepis udara kosong. Lalu, ia terkekeh kaku.
"El ... itu pertanyaan ter-absurd yang pernah ditanyakan padaku. Itu setara dengan pertanyaan 'apakah Anda akan menyerahkan Armand pada orang lain?'," balas Hiroshi dengan hati-hati.
"Itu nggak mungkin, El," ucap Hiroshi menegaskan.
El Thariq mendesah lelah, pura-pura kecewa. Tapi, wajahnya kembali serius.
"Kenapa nggak mungkin? Karena Anda takut terungkap sebagai otak dari pembunuhan Zavier, Hiroshi?" tembak El tanpa ampun.
Hiroshi kembali terhenyak. Tapi, kemudian menutupi keterkejutannya dengan tawa terbahak.
"Anda terlalu jauh menarik kesimpulan, El. Itu sangat tidak mungkin," balasnya setelah menuntaskan tawa buatan.